Rezim Cina Larang Muslim Uighur Berpuasa Ramadhan

Dalam satu contoh pendekatan, pihak berwenang telah meningkatkan kampanye propaganda menentang puasa di Makit di prefektur Kashgar (Kashi). Makit merupakan daerah dengan sekitar 83 persen penduduknya adalah etnis Uighur. Di sana, warga diberitahu mereka diminta melaporkan teman atau kerabat yang berpuasa Ramadhan.

Baru-baru ini, RFA berbicara dengan seorang pegawai Uighur di pemerintah daerah Makit, yang mengatakan warga telah diberitahu mereka dapat dihukum karena berpuasa. Hukuman itu termasuk dikirim ke salah satu jaringan kamp penahanan XUAR. Di kamp tersebut, pihak berwenang China diyakini telah menahan sebanyak 1,8 juta warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya sejak April 2017.

“Propaganda tentang Ramadhan lazim di kabupaten, kota, dan desa. Ikut serta dalam praktik Ramadhan disebarkan sebagai bentuk ekstremisme agama,” kata seseorang dengan syarat anonim kepada RFA, dilansir, Jumat (15/5).

Seorang pemimpin desa Uighur di Makit, yang juga menolak disebutkan namanya, mengatakan tingkat pemerintah daerah telah mengeluarkan pemberitahuan selama pertemuan khusus menjelang Ramadhan, yang mengatakan ‘tidak untuk berpuasa’. Seorang pegawai pemerintah dari sebuah kota kecil di Makit mengatakan kepada RFA, alasan di balik kampanye ini adalah untuk menegakkan keamanan nasional.

“Jika mereka berpuasa, maka mereka akan berkumpul untuk makan, dan jika mereka berkumpul, maka mereka akan mengganggu masyarakat, mereka akan mengancam keamanan nasional. Itu sebabnya kami menyebarkan penentangan menjalankan Ramadhan. Sudah dua atau tiga tahun orang-orang tidak berpuasa. Di desa kami setiap orang tahu untuk jangan berpuasa, sehingga mereka tentu tidak berpuasa,” kata sumber tersebut.

Pegawai tersebut mengatakan, seseorang yang menemukan orang lain berpuasa harus melaporkannya kepada pihak berwenang. Ia mengatakan, jika mereka menemukan orang-orang yang merayakan Ramadhan, mereka akan memberi tahu pejabat yang bertanggung jawab di desa-desa dan kota-kota.

“Kami harus memberi tahu polisi daerah, tetapi karena kami belum menemukan siapa pun yang berpuasa di kota kami, kami belum melaporkan siapa pun,” ujarnya.

RFA juga berbicara dengan seorang pejabat di daerah Peyziwat (Jiashi) di Kashgar. Ia mengatakan, kotanya telah melembagakan kehadiran wajib pada upacara pengibaran bendera di waktu fajar setiap hari serta studi politik malam. Menurutnya, itu merupakan bagian dari upaya mencegah warga dari puasa karena itu adalah satu-satunya waktu dalam sehari mereka boleh makan.

“Sejak kami memulai upacara pengibaran bendera, pengawasan tetangga terhadap satu sama lain telah diperkuat, sehingga tidak ada yang bisa meluangkan waktu untuk berbuka puasa. Studi politik malam dimulai pukul 21.30 dan berakhir pada 23.30, dan mereka ditahan di komite lingkungan,” katanya.

Seorang petugas Uighur di Kantor Polisi Distrik Beimen di ibu kota XUAR, Urumqi, mengatakan kepada RFA warga di sana belum diperintahkan untuk saling melaporkan soal puasa. Namun, pihak berwenang terus mengawasi siapa yang menjalani puasa Ramadhan dan mencatat kegiatan mereka.

“Ya, ada pedoman khusus untuk Ramadhan. Tetapi, bos kami memerintahkan kami tidak membicarakan hal itu melalui telepon,” katanya.

Petuga itu berkata, ada daftar orang-orang yang berpuasa dan mendatangi masjid selama bulan Ramadhan. Menurutnya, mereka memiliki unit khusus yang ditugaskan untuk melacak itu.