Sahabat Akrab sekaligus Rival Sejati : Ibn Hajar al-asqalani dan Badr al-Din al-‘Ayni

D. Komparasi antara kedua kitab

Persamaan dari kedua kitab diatas yakni sebagai berikut :

– Baik Fath al-Bari maupun Umdah al-Qari, keduanya sama-sama mensyarah kitab hadis yang sama yakni Sahih al-Bukhari

– Keduanya juga memberikan tema pada setiap bab

– Sama-sama menerangkan penjelasan pada sanad dan tidak lupa juga memberikan keterangan hadis yang didalamnya ada kandungan hukum.

Namun, disamping kedua kitab tadi memiliki persamaan tentulah ada beberapa perbedaan dalam keduanya (i). Kitab Fath al-Bari lebih banyak penjelasan secara bahasa, pun demikian dalam hal mensyarah, dalam satu tema itu terdapat satu atau lebih hadis yang berkaitan dengan tema yang diangkat. Kemudian dalam soal penetapan suatu hukum Ibn Hajar lebih condong kepada mazhab Syafii, dan kitab ini terkesan kurang sistematis.

(ii). Sedangkan alAyni dalam mensyarah hadis biasanya didalam satu bab hanya ditulis satu hadis saja tidak lebih. Pada sisi metode penulisan dicantumkan pula istinbat hukum dari hadis yang bermuatan hukum. Seperti yang diketahui bahwa al-Ayni adalah seorang yang bermazhab Hanafi sehingga, dalam masalah hukum fiqh lebih condong kepada mazhabnya. Dan yang terpenting bahwa penulisan didalam kitab ini lebih sistematis daripada karya Ibn Hajar itu.

E. Rival namun bersahabat

Sesuai dengan judul artikel ini, yap benar Ibn Hajar dan al-Ayni merupakan tokoh ulama hadis yang memang terkenal dengan dengan persahabatannya namun, jangan salah disamping mereka bersahabat merka juga saling kritis mengkritisi karya kitab atau statement.

Maka, penulis mengistilahkan sebagai Rival layaknya seteru yang saling berbeda baik prinsip maupun kebijakan.

Namun, karena ini dalam rnah bidang keilmuan maka, rival disini tidaklah yang sampai baku-pukul layaknya orang bertengkar tetapi, lebih bersifat adu argumen dan juga saling lempar melempar kritikan.

Padahal sebenarnya kedua tokoh ini sama-sama dari golongan ahl al-sunnah wa al-jamaah hanya berbeda dari mazhab yang dianut.

Dalam sebuah kesempatan Ibn Hajar mengatakan didalam pembukaan kitab Imbau al-Gumar, Aku telah memeriksa tarikh milik Qadi al-Ayni, ia menyebutkan bahwa rujukan didalam penulisan tarikhnya adalah Ibn Katsir, tetapi setelah Ibn Katsir wafat maka, rujukannya berganti ke tarikh Ibn Duqmaq.

Hingga al-Ayni menukil satu lembar penuh secara berurutan bahkan bisa jadi ia bertaklid meskipun didalam tarikh itu terdapat kesalahan.

Namun, aku tidak menyibukkan diriku untuk mencari kesalahannya bahkan aku juga mengutip darinya apa yang belum aku ketahui.

Mengetahui hal itu al-Ayni juga tak kalah dalam urusan ini, ia meresponnya dengan mengkritik khutbah Ibn Hajar yang terdapat didalam kitab syarahnya itu (Umdah al-Qari).

Ia juga memberikan statement bahwa Umdah al-Qari lah yang lebih unggul dalam mensyarah kitab Sahih al-Bukhari.

Tidak tinggal diam mengetahui respon balik dari al-Ayni maka, Ibn Hajar mengarang kitab yang berjudul Intiqad al-Itirad dimana pada kitab itu berisikan sanggahan atas kritikan al-Ayni kepada Fath al-Bari.

Namun, sayang belum selesai mengkhatamkan kitabnya itu Ibn Hajar di panggil oleh Allah pada tahun 852 H. Masya allah sungguh mengharukan kedua tokoh diatas yang saling kritis-mengkritisi lewat sebuah karya.