Legenda Wong Fei Hung dan Sejarah Muslim Uyghur

Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan ‘Jurus Cakar Macan’ dan ‘Jurus Sembilan Pukulan Khusus’.

Selain dengan tangan kosong, Wong Fei Hung juga mahir menggunakan berbagai macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka bagaimana Wong seorang diri hanya dengan memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan yang berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya lamtaran ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan.

Mok Gwai Lan adalah seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei Hung meninggal dunia dalam usia 77 tahun. Masyarakat China, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka.

Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimiliki. Wong Fei Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenang sebagai manusia yang hidup mulia. [SR]