Ada Tembok Besar Misterius Berusia 3,5 Abad di Bawah Proyek MRT Jakarta

Ia menyebutkan contohnya seperti kota Istanbul, Turki, dan Kyoto di Jepang. Dari situ, Silvia akan memilih salah satu negara yang menjadi acuan dalam membangun proyek MRT fase II.

“Kyoto yang satu kota itu adalah kota tua. Mereka punya MRT dan istana-istananya tetap selamat. Istanbul juga kota tua. Ini yang mau kami pelajari dari mereka,” kata Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Pemprov DKI Jakarta, Candrian Attahiyyat.

Ide MRT Jakarta, dari Habibie di eksekusi oleh Jokowi

Sebenarnya ide awal transportasi massal MRT ini sudah dicetuskan sejak 1986 oleh oleh Bacharuddin Jusuf Habibie. Menjabat Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Habibie mengatakan tengah mendalami berbagai studi dan penelitian demi menghadirkan transportasi massal berupa proyek MRT.

Ada empat studi yang dimaksud Habibie: Jakarta Urban Transport Program (1986-1987), Integrated Transport System Improvement by Railway and Feeder Service (1988-1989), Transport Network Planning and Regulation (1989-1992), dan Jakarta Mass Transit System Study (1989-1992). Studi-studi ini kemudian dibawa oleh Sutiyoso (Bang Yos) saat menjabat gubernur DKI Jakarta.

Selama 10 tahun pemerintahan Bang Yos, setidaknya ada dua studi dan penelitian yang dijadikan landasan pembangunan MRT. Pada 2004, Bang Yos lantas mengeluarkan keputusan gubernur tentang pola transportasi makro untuk mendukung skenario penyediaan transportasi massal, salah satunya angkutan cepat terpadu yang akan digarap pada 2010.

Pada 2004, Bang Yos lantas mengeluarkan keputusan gubernur tentang pola transportasi makro untuk mendukung skenario penyediaan transportasi massal, salah satunya angkutan cepat terpadu yang akan digarap pada 2010. Namun semua janji sejak kampanye tak pernah direalisasikan.

Berikutnya MRT juga menjadi janji politik bagi gubernur DKI Jakarta yang terpilih selanjunya, Fauzi Bowo (Foke) saat kampanye dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2007. Namun, janji Foke tak kunjung terealisasi selama lima tahun kepemimpinannya.

Pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012, Foke kembali berkata bakal mengembangkan dan mengerjakan mass rapid transit (MRT) jika kembali terpilih, dan bakal mengintegrasikannya dengan jalur kereta rel listrik atau komuter. Mimpi itu diwujudkan Foke hanya berupa pencanangan megaproyek tersebut, pada April 2012. Namun, lagi-lagi janji Foke tak kunjung terealisasi selama 10 tahun kepemimpinannya.

Kalah bertarung dengan pasangan Joko Widodo dan Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, Foke lantas mengumumkan pembangunan MRT sudah dalam tahap tender “berskala internasional”.

Kemudian Foke juga berkata bahwa model pendanaan sudah diperoleh lewat pinjaman lunak dari Japan International Corporation Agency(JICA).

Padahal seluruh tiang-tiang sudah mangkrak puluhan tahun, termakan panas dan hujan hingga besi-besi betonnya berkarat.

Kemudian di era gubernur DKI Jakarta berikutnya, Joko Widodo (Jokowi) proyek ini resmi terealisasi. Butuh waktu setahun bagi Jokowi memutuskan pembangunan proyek MRT tetap dikerjakan. Bahkan tarik-menarik pembangunan proyek ini agak alot ketika rapat dengan warga Fatmawati yang terkena imbas proyek.

Pada 28 November 2012, Jokowi sempat keluar ruangan lantaran ada kericuhan dan protes warga yang menolak proyek MRT. Pada 10 Oktober 2013, pengerjaan resmi proyek ini mulai digarap dengan peletakan batu pertama di atas lahan yang rencananya berdiri Stasiun MRT Dukuh Atas, salah satu kawasan paling sibuk di Jakarta Pusat, yang jadi konsentrasi pertemuan berbagai moda transportasi umum.

Hingga Jokowi menjadi presiden dan Ahok bukan lagi gubernur, proyek MRT terus berjalan. Diperkirakan proyek MRT Jakarta ini selesai pada bulan Maret tahun 2019. (IndoCropCircles.com / tempo.co / tirto.co)

Link Source: indocropcircles.wordpress.com