Belajar Islam Secara Keseluruhan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pak ustadz, saat ini saya dalam kebimbangan, selama ini saya hanya mengerjakan shalat lima waktu dan perintah Allah lainnya. Suatu saat saya bertemu dengan salah satu ulama, beliau menyarankan kepada saya untuk belajar Islam secara keseluruhan, artinya saya harus lebih mendalami lagi makna dari semuannya, kemudian saya disarankan untuk mengikuti tarekat. Yang ingin saya tanyakan, apakah benar dalam beriman kita ada tingkatannya seperti syariat, tarekat, hakikat, dan ma’rifat? Apakah hukumnya kita masuk tarekat? Mohon bantuannya segera agar saya tidak bingung, pak ustadz?

wassalam wr wb.

Dony

Assalamu ‘alaimu warahmatullah wabarakatuh,

Tingkatan syariat, tarekat, hakikat dan makrifat itu adalah idiom-idiom yang biasa digunakan kalangan tasawwuf atau ahli tarekat. Apa yang mereka ajarakan itu sebagiannya ada yang benar, namun tidak ada jaminan semuanya benar.

Sebab kalangan ahli taawwuf dan tarikat itu sendiri ada banyak ragamnya. Dari yang paling bersih hingga yang paling kotor. Paling bersih maksudnya adalah bersih dari beragam bentuk bid’ah dan syirik. Di mana semua yang diajarkannya selalu dilandaskan kepada riwayat dan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dan masih konsekuen dengan hukum-hukum syariah.

Namun tidak sedikit di antaranya yang justru sudah menginjak-injak syariah itu sendiri serta sulit menghindarkan diri dari khurafat, bid’ah dan fenomena syirik. Bahkan boleh dibilang sudah keluar dari syariah Islam yang telah ditetapkan oleh para ulama. Sehingga idiom syariah, tarekah, makrifat dan hakikat itu hanya sekedar pemanis di bibir. Namun pada hakikatnya tidak lain merupakan sebuah pengingkaran terhadap syariah serta merupakan penyimpangan dari manhaj salafus shalih.

Kalau syariah diletakkan paling rendah, akan muncul kesan bahwa demi kepentingan tarekah, makrifat dan hakikat, syariah bisa dikesampingkan. Dan paham seperti ini berbahaya bahkan sesungguhnya merupakan bentuk pengingkaran terhadap agama Islam.

Jangan sampai ada anggapan bahwa bila orang sudah mencapai derajat makrifat apalagi hakikat, lalu dia bebas boleh tidak shalat, tidak puasa atau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat itu sendiri. Kalau ajaran yang anda tanyakan itu cenderung berpikiran seperti itu, ketahuliah anda telah salah dalam memilih ulama. Kalau makrifat dan hakikat boleh menyalahi syariah, maka ulama yang anda sebut itu tidak lain adalah syetan yang datang merusak ajaran Islam.

Sebab Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan makrifat dan hakikat, beliau hanya meninggalkan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman dalam menjalankan syariah. Dan tidaklah seseorang bisa mencapai derajat makrifah dan hakikah, manakala dia meninggalkan syariah.

Wallahu a’lam bishshawab, Wassalamu ‘alakum warahmatullahi wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.