Ibnu Taimiyah Apakah Termasuk Mujtahid Mutlak

Apakah dia termasuk dalam mujtahid mutlak?

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama yangsangat luas dan dalam ilmunya. Beliau telah melahirkan begitu banyak fatwa, yang kemudian dikumpulkan di dalam satu kesatuan dan disebut dengan Majmu’ Fatawa.

Namun kalau diletakkan dalam struktur level para mujtahid, beliau berada di dalam salah satu dari keempat mazhab, yaitu mazhab Hambali. Meski seringkali pendapat beliau tidak harus selalu ‘setia’ dengan mazhab induknya.

Jadi beliau memang bukan berada di level mujtahid mutlak mustaqil seperti keempat imam mazhab. Karena beliau masih menggunakan kadiah-kaidah dari dari imam mazhabnya.

Urutan Para Mujtahid

Adapun urutan para mujtahidin setelah para mujtahid mutlak adalahmujtahid muthlaqmustaqil, mujtahid muthlaq ghairu mustaqil, mujtahid muqayyad, mujtahid tarjih, mujtahid fatwa, lalu tingkatan para muqallid.

Berikut ini adalah sedikit penjelasan dari kriteria para mujtahid dari beberapa levelnya.

a. Mujtahid Mutlak Mustaqil

Mujtahid mutlak atau mujtahid mutlak mustaqil adalah seseorang yang mampu membuat kaidah sendiri dalam membuat kesimpulan-kesimpulan hukum fiqih. Atau ketika berfatwa terhadap suatu masalah, mereka menggunakan kaidah-kaidah yangdiciptakan sendiri sebagai hasil dari pemahaman merekayang mendalam terhadap Al-Quran dan Sunnah.

Yang termasuk mujtahid mutlak hanyalah 4 imam mazhab yang besar, yaitu Al-Imam Abu Hanifah (80-150 H), Al-Malik bin Anas bin Abi Amir Al-Ashbahi (93 – 179 H), Muhammad bin Idris Asy Syafi’i (150 – 204 H) dan Al-Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani (164 – 241 H).

Selebihnya adalah para mujtahid yang punya hak untuk berijtihad, namun levelnya ada di bawahnya. Mereka sering disebut dengan istilah mujtahid mazhab atau istilah-istilah lainnya.

b. Mujtahid Muthlaq Ghairu Mustaqil
Mereka adalah ulamayang memenuhi kriteria sebagai seorang mujahid mustaqil, akan tetapi ia tidak membuat kaidah-kaidah sendiri dalam menyimpulkan masalah-masalah fiqihnya. Mereka tetap masih menggunakan kaidah-kaidah yang dipakai oleh para imam madzhab masing-masing dalam ijtihadnya.

Yang termasuk di antara mereka adalah para murid imam madzhabsepertiAbu Yusuf, Muhammad, Zufar dari kalangan madzhab Al-Hanafiyah. Ibnu Al-Qasim, Asyhab, dan Asad Ibnu Furat dari kalangan Madzab Al-Malikiyah. Al-Buwaithi, Al-Muzanni dari kalangan madzhab Asy-Syafi’iyah. Abu Bakar Al-Atsram, Abu Bakar Al-Marwadzi dari kalangan Madzhab Al-Hanabilah.

Ibnu Abidin menamakan mereka sebagaitingkatan mujtahidmadzhab. Mereka mampu mengeluarkan atau membuat kesimpulan hukum dalam masalah fiqih berdasarkan dalil yang merujuk kepada kaidah yang digunakan oleh guru-guru mereka.

Walau pun kadang suka berbeda dalam beberapa hal dengan gurunya, akan tetapi mereka masih mengikuti gurunya dalam kaidah-kaidah pokoknya saja.

Dua tingkatan mujtahid di atas sudah tidak ada pada zaman sekarang.

c. Mujtahid Muqayyad

Mereka adalah para ulamayang berijtihad dalam masalah-masalah yang tidak ada nashnya (keterangannya) dalam kitab-kitab madzhab, seperti Al-Hashafi, Al-Thahawi, Al- Kurhi, Al-Halwani, Al-Srakhosi, Al-Bazdawi dan Qadli Khan dari kalangan madzhab Al-Hanafiyah. Al-Abhari, Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani dari kalangan Madzab Al-Malikiyah. Abi Ishaq Al-Syiraji, Al-Marwadzi, Muhammad bin Jarir, Abi Nashr, Ibnu Khuzaimah dari kalangan Madzhab Al- Syafi’iyah. Al-Qadli Abu Ya’la, Al-Qadli Abi Ali bin Abi Musa dari kalangan Madzhab Al- Hanabilah.

Mereka semua disebut para imam al-wujuh, karena mereka dapat meyimpulkan suatu hukum yang tidak ada nashnya dalam kitab madzhab mereka, dinamakan wajhan dalam madzhab (satu versi dalam madzhab) atau satu pendapat dalam madzhab. Mereka masih berpegang kepada madzhab bukan kepada imamnya (gurunya), hal ini tersebar dalam dua madzhab yaitu, Al-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah.

d. Mujtahid Tarjih
Mereka adalah para ulama yang mampu mentarjih (menguatkan) salah satu pendapat dari satu imam madzhab dari pendapat-pendapat madzhab imam lain, atau dapat mentarjih pendapat salah satu imam madzhab dari pendapat para muridnya atau pendapat imam lainnya. Jadi mereka hanya mengambil satu riwayat dari beberapa riwayat saja.

Yang termasuk di antara mereka seperti Al-Qaduri, Al-Murghainani (pangarang kitab Al-Hidayah) dari kalangan madzhab Al- Hanafiyah. Imam Al-Kholil dari kalangan Madzhab Al-Malikiyah. Al- Rafi’i, Al-Nawawi dari kalangan Madzhab Al- Syafi’iyah. Al-Qadli Alauddin Al-Mardawi tokohnya madzhab Al- Hanabalah. Abu Al-Khottob Mahfudz bin Ahmad Al-Kalwadzani Al-Bagdadi dari kalangan madzhab Al-Hanabilah.

e. Mujtahid Fatwa
Mereka adalah para ulama yang senantiasa mengikuti salah satu madzhab, mengambil dan memahami masalah-masalah yang sulit ataupun yang mudah, dapat membedakan mana pendapat yang kuat dari yang lemah, mana pendapat yang rajih dari yang marjuh.

Akan tetapi mereka lemah dalam menetapkan dalil dan mengedit dalil-dalil qiyasnya. Seperti para imam pengarang matan-matan yang terkamuka dari kalangan imam mutaakhir (belakangan), seperti pengarang Al-Kanzu (Kanzul Ummal), pengarang Al-Durur Mukhtar, pengarang Majma’ Al-Anhar dari kalangan Al-Hanafiyah, Al-Ramli dan Ibnu Hajar dari kalangan Al-Syafi’iyah.

f. Muqollid
Adalah mereka yang tidak mampu melakukan hal-hal di atas, seperti membedakan mana yang kuat mana yang lemah, ia hanya bisa mengikuti pendapat-pendapat ulama yang ada.

Jumhur ulama tidak membedakan anatara mujtahid muqoyyad dan mujtahid takhrij, tetapi Ibnu Abidin menjadikan mujtahid takhrij sebagai tingkatan yang keempat setelah mujtahid muqoyyad, ia memberikan contoh Al-Razi Al-Jashash (wafat th. 370) dan yang semisalnya.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc