Islam: Agama atau Ideologi?

Asssalamualaikum Wr, Wb

Saya bingung dengan pernyataan seorang tokoh NU yang mengatakan bahwa NU ingin mengenalkan Islam pada dunia dari sudut pandang berbeda, yaitu bahwa Islam adalah sebuah agama bukan ideologi. Beliau memberi contoh organisasi yang memahami Islam sebagai ideologi antara lain ikhwanul muslimin di mesir, majelis mujahidin dan al-qaidah. Yang saya tanyakan apa perbedaan Islam sebagai agama dan sebagai ideologi?

Jzkllah atas jawabannya

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebenarnya pertanyaan ini lebih tepat anda ajukan kepada tokoh yang mengeluarkan statemen di atas. Karena beliau lah yang mengemukakan wanacana tentang Islam sebagai agama dan Islam sebagai ideologi.

Maka hanya dia seorang yang mampu menjelaskan maksud dan tujuan dari pembedaan antara keduanya. Kita tidak etis bila diharuskan menerka-nerka sendiri keinginan si pembuat statemen.

Adapun komentar beliau tentang memahami Islam sebagai ideologi sebagaimana Ikhwanul Muslimin, Majelis Mujahidin atau Al-Qaidah, sepintas kita mendapat kesan bahwa nampaknya beliau kurang menyetujuinya. Namun lagi-lagi kita terpaksa kembali harus menerka-nerka, pada titik yang mana dari kelompok umat Islam yang beliau tidak sukai.

Namun semua adalah hak beliau untuk suka atau tidak suka kepada ketiga kelompok umat Islam itu. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk melarang apa yang beliau katakan.

Sebaliknya, ketiga kelompok umat Islam itu pun juga punya hak sepenuhnya untuk punya cara pandang mereka. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk melarangnya juga.

Islam Seutuhnya
Terlepas dari maksud atas pembedaan antara Islam sebagai agama dan Islam sebagai ideologi, juga terlepas dari ketiga kelompok yang disebutkan di atas, sesungguhnya yang penting adalah kita harus berIslam secara seutuhnya. Tidak sepotong-sepotong dan tidak hanya berIslam secara sebagian demi sebagian.

Ketika kita menyatakan tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusannya, maka yang ada dalam benak kita adalah bahwa kita akan mentaati semua perintah Allah dan Rasul-Nya. Baik dalam konteks sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Ketika Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada kita untuk mengesakan Allah, maka kita taat dan kita laksanakan. Ketika kita diminta untuk melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan beragam ritual lainnya, kita pun segera melaksanakan.

Bahkan ketika Allah memerintahkan kita untuk meninggalkan beragama kemungkaran dan kedegilan, semacam perzinaan, perjudian, minum khamar, pencurian, perampokan dan segala bentuk kejahatan, maka kita pun meninggalkannya. Termasuk kita pun mencegah agar jangan sampai kejahatan seperti itu terjadi. Lantas ketika Allah SWT menetapkan bahwa para pelaku pelanggaran itu harus dihukum sesuai dengan hudud dari-Nya, kita pun harus menerapkannya.

Ketika Allah SWT mewajibkan kita untuk menutup aurat, berkata yang benar, menjaga amanah, menegakkan keadilan, memberi makan fakir miskin, mengasihi anak yatim, membela orang lemah dan melindungi para janda, maka kita pun kerjakan.

Ketika Allah SWT memerintahkan untuk hidup berdampingan dengan damai bersama non muslim yang sudah terikat perjanjian damai, melindungi hak-hak mereka untuk beragama, beribadah dan melakukan aktifitas kesehariannya, maka kita pun mentaati Allah SWT.

Namun ketika Allah SWT memerintahkan kita untuk membela hak, mempertahankan negeri dari serbuan musuh kafir yang membahayakan agama, harta, jiwa, kehormatan serta keturunan kita, maka kita pun mendengar dan mentaati Allah SWT.

Termasuk ketika Allah SWT memerintahkan kita untuk berjihad dengan harta dan jiwa demi menegakkan kebenaran dan keadilan serta melepaskan kaum muslimin dari belenggu penjajahan pisik, kita pun menjalankannya dengan niat ikhlas untuk mengabdi dan mempersembahkan yang terbaik kepada Allah SWT.

Maka bagi kita yang mengaku menjadi seorang muslim, apapun yang Allah SWT perintahkan, kita wajib untuk mentaatinya. Baik perkara itu terkait dengan masalah peribadatan maupun termasuk masalah sosial kemasyarakatan. Islam tidak mengenal pengkotak-kotakan agama menjadi keping-keping kecil. Sebab Islam adalah sebuah sistem hidup yang integral dan mencakup semua bentuk aspek kehidupan.

Islam adalah ibadah dan kehidupan, agama sekaligus hukum di tengah masyarakat, ritual sekaligus ilmu pengetahuan, rohani sekaligus materi.

Rasulullah SAW tidak mengajarkan Islam hanya pada wilayah tertentu dengan meninggalkannya pada bagian yang lain. Maka Islam yang kita pahami adalah Islam yang utuh sebagaimana dahulu Rasulullah SAW mengajarkannya kepada kita.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc