Jamaah Menimbulkan Perpecahan?

Assalamu alaikum

Ustad… Sekarang ini banyak kelompok-kelompok Islam yang muncul di tengah-tengah kaum muslimin, apakah adanya jamaah/kelompok tersebut akan memecah umat, dan bagaimana menyikapi hal ini?

Wassalam

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Adanya banyak jamaah saat ini di tengah umat Islam adalah perkara yang tidak bisa dipungkiri. Juga tidak perlu ditangisi karena belum tentu banyaknya jamaah itu cerminan dari perpecahan umat Islam.

Sebab kalau kita telaah lebih dalam, tiap jamaah baik itu ormas, orsospol atau apapun jenis dan tipenya, punya latar belakang tersendiri yang membuat jamaah itu harus terbentuk. Dan sangat boleh jadi, pendirian jamaah itu untuk masa dan waktu tertentu, setidaknya untuk momen itu, terasa sangat pas dan memang nyata dibutuhkan.

Silahkan baca sejarah bagaimana Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad dan ormas lainnya, kita akan tahu bagaimana situasi di masa itu. Dan seandainya kita hidup di masa itu serta berada di dalam situasi yang sama, tentu kita akan mendukungnya.

Kapasitas Pendiri dan Pemimpin

Selain masalah sejarah, terbentuknya suatu jamaah juga sangat dipengaruhi oleh kapasitas pendirinya.Ulama semacam Muhammad bin Abdil Wahhab tentu berbeda kapasitasnya dengan tokoh semisal Hasan Al-Banna, atau dengan An-Nabhani, M. Natsir, Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan dan seterusnya.

Masing-masing punya talenta dan kecenderungan yang khas, sehingga bentuk jamaah karya mereka punya spesifikasi yang unik dan khas.

Al-Banna adalah seorang ustadz yang peduli dengan pembinaan ruhiyah, amaliyah dan fikriyah. Berbeda dengan M Natsir yang lebih dikenal sebagai idoelog dan politikus. Ahmad Dahlan adalah seorang saudagar yang peduli dengan peningkatan taraf kesejahteraan umat Islam. Tentu sangat berbeda dengan karakter Muhammad bin Abdul Wahhab yang seorang tokoh pembersih syirik dari tubuh umat.

Kapasitas, talenta, gaya, pendekatan serta wacana yang mereka kembangkan tidak sama, meski tidak harus selalu berbenturan.

Kesedihan

Yang perlu kita sedihkan hari ini bukan adanya banyak jamaah, akan tetapi kekurang-dewasaan orang-orang yang mengatas-namakan dirinya sebagai murid, atau pendukung jamaah itu yang cenderung bersikap negatif.

Misalnya, mereka saling mencaci dengan sesama umat Islam, menjelekkan semua jamaah lain yang bukan jamaahnya. Entah dengan cara menuduh sebagai ahli bid’ah, atau hinaan semacam kelompok tradisional, kampungan, sarang maksiat, biang bid’ah, oprtunis dan tuduhan-tuduhan lain yang tidak berdasar.

Semua itu tidak ditujukan kepada lawan, tetapi ibarat senjata yang ditodongkan di hidung saudara-saudara sendiri. Sikap seperti ini jelas perlu kita jadikan bahan kesedihan, kalau sampai terjadi.

Sebab para pendiri jamaah tentunya tidak pernah membenarkan sikap seperti ini. Karena tujuan mereka mendirikan jamaah bukan buat umat saling berbaku-hina, namun untuk menjadi salah satu saham yang bisa memperkuat tubuh umat Islam secara keseluruhan. Sandainya para pendiri itu hidup lagi dan melihat wajah kita yang telah tercoreng dengan dosa, tentu mereka akan memarahi kita. Sebab dengan sikap kekanak-kanakan ini, kita sebenarnya telah menghancurkan apa yang telah mereka bangun sebelumnya

Yang Perlu Kita Lakukan

Saat ini yang diminta dari kita adalah duduk bersama dengan semua saudara kita dari semua lapisan. Tujuannya untuk mencari titik temu dan kesamaan yang sebenarnya terlalu banyak. Sedangkan titik perbedaan sebenarnya pasti ada, namun jumlahnya sangat sedikit. Tetapi lebih banyak titik persamaan dari pada titik perbedaan.

Sayangnya, syetan telah berhasil menguasai hati-hati kita, sehingga titik perbedaan yang sebenarnya sangat sedikit, justru nampak sangat besar di mata kita. Sedangkan titik-titik persamaan kita, tidak nampak di mata. Persis seperti janji Iblis saat dilaknat Allah.

dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka, lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka, lalu benar-benar mereka merubahnya." Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.(QS. An-Nisa’: 119)

Semoga Allah SWT menyatukan hati kita dan membuatnya selalu berprasangka baik kepada sesama umat Islam, Amein.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc