Jamaah Tabligh Pakai Hadits Dhaif?

Assalamualaikum wr… Wb.

Ustadz yang dirahmati Allah SWT., saya ingin menanyakan perihal Jamaah Tabligh (JT). Kurang lebih 6 bulan terakhir ini, saya agak aktif mengikuti mengikuti kegiatan dakwah JT, dan bahkan beberapa kali saya pernah mengadakan khuruj (perjalanan dakwah keluar daerah) sebelum masuk di sini(JT).

Awalnya saya sempat menanyakan kepada seorang ikhwan dari kalangan salafi yang mengatakan bahwa jamaah ini adalah sesat. Dengan beberapa alasan yang dikemukakan, seperti selalu menggunakan hadits-hadits dhaif dan sebagainya.

Tapi karena saya ingin berada dalam suatu lingkungan yang Islami (saat ini berada di Jepang), saya akhirnya mencoba masuk. Dan ternyata, sepengetahuan saya hadits-hadtis yang digunakan juga adalah yang sering saya baca sebelum masuk di JT.

Juga tidak ada pembaiatan amir seperti yang dikatakan teman salafi itu.justru ibadah-ibadah sunnah saya sudah mulai dijalankan. Saya ingin ustadz tolong berikan gambaran tentang JT ini, apakah memang ada halhal yang bid’ah di dalamnya. Maaf pertanyaan saya agak panjang ustadz.

Jazakallah khoir

RZ

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebagai muslim yang baik, kita diwajibkan olehAllah SWT untuk selalu berhusnudzdzan kepada sesama muslim. Kehati-hatian kita untuk tidak terjebak berpegang kepada hadits yang dhaif bukan berarti kita boleh selalu berburuk sangka kepada semua orang.

Karena boleh jadi suatu kelompok yang terlanjur kita tuding melakukan kesalahan, suatu ketika mereka melakukan perbaikan. Sehingga apa yang kita komplain dari mereka sudah tidak ada lagi. Lalu apakah kita tidak ikhlas kalau ada orang yang memperbaiki diri?

Hukum Beramal Dengan Hadits Dhaif

Tentang hukum beribadah dengan berdasarkan hadits yang lemah (dhaif), memang ada sementara kalangan yang membolehkan kita beribadah yang bersifat nafilah (tambahan) dengan menggunakan landasan hadits-hadits yang dhaif, namun harus diakui bahwa pendapat ini ditentang oleh sebagian ulama lain.

Ini adalah perbedaan pendapat yang bersifat klasik sejak dulu, di mana para ulama besar memang berbeda pendapat. Tidak ada gunanya kita sekarang ini meributkan hal-hal yang para ulama telah berselisih. Apalagi sampai harus membuat hubungan ukhuwah (persaudaraan) di antara muslimin menjadi retak.

Seandainya ada di antara anggoa Jamaah Tabligh yang pernah menggunakan hadits dhaif dalam ibadah mereka, ketahuilah bahwa sejak dulu sudah ada ulama yang membolehkannya. Dengan catatan, tingkat kedhaifan hadits itu tidak terlampau parah, serta masalahnya bukan masalah aqidah atau hukum halal dan haram.

Bila ada jamaah lain yang cenderung berpendapat sebaliknya, hanya mau mengamalkan hadits shahih saja, tentu sangat baik. Akan tetapi kalau diiringi dengan sikap antipati, merendahkan, melecehkan atau malah menuding sesat kepada saudaranya yang tidak sependapat dengan mereka, tentu hal ini patut kita sayangkan.

Apalagi kalau kita mengingat bahwa status hukum suatu hadits, apakah shahih atau hasan atau dhaif, terkadang juga masih menjadi perbedaan di kalangan ulama hadits sendiri. Booeh jadi ada hadits yang dihukumi sebagai shahih oleh sebagian ulama, namun menurut ulama lain hadits itu malah dhaif. kalau sudah begini, tentu masalahnya akan semakin kompleks.

Jamaah Tabligh

Jamaah tabligh bukan jamaah yang bervisi misi tentang keshahihan suatu hadits, meski juga bukan berarti mereka tidak punya ulama hadits. Latar belakang berdirinya yang membuat jamaah ini tidak terlalu menekankan masalah keshahihan hadits. Dan sebenarnya, kebanyakan jamaah di dunia ini memang tidak selalu berorientasi kepada keshahihan suatu hadits, karena latar belakang pendirian serta bidang garapnya memang tidak ke sana.

Namun kami sangat yakin manakala mereka diajak baik-baik untuk belajar ilmu hadits, diberi motivasi untuk lebih mendahulukan hadits shahih ketimbang hadits dhaif, tentu mereka akan menerima. Siapa sih umat Islam yang tidak mau mengamalkan hadits shahih?

Mungkin saja ketika ada orang yang mengamalkan hadits yang kita anggap dhaif, ternyata sebabnya sederhana sekali. Yaitu dia memang belum pernah belajar ilmu hadits. Sehingga tidak tahu bahwa hadits itu terbagi menjadi shahih, hasan dan dhaif.

Dan rasanya, kebanyakan umat Islam di negeri ini memang masing lemah dan awam dalam masalah hadits. Jangankan urusan keshahihan hadits, lha wong baca Al-Quran saja banyak yang terbata-bata. Maka ada baiknya kita mengajak mereka untuk belajar, bukan dengan dengan menjatuhkan mental sambil menggoblok-goblokkan.

Perlu kita pahami bahwa setiap jamaah dari umat Islamtidak akan mampu menjadi jamaah yang sempurna di semua sisinya.Pasti akan selalu ada sisi-sisi tertentu yang menjadi skala prioritas misinya, dengan tentunya punya kelemahan pada sisi lainnya.

Kalau cara bergaul kita dengan sesama jamaah muslimin selalu dengan pendekatan untuk mencari titik-titik lemahnya, maka selamanya kita akan selalu berpecah belah. Karena kita selalu memandang semua orang dengan sebelah mata. Kita akan selalu beranggapan bahwa semua jamaah itu jelek, biang bid’ah, aliran sesat, harus ditahdzir, dan seterusnya. Seolah yang punya hak untuk menetapkan salah dan benar hanya diri kita sendiri.

Karena itu sebaiknya kita tidak perlu mendiskriditkan lembaganya, yang perlu kita lakukan adalah mengajak orang-orang untuk belajar ilmu hadits kepada ahlinya. Kalau perlu kita membuka kelas-kelas pelajaran hadits secara gratis dan terbuka buat siapa saja. Marilah kita ajarkan ilmu hadits, dengan semangat untuk meningkatkan kualitas umat, bukan untuk mencari kelemahan sesama jamaah muslimin.

Semoga Allah SWT memelihara niat tulus kita dan mengabulkan harapan kita agar ilmu hadits dapat lebih dikenal dan dipahami oleh umat Islam.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc