Palestina Bumi Waqaf?

Assalamu’alaikum wr. wb.

To the point aja ya ustadz. Ane pernah dengar bahwa Palestina itu adalah bumi waqaf. Apa maksudnya dan bagaimana sejarahnya sehingga dikatakan sebagai bumi waqaf?

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Istilah Palestina adalah tanah waqaf pertama kali diucapkan oleh Amirul-mukminin Umar bin Al-Khattab radhiallau ‘anhu, tatkala beliau datang ke negeri itu untuk menerima penyerahan kunci Baitul Maqdis dari pemimpin tertinggi umat kristiani sedunia. Setelah sebelumnya umat Islam berhasil menembus negeri para nabi itu dan menaklukkannya dari kekuasaan umat kristiani.

Konon ketika menyerah kalah dari penetrasi umat Islam, pemimpin tertinggi umat kristiani bersedia menyerahkannya dengan syarat bahwa yang menerima kunci itu adalah orang nomor satu dari umat Islam. Yaitu penguasa tertinggi. Beliau adalah Khalifah Umar ibnul Khattab radhiyallu ‘anhu, yang berkedudukan di Al-Madinah Al-Munawwarah.

Maka bertolaklah beliau berjalan ke Palestina dengan ditemani seorang pembantunya. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa mereka berdua hanya membawa seekor tunggangan yang dinaiki bergantian sepanjang jalan. Hingga ketika tiba di pintu gerbang negeri itu, yang sedang dapat giliran naik justru pembantunya, bukan Umar. Akibatnya banyak orang salah paham dan mengira pembantu itu sebagai Umar.

Semua ini menunjukkan betapa bersahajanya seorang pemimpin dunia yang telah berhasil menaklukkan tiga imperium besar, Romawi, Mesir dan Persia.

Saat beliau menerima penyerahan tanah Palestina, beliau mengatakan bahwa tanah itu adalah wakaf bagi seluruh umat Islam.

Makna Wakaf Majazi

Namun pengetian tanah wakaf Palestina itu kalau kita sandingkan dengan istilah tanah wakaf dalam pengertian syariah, sesungguhnya lebih bersifat majazi.

Sebab sebagaimana yang kita ketahui dalam hukum fiqih, bila sebidang tanah telah diwakafkan, hukumnya menjadi tetap. Tanah itu tidak boleh dimiliki secara pribadi, tidak boleh dijual kepada orang lain, bahkan tidak boleh diwariskan secara turun temurun. Sebagaimana dalil berikut ini:

عبد الله بن عمر, قال: أصاب عمر أرضا بخيبر فأتى النبي صلى الله عليه وسلم يستأمره فيها فقال: يا رسول الله, إني أصبت أرضا بخيبر, لم أصب قط مالا أنفس عندي منه, فما تأمرني فيها ؟ فقال: إن شئت حبست أصلها, وتصدقت بها, غير أنه لا يباع أصلها, ولا يبتاع, ولا يوهب, ولا يورث. قال: فتصدق بها عمر في الفقراء, وذوي القربى, والرقاب, وابن السبيل, والضيف, لا جناح على من وليها أن يأكل منها, أو يطعم صديقا بالمعروف, غير متأثل فيه, أو غير متمول فيه متفق عليه

Dari Abdullah bin Umar ra. berkata bahwa Umar bin al-Khattab mendapat sebidang tanah di Khaibar. Beliau mendatangi Rasulullah SAW meminta pendapat beliau, "Ya Rasulallah, aku mendapatkan sebidang tanah di Khaibar yang belum pernah aku dapat harta lebih berharga dari itu sebelumnya. Lalu apa yang anda perintahkan untukku dalam masalah harta ini?" Maka Rasulullah SAW berkata, "Bila kamu mau, bisa kamu tahan pokoknya dan kamu bersedekah dengan hasil panennya. Namun dengan syarat jangan dijual pokoknya (tanahnya), jangan dihibahkan, jangan diwariskan." Maka Umar ra. bersedekah dengan hasilnya kepada fuqara, dzawil qurba, para budak, ibnu sabil juga para tetamu. Tidak mengapa bila orang yang mengurusnya untuk memakan hasilnya atau memberi kepada temannya secara makruf, namun tidak boleh dibisniskan (HR. Muttafaq ‘alaihi)

Tentunya ungkapan tanah Palestina adalah tanah waqaf bukan dalam sepenuhnya sebagaimana kriteria atau pengertian waqaf dalam ilmu fiqih. Sebab penduduk muslim yang menempati tanah mereka, tentu tetap punya hak kepemilikan sepenuhnya atas tanahnya. Tanah itu boleh mereka perjual belikan dengan sesama mereka yang muslim. Juga boleh diwariskan ke anak cucu untuk dimiliki sepenuhnya.

Maksud khalifah Umar radengan istilah waqaf ini bahwa tanah Palestina tidak boleh dijual atau diserahkan kepada orang selain muslim. Sebagaimana hukum tanah masjid yang berstatus wakaf, di mana tanah masjid itu tidak boleh dijual kepada pihak lain atau kepada orang kafir.

Masjid Al-Aqsha dan Masjid Umar

Ada kejadian menarik saat itu ketika masuk waktu shalat. Untuk menjaga perasaan umat kristiani, beliau tidak shalat di dalam baitul maqdis yang sebelumnya berupa gereja. Meski secara hukum, hal itu dibolehkan dalam syariah Islam. Sebagai gantinya, beliau memilih sebuah tempat di dekatnya untuk melakukan shalat. Dan di kemudian hari, tempat di mana khalifah Umar ra. pernah shalat itu dibangun masjid dengan nama: Masjid Umar.

Masjid Umar punya bentuk arsitektur yang teramat khas, yaitu berkubah kuning keemasan. Banyak orang salah mengira bahwa masjidil Aqsha itu yang berkubah kuning. Sesungguhya masjid yang berkubah kuning itu bukan masjid Al-Aqsha, melainkan masjid Umar yang berdiri tepat di samping masjid Al-Aqsha.

Dari gambar ini, masjid Al-Aqsha terletak di latar belakang. Yang berkubah kuning ini adalah masjid Umar.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ahmad Sarwat, Lc