Bersentuhan dengan isteri batal wudhu?

Diasuh Oleh Ust. Taufik Hamim Effendi, Lc., MA

Pertanyaan:

Assalamu alikum wr wb

Pak  ustaz yang terhormat, saya ingin bertanya  apakah bersentuhan  dengan istri

Membatalkan hudhu apakah  ada hadist dan dalilnya  ….?

Sebab  ada  beberapa ulama yang bilang  batal dan ada yang tidak

Terima kasih  sebelumnya

Salam

Maulana

Jawaban:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudara Maulana  yang dirahmati Allah SWT dan netters eramuslim yang berbahagia di mana pun anda berada, semoga Allah SWT melimpahkan kebaikan-Nya kepada kita semua karena kesungguhan kita untuk mengetahui persoalan ibadah. Amin.

Bersentuhan dengan kulit lawan jenis khususnya dengan isteri atau suami apakah dapat membatalkan wudhu atau tidak, ada tiga pendapat ulama yang berbeda:

Pertama: Tidak membatalkan wudhu, ini adalah pendapat madzhab Al-Hanafiyah, mereka mengatakan bahwa menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu secara muthlaq, wanita itu isterinya atau pun bukan, dengan syahwat atau tidak dengan dengan syahwat.

As-Sarkhasi rahimahullah berkata: “Tidak wajib wudhu karena mencium atau menyentuh wanita, dengan syahwat atau tidak dengan syahwat”.

Dalil mereka:

Dalil pertama: Pada dasarnya wudhunya tidak batal kecuali bila ada alil yang shahih dan terang.

Dalil kedua: ada beberapa hadits shahih yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW tidak kembali berwudhu setelah  menyentuh Aisyah. Aisyah RA berkata: “Dahulu aku tidur di depan Rasulullah SAW dan kedua kakiku ada di arah qiblatnya, dan bila sujud beliau menyentuhku”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Aisyah RA juga berkata: “Suatu malam aku kehilangan Rasulullah SAW dari tempat tidur maka kau mencarinya lalu tanganku memegang kedua telapak kakinya”.

Dalil ketiga: makna “لامستم النساء” adalah jima’, seperti halnya firman Allah SWT: “ولم يمسسني بشر”

Kedua: Membatalkan wudhu

Pendapat Madzhab As-Syafi’iyyah: bahwa seorang laki-laki yang menyentuh kulit isterinya atau wanita lainnya yang bukan mahram dapat membatalkan wudhu, walau pun menyentuhnya tanpa diiring dengan syahwat. Dalil mereka adalah:

Imam  Syafi’I rahimahullah menafsirkan kata “لا مستم النساء” dalam surat Al-Maidah ayat 6 adalah bertemunya kulit dengan kulit walau pun tidak terjadi jima’. Alasannya adalah :

Alasan pertama: Bahwa Allah SWT menyebutkan kata “Janabah” di awal ayat ini kemudian mengikutinya dengan menyentuh wanita

Maka ini menunjukan bahwa menyentuh wanita sebagai hadats kecil seperti buang air besar, dan itu semua bukan “janabah”, maka maksud “لا مستم النساء di sini adalah menyentuh kulit walau pun tidak terjadi jima’.

Alasan kedua: dari sisi bahasa Arab kata “لا مس” maknanya “لمس” sebagaimana dalam qira’ah lainnya, dan semuanya bermakna bertemunya kulit dengan kulit, Allah berfirman “فلمسوه بأيديهم” (QS. Al-An’am)

Alasan ketiga: Abdullah bin Umar RA berkata: “Seorang laki-laki mencium isterinya dan جسها (menyentuhnya) dengan tangannya  termasuk “الملامسة” (menyentuh), dan barang siapa yang mencium ietrinya atau menyentuh dengan tangannya maka wajib baginya berwudhu”. (HR. Malik dalam Muwattha’ dengan sanad shahih).

Menyentuh wanita dapat membatalkan waudhu dengan syarat: 1. dengan lawan jenis 2. Bersentuhan kulit 3. Tidak ada penghalang (seperti pakaian/kain) 4. Kedua sudah baligh 5. Bukan mahram.

Sedangkan pendapat ketiga: pendapat madzhab Al-Malikiyah dan Madzhab Al-Hanabilah, mereka menghimpun dalil dari dua pendapat sebelumnya, mereka mengatakan bahwa menyentuh wanita yang dapat membatalkan wudhu adalah bertemunya kulit dengan kulit bila diiringi dengan syahwat, dan inilah yang dimaksud dari ayat  “لامستم النساء”, adapun jika hanya bersentuhan tanpa syahwat seperti dalam kisah Aisyah RA di dua hadits yang disebutkan di atas maka tidak membatalkan wuhdu.

Sebab perbedaan

Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid menyebutkan sebab perbedaan pendapat diantara mereka dalam hal ini adalah karena kata اللمس  dalam bahasa arab bermakna menyentuh dengan tangan dan makna lainnya adalah jima’ (senggama)

Jadi pendapat yang mengatakan اللمس  adalah menyentuh dengan tangan  maka sekedar bersentuhan saja sudah dapat membatalkan waudhu, seperti pendapat kedua.

Pendapat yang mengatakanاللمس  bermakna jima’ maka hanya sekedar bersentuhan tidak dapat membatalkan wudhu,seperti pendapat pertama.

Pendapat lainnya bila bersentuhannya tidak dengan rasa nikmat atau dengan syahwat maka tidak membatalkan wudhu, bila dengan syahwat maka membatalkan wudhu, seperti pendapat ketiga.

Nah di sini kita diajarkan bisa lebih bersikap dewasa dan bijak serta mengedapankan ukhuwah, tidak mengatakan yang lainnya salah dan hanya ini yang paling benar.

Tidak sedikit riwayat yang menggambarkan sikap toleransi yang perlihatkan oleh para ulama terdahulu dalam menyikapi perbedaan yang bersifat furu’iyah, silahkan anda bisa mengikuti pendapat yang anda yakini. Namun perlu dicatat, bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram tidak diperbolehkan dalam Islam. Wallahu a’lam.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Taufik Hamim Effendi, Lc. MA (http://taufik-hamim.com/new)

Bila ingin bertanya silahkan kirimkan email ke [email protected]

_________________________________________

Lembaga Pelayanan Dakwah (LPD) Eramuslim

VISI

Menjadi Lembaga Perekat Umat

Misi

1. Membentuk masyarakat yang berakhlaqul kalimah

2. Menyebarkan nilai-nilai islam rahmatan lil alamin

3. Melayani kebutuhan dakwah di tengah masyarakat.

Motto
Suara Da’i Perekat Umat

Struktur LPD Eramuslim

Ketua:                         H. Taufik Hamim Effendi, Lc., MA

Sekretaris:                 H. Maftuh Asmuni, Lc

Wakil sekretaris:      Andan Nadriasta, ST

Bendahara:               Fachrurrozi, S. Ag

Anggota Korps Da’i LPD Eramuslim: 

  1. Dr. H. Saiful Bahri, MA
  2. Dr. H. Abdul Qahar Zainal, Lc., MA
  3. H. Taufik Hamim Effendi, Lc., MA
  4. H. Umar Sholehudin, Lc., MA
  5. H. Muhamad Soleh, LL. M
  6. H. Arafi Mughni, MA
  7. H. Rahmad Adi, MA
  8. H. Biqodarin, Lc., MA
  9. Syamsul Bahri, M. Si
  10. Ahmad Adnan, Lc., MA
  11. H. Maftuh Asmuni, Lc.
  12. H. Kusworo Nursidik, Lc
  13. Fachrurozi, S.Ag.
  14. M. Sofiyyul kamal, S.pdi
  15. Muhammad Latif, S. Thi
  16. H. Armi Yunadi, Lc
  17. Agus Salim, Lc
  18. Haris Salamah, Lc
  19. Wahibul Minan, Lc
  20. H. Sagono Budi Aji, Lc
  21. Dan lain-lain

Pelayanan 

  1. Khutbah Jumat
  2. Khutbah Idul fitri dan Idul adha
  3. Khutbah Nikah
  4. Kajian Ulum Syar’iyah
  5. Seminar Keislaman
  6. Kegiatan Ramadhan
  7. Penerjemahan bahasa arab
  8. Bimbingan dan pelayanan haji dan umrah
  9. Workshop janaiz, mawarits
  10. Buletin dll

Untuk mengundang Da’i LPD Eramuslim ke Masjid, Kantor, kampus dll  di Jakarta dan daerah serta LN silahkan mengajukan permohonan tertulis kemudian kirim ke email:  [email protected]