Mencintai Allah

Assalamu’alaikum wr. wb.

Ustad, saya mau tanya bagaimana agar dalam hati, kita bisa mencintai Allah namun sekaligus takut kepada Allah?mohon jawabannya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Wa’alaikumussalam Wr Wb

Saudara Johan yang dimuliakan Allah SWT

Mencintai Allah adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim, sebagaimana firman Allah SWT :

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

Artinya : “Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah [2] : 165)

Imam Bukhori meriwayatkan dari Anas bahwa seorang laki-laki dari penduduk kampung datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata; "Wahai Rasulullah, kapankah hari Kiamat akan terjadi?" beliau menjawab: "Celaka kamu, apa yang telah kau persiapkan?" laki-laki itu berkata; "Aku belum mempersiapkan bekal kecuali aku hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Beliau bersabda: "Kalau begitu, kamu bersama dengan orang yang kamu cintai."

Seorang muslim didalam beribadah kepada Allah hendaklah menyatukan antara kecintaannya kepada Allah, takut kepada-Nya serta mengharapkan pahala dan keutamaan dari-Nya. Artinya bahwa diharuskan bagi seorang muslim didalam beribadah kepada Allah menyertai ketiga hal itu secara bersamaan tanpa boleh memisahkan satu dari yang lainnya.

Kemudian bagaimana memunculkan perasaan cinta didalam diri seorang muslim kepada Allah SWT :

  1. Hendaklah ia melihat dirinya sendiri, bukankah dia mencintai dirinya itu, mencintai kesempurnaannya, mencintai kelanggengannya dan membenci hal-hal yang dapat mencelakakannya, mengurangi kesempurnaanya dan meninadakannya. Jika dia begitu mencintai dirinya sendiri lalu mengapa dia tidak mencintai Allah SWT yang telah mengadakan dirinya, memberikan kesempurnaan dan berbagai kelebihan kepadanya?!

    Tentulah jika ia mau obyektif dan jujur melihat hal itu pastilah ia akan lebih mencintai Allah daripada dirinya sendiri. Hasan al Bashri mengatakan,”Siapa yang mengetahui Tuhannya, pasti mencintai-Nya dan siapa yang mengetahui dunia pasti menjauhinya.”

  2. Dirinya pastilah mencintai orang yang telah berbuat baik kepadanya, memperlakukannya secara lemah lembut, memberikannya bantuan, pembelaan dan perlindungan dari hal-hal yang dapat mencelakannya. Jika dirinya pun mau jujur pastilah dia akan menjadikan kecintaan yang utama adalah kepada Allah SWT karena Dia lah yang memberikan segala sesuatu yang ada pada dirinya sehingga dirinya bisa menikmati kehidupannya dengan sempurna melebihi daripada semua orang yang telah berbuat baik kepada dirinya walaupun jika semua perbuatan baik mereka itu dijadikan satu jika dibandingkan dengan kenikmatan yang telah berikan Allah kepadanya.

    وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

    Artinya : “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl [16] : 18)

  3. Dirinya pun mencintai orang-orang yang melakukan kebaikan meskipun kebaikannya itu tidak sampai kepadanya atau tidak didapatkannya, seperti kecintaannya kepada seorang penguasa alim, adil, ahli ibadah dan menyayangi rakyatnya. Tentunya kecintaan kepada Allah haruslah lebih utama daripadanya karena Allah lah yang telah berbuat baik kepada semua pihak dan berjasa kepada semua makhluk.

Wallahu A’lam