Menjaga Semangat Dakwah

Assalamualaikum ustadz,

Ane termasuk pendatang baru dalam dunia dakwah, ilmu ane belum tinggi, tapi ane sudah tahu mengenai tuntutan dakwah ini ustadz, bahwa setiap muslim adalah wajib untuk bisa ber-amarma’ruf nahi munkar. Nah, bagi orang yang sudah tahu kewajibannya, dan ia meniggalkannya kan dosa (iya kan?).

Nah, dari situ timbul masalahnya, ane tahu bahwa begitu luas medan dakwah dan begitu terjalnya medan dakwah serta sulitnya melewati rintangan-rintangan di dalamnya, itu yang mendorong ane untuk terjun ke dunia dakwah.

Tapi ane belum punya dasar yang kuat, hapalan surat sedikit, ilmu fiqih, hadist-hadist banyak yang tidak tahu, terus ilmu manajemen organisasi juga kurang.

Ane takut, karena tidak bisa menghadapi itu, terus pilihan ane adalah mundur dari dakwah (jangan sampai terjadi).

Pertanyaannya: Bagaimana caranya menjaga semangat dakwah itu? Jazakallah ustadz.

Jawaban

Waalaikumussalam Wr Wb

Da’wah atau menyeru kepada Allah swt merupakan sebuah kewajiban berdasarkan firman Allah swt :

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl : 125)

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ

Artinya : “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,” (QS. Yusuf : 108)

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Imran : 104)

Seorang da’i di dalam melaksanakan kewajiban ini dituntut memiliki pengetahuan tentang keagamaan yang baik agar da’wahnya tidak jatuh kedalam kesalahan. Sebagaimana diketahui bahwa amal mengikuti ilmu dan ketika suatu amal tidak dibangun di atas landasan ilmu maka kerusakan yang ditimbulkannya akan lebih besar dari manfaat yang dihasilkannya.

Untuk itu seorang da’i diharuskan memahami pokok-pokok aqidah dan keislamannya lalu tsaqofah fikriyah sebagai bekal di dalam da’wahnya.

Syeikh Mustafa Masyhur menyebutkan bahwa ada tiga tsaqofah fikriyah yang harus dimiliki seorang da’i :

1. Memahami Islam secara benar

Memahami islam secara betul dan menyeluruh yang memungkinkan dia dapat melaksanakan islam dengan pelaksanakan yang benar terhadap dirinya, dan dengan itu pula dia dapat menyampaikan islam dengan baik kepada orang lain. Dia mampu melaksanakan islam dan menyampaikan secara total, murni dan orisinil.

2. Memahami kondisi dan situasi

Para da’i mesti mengetahui kondisi dan situasi dunia islam dahulu dan sekarang, mengenal musuh-musuh islam dan mengetahui cara dan tindak-tanduknya. Dia juga harus mengetahui peristiwa-peristiwa aktual yang mempengaruhi kondisi kaum muslimin dari dekat atau jauh.

Mengetahui siapakah golongan yang bekerja di bidang dakwah Islam, kecenderungan dan cara-cara mereka, bagamana bentuk kerja sama yang perlu dibuat bersama-sama dengan mereka, dan persoalan-persoalan lain yang patut diketahui oleh orang-orang yang aktif dalam gerakan islam.

3. Punya spesialisasi ilmu

Para da’i harus menyampaikan untuk memantapkan spesialisasi ilmu yang berkaitan dengan urusan hidup manusia seperti : ilmu kedokteran, teknik, pertanian, ekonomi, perusahaan dan lain-lainnya.

Oleh karena itu bagi seorang kader aqdah ia harus berusaha memperbaiki dan meningkatkan spesialisasi ilmu yang dimilikinya secara professional agar dia mendapat tempat dalam masyarakat dan dapat mengisi tempat-tempat kosong pada saat kita membangun dan menegakkan daulah islamiyah.

Patut di sini disebutkan bahwa sebagian besar ilmu pengetahuan modern sekarang ini telah dipelopori oleh para cendekiawan muslim zaman dahulu. Karena agama islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu dan belajar serta dapat menghubungkan ilmunya dengan al Kholik.

Tentunya mustahil bagi seseorang mencapai tingkat kesempurnaan di dalam keilmuannya dikarenakan luasnya ilmu Allah swt. Dengan begitu hendaklah setiap dai menyampaikan apa-apa yang telah diketahuinya secara baik kepada orang-orang yang belum mengetahuinya, dan inilah hakekat dari da’wah.

Dan dilarang bagi setiap da’i untuk menyampaikan sesuatu yang belum diketahui ilmunya secara baik khawatir terjatuh di dalam kasalahan berdasarkan keumuman hadits Rasulullah saw, “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.” (HR. Bukhori)

Satu ayat yang betul-betul diketahuinya secara baik adalah amanah yang ada di pundaknya untuk disampaikan kepada orang-orang yang belum mengetahui satu ayat tersebut.

Turun naik atau berkurangnya semangat di dalam sebuah amal islami adalah sesautu yang biasa sebagaimana keimanan yang memiliki masa-masa naik dan masa-masa turun.

Akan tetapi yang tidak diperbolehkan adalah ketika hilang sama-sekali semangat untuk beramal islami, sabda Rasulullah saw, “Setiap amal mempunyai masa semangat (syirroh) dan setiap masa semangat terdapat pula masa turun semangat (fatroh). Barangsiapa yang masa lemah semangatnya masih berada pada sunnahku maka ia telah mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang masa lemah semangatnya berada pada selainnya maka ia celaka.” (HR. Ahmad)

Menjaga semangat dakwah

Di antara hal-hal yang bisa digunakan di dalam menjaga semangat berdakwah adalah :

1. Memahami keutamaan dakwah

Mengetahui secara baik akan keutamaan da’wah di antara aktivitas-aktivitas lainnya di sisi Allah swt, sebagaimana firman Allah swt :

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushilat : 33)

Sabda Rasulullah saw,”Seandainya Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui dirimu maka hal itu lebih baik bagimu daripada onta merah.” (HR. Bukhori dan Muslim)

2. Memahami kewajiban hanyalah menyampaikan

Menyadari bahwa Allah hanya memerintahkan kepada kita untuk menyampaikan kepada manusia dan tidak membebankan kita agar mereka semua menerima da’wah kita karena urusan hati manusia beada di dalam genggaman Allah swt, sebagaimana sabda, “Sesungguhnya hati manusia berada di antara dua jemari dari jari jemari Yang Maha Pengasih dan Dia-lah yang membolak-balikkannya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al Qoshosh : 56)

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan setiap amal da’awiy seseorang meskipun hanya sedikit dari manusia yang menerima dan menyambut da’wahnya.

3. Berjamaah dalam berdakwah

Hendaklah di dalam menegakkan kewajiban berda’wah ini tidak sendirian akan tetapi berada di dalam suatu barisan atau jama’ah, bersama orang-orang yang berjuang menegakkan agama Allah di muka bumi ini sepanjang pagi dan petang, yang kehidupan mereka betul-betul diberikan untuk kejayaan islam dan kaum muslimin, orientasi perjuangannnya adalah kebahagian akherat bukan kenikmatan dunia yang sering kali menipu manusia.

Sabda Rasulullah saw, “Tangan Allah bersama jama’ah.” (HR. at Tirmidzi)

Dengan merekalah kita bisa berbagi perasaan suka dan duka di dalam lapangan da’wah yang menjadi bunga-bunganya yang kelak akan kita cium harumnya di surga Allah swt.

Wallahu A’lam