Penyusunan Ayat-ayat Al-Qur'an

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh

Pak Ustadz yang saya hormati,

Ada satu hal yang sudah lama sekali ingin saya ketahui. Saya amat sangat percaya bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh umat manusia dan saya tahu beberapa keajaiban walaupun keajaiban-keajaiban tersebut saya dapatkan melalui artikel-artikel, buku-buku dan tausiyah-tausiyah dari para guru.

Namun ada satu hal yang amat mengganggu keyakinan saya, yaitu mengenai susunan ayat-ayat al-Qur’an. Karena sejauh yang saya mengerti, ayat al-Qur’an adalah surat Al-‘Alaq 1-5 yang sangat dahsyat. Dan diakhiri dengan ayat yang oleh beberapa pihak diyakini ada beberapa versi.

Juga setahu saya sayyidina Ali R.A. menyimpan versi al-Qur’an yang disusun berdasarkan kronologi turunnya ayat. Namun kitab ini disimpan oleh beliau hanya untuk kepentingan beliau pribadi dan keluarganya.

Yang ingin saya ketahui, al-Qur’an dikumpulkan dan disusun ke dalam sebuah kitab pada masa sayyidina Utsman dengan alasan karena banyaknya para sahabat yang syahid pada masa penyebaran agama Islam. Artinya sudah beberapa puluh tahun setelah Rasulullah S.A.W. wafat. Apakah ada hadist-hadist yang menerangkan tentang susunan ayat-ayat al-Qur’an, contohnya ayat Kursi harus diletakkan di surat al-Baqarah 255.

Kalau memang ada, dimana saya bisa mendapatkan kitab yang menerangkan tentang penyusunan al-Qur’an yang mulia ini. Mohon maaf bila pertanyaannya sensitif, namun saya harus menanyakan agar menambah keyakinan saya kepada kitab yang mulia dan saya yakini sebagai petunjuk untuk menjalani kehidupan.

Mohon petunjuk dari pak ustadz tentang hal ini dan sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.

Wassalamulaiku Wa Rahmah wa barokah.

Sri

Waalaikumussalam Wr Wb

Saudara Sri Lestari yang dimuliakan Allah swt

Ada sebagian manusia yang mengatakan bahwa susunan ayat-ayat didalam Al Qur’an adalah ijtihad para sahabat. Mereka berargumentasi dengan mushaf-mushaf yang disusun oleh para sahabat, seperti Mushaf Ibnu Mas’ud, mushaf Ali bin Thalib yang disusun berdasarkan turunnya.

Adapun jumhur ulama mengatakan bahwa susunan ayat-ayat didalam Al Qur’an adalah pekara tauqifiy (perintah dari Allah dan Rasul-Nya) bukan hasil dari ijtihad para sahabat.

Sebagaimana dikatakan, Imam Suyuthi didalam bukunya ”al Itqon” bahwa ijma dan berbagai nash menjelaskan bahwa susunan ayat-ayat merupakan perkara tauqifiy yang tidak ada keraguan didalamnya.

Adapun ijma telah dinukil lebih dari seorang, diantaranya Zarkasyi didalam al Burhan, Abu Ja’far bin Zubeir didalam beberapa ungkapannya,”Susunan ayat-ayat didalam surat-suratnya merupakan perkara tauqifiy (perintah) Rasulullah saw yang tidak ada perselisihan dikalangan kaum muslimin.

Adapun diantara nash-nashnya adalah apa yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari Ibnu Abbas yang bertanya kepada Utsman,”Apa yang menyebabkanmu menentukan surat al Anfal padahal ia termasuk surat yang tidak sampai seratus ayat lalu ke surat at Taubah yang termasuk surat ratusan ayat, kamu bedakan diantara keduanya dan tidak kamu tuliskan diantara keduanya baris بسم الله الرحمن الرحيم lalu kamu meletakkannya didalam tujuh surat-surat panjang ?

Utsman menjawab bahwa telah turun surat yang memiliki jumlah tertentu kepada Rasulullah saw. Apabila turun kepadanya suatu surat maka dia memanggil sebagian orang untuk menulisnya dan bersabda,”Letakkan ayat-ayat ini didalam surat yang didalamnya disebutkan ini dan itu. Dan surat Al Anfal merupakan surat-surat yang diturunkan di Madinah sedangkan surat al Baroah (at Taubah) merupakan surat terakhir yang diturunkan. Kisah-kisah didalamnya (al Anfal) serupa dengan kisah-kisahnya (at Taubah) sehingga aku mengira bahwa ia (at Taubah) adalah bagian darinya (al Anfal). Hingga Rasulullah saw wafat tidak ada penjelasan bahwa ia (at Taubah) adalah bagian darinya (al Anfal). Karena itulah aku bedakan antara keduanya dan tidak kutuliskan diantara keduanya بسم الله الرحمن الرحيم lalu aku meletakkannya di dalam kelompok tujuh surat yang panjang.”

Diantara nash yang lain adalah yang diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad hasan dari Utsman bin Abi al ’Ash berkata,”Aku duduk di sisi Rasulullah saw, beliau saw mengangkat pandangannya kemudian menundukkannya lalu bersabda,”Jibril telah mendatangiku dan memerintahkanku agar meletakkan ayat ini di tempat ini dari surat yang ini—إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى hingga akhir surat–.

Diantaranya juga apa yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Ibnu Zubeir berkata,”Aku mengatakan kepada Utsman– والذين يتوفون منكم ويذرون أزواجاً ayat ini telah dihapus oleh ayat lain dan engkau tidak menulis atau meninggalkannya. Utsman mengatakan,”Wahai saudaraku, aku tidaklah merubah sedikit pun darinya dari tempatnya.”

Diantara nash lainnya adalah hadits-hadits tentang akhir surat al Baqoroh. Dan diantaranya apa yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Darda’,”Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat al Kahfi maka dirinya akan terlindungi dari fitnah dajjal.” Didalam lafazh lainnya,”Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat terakhir dari surat al Kahfi.”

Diantara nash-nash yang menunjukkan tentang itu secara umum adalah riwayat tentang Rasulullah saw membaca surat-surat, seperti surat al Baqoroh, Ali Imron, An Nisaa didalam hadits Hudzaifah.

Bacaan-bacaan Rasulullah saw dengan disaksikan oleh para sahabat menunjukkan bahwa susunan ayat-ayat itu adalah tauqifiy lalu sahabat melakukan penyusunan berdasarkan pendengarannya dari Nabi saw hingga sampai batas mutawatir. (al Itqon fii ’Ulumil Qur’an hal 71)

Wallahu A’lam