Dakwah Bukan Ber-Slogan Ria

Ustadz Fathi Yakan

Pola dakwah yang berorientasi pada massa biasanya lebih banyak mengandalkan slogan daripada kandungan. Sebab barangkali karena aspek ini lebih mudah dikalkulasi dan didata.

Gerakan dakwah, apabila tidak mampu mengubah slogan menjadi kenyataan atau mewujudkan gambar menjadi realitas, akan kehilangan kehormatan dan pengaruhnya. Akhirnya ia tidak mampu mewujudkan tujuan tujuan yang lebih besar dan lebih jauh.

Islam memberi perhatian secara fokus pada substansi dan kandungan, tanpa mengabaikan fisik dan kemasannya. Perhatian kepada substansi lebih banyak daripada nama, kemasan, dan slogan.

Allah SWT berfirman,

Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka (Al Munafiqun:4)

Rasulullah SAW berkata :

Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada fisikmu dan hartamu, tetapi Allah melihat kepada amal dan hatimu (HR Ibnu Majah)

Kelompok kelompok Islam yang lebih memperhatikan atribut dan slogan, jelas tidak mungkin mampu menterjemahkan idealismenya ke dalam aktivitas harian yang bisa disaksikan orang banyak dan mereka ikut merasakannya. Bahkan seringkali aktivitasnya bertentangan dengan slogan yang senantiasa digembar gemborkan. Inilah sesungguhnya yang menjadi unsur penghancur paling dominan.

Kegiatan memperbanyak bendera, slogan, dan atribut Islam bukanlah suatu cara untuk mewujudkan perubahan Islam dan menegakkan hukum Allah SWT dimuka bumi, sepanjang bendera, slogan, dan atribut itu tidak bisa diterjemahkan dalam realitas kehidupan nyata umat manusia, baik aspek moral maupun perundangan.—Fathi Yakan, Robohnya Dawah di Tangan Dai