Muslimah Saudi: Perang Melawan Emansipasi

Seperti diketahui, karena semua muslimah di Saudi Arabia melakukan aktivitas publik dengan memakai jilbab, dan tidak boleh mengendarai mobil, hal ini menjadi bahan serangan AS dan Barat. Kedua komplotan itu menyoroti dan menganggapnya sebagai halangan moderniasi bagi para muslimah Saudi. Terjadi erosi dalam cara berpakaian muslimah di negara yang setiap tahun dipakai untuk ibadah haji itu.

Elisa, seorang penulis di internet dan seorang dosen, termasuk wanita konservatif di Saudi. Ia menegaskan bahwa kondisi ini membahayakan status muslimah di negaranya. “Sesungguhnya muslimah Saudi itu orang yang paling beruntung di dunia, karena negara kita ini adalah negara yang benar–benar mengamalkan Islam secara murni dan menyeluruh!” ujarnya.

Sedangkan Faiza al-Obadi, seorang Profesor Biologi, menyebutkan bahwa emansipasi wanita yang sekarang merebak di Saudi ini adalah sebuah perang nyata terhadap agama yang diusung oleh AS. “Ini penjajahan intelektual! Dan ini lebih berbahay,a” tandas Faiza.

Samia Adham, seorang Profesor Ilmu Statistik juga menambahkan, “Memakai jilbab itu pilihan. Kami memilih untuk diatur oleh Islam dan kami akan memembuat perbedaan dengan cara kami ini kepada dunia.”

Sekarang ini, sebagian perempuan di Saudi Arabia memang tengah gencar melakukan tuntutan agar cara berpakaian wanita Arab Saudi dan juga aturan kelaur rumah direvisi. Maklum Undang-Undang di negara itu memang sejak lama mengharuskan para wanita yang keluar rumah harus memakai jilbab dan pakaian gamis. Khadijah Badahah, administrator sebuah universitas dan mengajar kimia di Universitas London mengatakan, “Ini adalah sebuah erosi budaya. Jika kita tidak melawannya, maka ini akan terus berlanjut!” 

Tapi, sebuah tamparan mengejutkan datang akhir bulan November lalu. Sebuah grup musik rock yang terdiri dari empat gadis remaja asal Saudi Arabia mengguncang dunia maya. Grup rock ini, bernama the Accolade, menyebarkan rekaman album mereka yang diproduksi sendiri. Mereka mengirim albumnya ke myspace, sebuah situs penyimpanan data dan banyak orang yang mengunduh lagu-lagu mereka. Pemimpin grup band ini, Lamia menindik alis dan lidahnya. “Mungkin kami gila, tapi kami melakukan sesuatu yang berbeda.” Ujarnya. (sa/wp)