Muslim Azerbaijan: Ditutupnya Masjid Kami

Inilah perjuangan Islam di sebuah negeri. Saat ini, masjid-masjid di Azerbaijan ditutup oleh pemerintahnya. Penutupan ini diberlakukan hanya beberapa bulan setelah undang-undang baru untuk memantau dan mengontrol imam masjid (ustad atau kiayi) diterapkan.

"Mereka menutup masjid kami setelah undang-undang yang baru dikeluarkan," kata Vidady Abasov, muazin dari Masjid Akhli Sunni di kota Ganca, kepada BBC News pada Selasa, 3 November. "Itu membuat kami marah. Mengapa mereka melakukannya?"

Pemerintah mengatakan masjid ditutup untuk pemulihan, namun hal itu dibantah oleh Abasov. "Faktanya adalah bahwa mereka tidak menyukai kami karena kami telah menghabiskan beberapa waktu di luar negeri," kata Abasov, yang mengatakan ia pernah tinggal di Asia Tengah. "Mereka pikir kami terlalu radikal."

Chechnya Yang Lain?

Penutupan masjid dalam dua bulan belakangan ini dikeluarkan setelah parlemen Azerbaijan mengesahkan undang-undang yang melarang siapa pun yang menerima pendidikan atau bepergian ke luar negeri menjadi imam masjid. Lebih jauh, mereka melarang gerakan wahabi di negara ini. Pada kenyataannya, tidak seperti itu.

Di bawah undang-undang baru, pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk memantau dan mengontrol imam masjid ini dan segala aktivitasnya—kecuali harus disetujui oleh pemerintah. "Kami dihadapkan dengan masalah radikalisme," kata Hidayat Orujov, Menteri Agama. "Orang tidak ingin kami semua menjadi Chechnya, Dagestan atau Ingushetia lainnya."

Di Azerbaijan, statistik resmi menunjukkan bahwa 90 persen penduduknya adalah Muslim,namun Negara dengan total populasi 8,2 juta jiwa itu adalah Negara sekuler.

Selain dari pemerintah, para jamaah masjid di Azerbaijan juga sering menghadapi terror. Pada tahun 2008, misalnya, sebuah granat dilemparkan ke dalam masjid Abu Bakar, dan menewaskan dua orang jamaah.

Tak Ada Wahabi, Kami Salafi

"Tidak ada ekstremisme di sini, dan kami menolak Wahhabi," tegas Suleymanov, seorang imam masjid. "Kami Salafi, bukan Wahhabi."

Imam Suleymanov memperingatkan pemerintah bahwa jika mereka terus mencoba untuk mencegah masyarakat untuk beribadah di masjid, maka justru akan menyebabkan persaan sakit hati dan menyebar radikalisme daripada mencegahnya.

Anar Valiyev, analis independen yang berbasis di Baku, setuju. Dia percaya pemerintah Azerbaijan melebih-lebihkan ancaman ekstremisme untuk memperketat kontrol atas agama dan untuk membatasi kebebasan beribadah. "Jelas ada organisasi-organisasi ekstremis di Azerbaijan," katanya kepada BBC.

"Mereka sebagian besar dilikuidasi. Dan pada beberapa titik, badan-badan penegak hukum tidak bisa berhenti."

"Anda punya tokoh-tokoh masyarakat yang pergi keluar negeri dan berkata Wahhabi adalah teroris dan itu hanya untuk menerapkan imej negatif pada agama ini."

Departemen Luar Negeri AS menyatakan keprihatinan atas penutupan masjid di Azerbaijan. "Ada perubahan pada konstitusi yang merongrong kebebasan beragama," Laporan Kebebasan Beragama Internasional menyatakan. Seraya menambahkan, "beberapa kemerosotan dalam status penghormatan terhadap kebebasan beragama oleh pemerintah (Azerbaijan)."