Benar Benar Hujan Bom , Laporan Dari Suriah

Judul berita yang kami kirimkan di hari kedua ternyata terlalu lebay. Baru sekitar delapan birmil yang berjatuhan sudah dibilang “hujan.”  Kenapa begitu? Karena hari ini birmil lebih banyak dikirim oleh Angkatan Udara Basyar Asad untuk rakyatnya sendiri.

Ada sekitar tiga gelombang serangan hari ini. Pertama pukul 9.30. kedua pukul 10 lewat. Jeda cukup panjang terjadi, sekitar dua jam, kemudian menjelang jam satu datang gelombang ketiga. Paling tidak ada limabelas birmil yang dijatuhkan dari pesawat.

Suasana koridor lebih ramai dari kemarin. Hari ini beberapa pasien tengah berobat di rumah sakit. Ada tiga anak kecil yang digendong oleh ibu dan ayahnya. Terlihat para ibu menenangkan anak-anaknya. Menghibur mereka supaya tak menangis ketakutan.

Anak-anak itu berjaket tebal, memakai topi wool untuk menahan hawa dingin yang menggigit. Seorang yang paling kecil dibungkus selimut tebal di gendongan ayahnya. Pedih hati melihat penderitaan mereka, anak sakit di saat perang berkecamuk dan bom berjatuhan setiap hari.

Subhanallah. Anak-anak usia dua sampai empat tahun yang berlindung di koridor tak rewel. Mereka sedikit merengek memang, tapi ucapan ibu mereka segera membawa ketenangan. “Ya Rabb (Ya Tuhanku)… Ya Rabb… “ beserta doa-doa dalam bahasa Arab yang tak kami pahami terdengar setiap kali bom meledak.

Air mata kami terasa hendak menitik melihat anak-beranak yang dihujani bom setiap hari itu.  Mereka dihujani bom setiap hari hanya karena mereka ingin keadilan. Alhamdulillah, gelombang ketiga berakhir setelah limabelas menit. Bom-bom yang jatuh ternyata tak menambah kerusakan gedung klinik yang sudah dihiasi banyak tanda getaran bom. Kaca pecah, tembok retak atau bahkan berlubang.

Sementara suasana cukup lega. Saya harus bolak-balik membuka tutup laptop untuk menulis berita ini. Setiap kali pesawat datang menyerang laptop segera ditutup dan segera berlindung di koridor. Belum tahu apakah gelombang serangan sudah berakhir hari ini. Kemarin sore beberapa bom masih berjatuhan namun jaraknya jauh dari rumah sakit. Hanya kepada Allah kami bergantung dan hanya kepada-Nya kami berlindung. – Ustadz Fahmi Suwaedi dari Suriah-