Frank Estrada: Pernah Membenci Arab dan Islam

islam kristenFrank Estrada adalah seorang penganut agama Katolik Roma yang taat. Ia menerima sepenuh jiwa ajaran-ajaran gereka Katolik Roma meski ada sebagian ajaran yang bertentangan dengan akal sehatnya. Estrada bukan hanya menjalankan keyakinannya dengan teguh tapi dalam setiap kesempatan ia berusaha mencari pengikut dan mengajak orang lain untuk memeluk agamanya.

Ketika masih bertugas di Marinir AS, Estrada pernah dua kali ditugaskan ke Timur Tengah. Di negara Timur Tengah yang mayoritas pendudukan Muslim ini, Estrada justeru mulai membenci Islam dan orang-orang Arab. Namun kebencian itu berubah ketika Estrada sudah tidak aktif lagi di Marinir dan bekerja sebagai pengelola jaringan internet di sebuah perusahaan di Irak. Di kantornya ia bekerja dengan seorang Muslim bernama Ahmed.

Mulanya, Estrada tidak terlalu percaya pada rekannya itu karena latar belakangnya yang Muslim. Meski demikian, Estrada mengakui Ahmed sebagai seorang rekan kerja yang sabar dan banyak membantunya menyelesaikan tugas-tugas di kantor.

Bergaul dengan Ahmed, perlahan-lahan sikap ketidakpedulian Estrada terhadap Islam mulai mencair. “Ahmed tidak menceramahi saya dengan kata-kata. Tapi dia menunjukkan pada saya bahwa Muslim bukanlah orang-orang jahat, lewat perilakunya sehari-hari,” ungkap Estrada. Dari Ahmed pula Estrada akhirnya tahu tentang sosok Rasulullah Muhammad Saw dan kebenaran akan pesan-pesan Allah Swt dalam Islam.

Pengalaman di Irak mendorong Estrada untuk mempelajari agama Islam ketika ia kembali ke negaranya. Ia lalu mengambil kursus tentang agama-agama di dunia di Mesa Community College. Di tempat kursus ini, Estrada tidak mendapatkan gambaran Islam yang sebenarnya.

“Pandangan-pandangan tentang Islam di kursus itu cenderung negatif. Tapi hal ini justeru memicu saya untuk mengenal lebih dekat tentang Islam,” ujar Estrada.

Selain memperdalam agama Islam, Estrada mengambil kursus bahasa Arab agar bisa membaca dan memahami al-Quran dengan baik. Ia juga banyak bergaul dengan banyak orang yang ia tahu beragama Islam dan mengamati apakah perbuatan mereka sesuai dengan perkatannya. “Dan saya tidak pernah menemukan kemunafikan dalam diri mereka,” imbuhnya.

Estrada juga sering berkunjung ke masjid di kawasan Tempe, Arizona. Di masjid ia banyak berdiskusi dengan sesama Muslim dan imam masjid itu. Tapi menurut Estrada, yang benar-benar membulatkan tekadnya untuk masuk Islam adalah dua kalimat syahadat. Sebelum mengucapkannya, Estrada mempelajari syahadat dan mencari tahu apakah kalimat itu sesuai dengan apa yang diyakininya. Ia juga membandingkannya dengan amandemen pertama dalam ajaran Katolik dan ia menemukan bahwa ajaran Katolik ternyata mengakui lebih dari satu Tuhan, sedangkah Islam hanya satu Tuhan, tiada tuhan selain Allah seperti dalam kalimat syahadat.

“Apapun alasanya, ajaran Katolik mengenal lebih dari satu Tuhan. Saat itu pula saya menyadari bahwa saya tidak bisa menaati hukum Allah dan pada saat yang sama tetap memuji Yesus sebagai anak Tuhan,” aku Estrada.

Ia kemudian membicarakan keinginannya masuk Islam dengan istrinya. Berjam-jam mereka membahas apa yang akan mereka lakukan dengan keluarganya jika ia menjadi seorang Muslim. Istri Estrada lalu ikut ke masjid dan disana mereka bertemu seorang lelaki bernama Muhammed. Tak disangka, setelah berdiskusi dengan Muhammed, istri Estrada malah memutuskan untuk ikut masuk Islam juga. Subhanallah …

“Saya bersyukur pada Allah yang telah membawa orang-orang yang memberitahukan kebenaran dalam kehidupan saya. Saya bersyukur Allah telah memberikan saya kemudahan untuk memahami kebenaran itu. Lebih dari itu, saya bersyukur Allah telah menganugerahkan seorang isteri yang juga mau menerima kebenaran itu bersama saya,” tutur Estrada.

Hampir semua teman, orangtua dan kerabat mendukung keputusan Estrada dan isterinya. Cuma ayah Estrada sempat tidak mau bicara dengannya selama tiga bulan. Begitu pula keluarga isterinya yang sampai hari ini masih belum mau menerima kemusliman Estrada.

“Menjadi seorang Muslim adalah keputusan yang benar. Saya yakin suatu hari Allah akan melunakkan hati mereka,” ujar Estrada mantap. (ln/readislam)