YINON PLAN: Pecah Belah Dunia Arab oleh Zionis, Bagaimana Indonesia? (Bag.2)

Eramuslim.com –

  • Jordania dan Palestina Tepi Barat (West Bank)Dalam laporannya tentang kebijakan luar negeri Rusia dan orang-orang Arab, seorang politisi dan diplomat Rusia yang menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia dari tahun 1998 hingga 1999, Yevgeny Primakov, mengontekstualisasikan makalah Yinon sehubungan dengan isi dari apa yang mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, George Ball, nyatakan dalam kesaksian di bulan Agustus sebelum pertemuan Komite Urusan Luar Negeri Senat AS.George Ball, yang membahas invasi Israel kedua ke Lebanon (7), sebelumnya pada Juni, merujuk pada percakapan dengan Ariel Sharon, di mana Sharon dilaporkan menyatakan bahwa strategi jangka panjangnya terdiri dari “menekan orang-orang Palestina keluar dari Tepi Barat.. memungkinkan hanya secukupnya saja dari mereka untuk tetap bekerja.” (5)

    Makalah Yinon menyarankan bahwa kebijakan Israel, baik dalam perang dan perdamaian, harus bertujuan untuk satu tujuan: ‘likuidasi Jordan’ sebagaimana diperintah oleh Kerajaan Hashemite, bersama dengan peningkatan migrasi Palestina dari Tepi Barat ke Yordania timur. (5) (16)

    Pembubaran Jordania, pikir Yinon, akan mengakhiri masalah keberadaan konsentrasi padat warga Palestina di wilayah Palestina yang ditaklukkan Israel dalam Perang Enam Hari (the Six-Day War) pada tahun 1967, yang memungkinkan mereka dihanyutkan ke wilayah bekas kerajaan itu. (18)

    Tak peduli dengan HAM yang digadangkan para corongnya di dunia, sekawanan tentara paling pengecut sejagat, tentara Israel, tampak menggelandang hanya seorang bocah Palestina yang sufah berdarah, diikat tangannya dan sudah ditutup matanya.

    • Libanon

    Makalah Yinon seakan “memberi makan” konspirasi lama Lebanon terhadap integritas teritorialnya sejak tahun 1943, yang menurutnya negara tersebut akan dikantonisasi menurut garis etno-nasionalis. Khususnya selama tahun 1970-an. (19)

    Gagasan itu mengambil “sayap” dan, terutama setelah perang saudara pecah di Lebanon pada tahun 1975, kemudian dikaitkan dengan sosok Henry Kissinger yang diplomasi Timur Tengahnya dianggap sangat merugikan kepentingan Lebanon, dan yang dikabarkan merencanakan pembagian Lebanon menjadi dua negara. (20)