Nek Marsonah; Menyambung Hidup dari Kematian

Marsonah (60) tidak dapat menyembunyikan rasa harunya saat bercerita tentang anak-anaknya. Sedih dan geram berkecamuk jadi satu. Bulir-bulir air mata pun jatuh berurai. Marsonah adalah nenek renta yang sudah lama hidup sebatang kara. Rumahnya tak jauh dari Pantai Anyer, kawasan wisata yang kesohor itu, tepatnya di Kampung Sepur, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Banten. Dinding papan rumahnya yang setengah lapuk dan atap yang terbuat dari daun-daun kering semakin membuat kita prihatin.

Nenek ini bekerja sebagai tukang memandikan jenazah. Di daerah Anyer dan sekitarnya, hanya Marsonah seorang yang dipercaya sejak lama memandikan jenazah perempuan. Profesi yang sangat langka, karena butuh keikhlasan yang tinggi dan kepercayaan yang besar. Dialah yang memastikan bahwa jenazah sudah benar-benar suci, bersih, siap dishalatkan dan kemudian dikuburkan.

DD berhasil menemuinya berkat bantuan salah seorang mitra di kawasan Pantai Anyer. Ketika kami datang, sang nenek sedang duduk di teras dan tampak terkejut dengan kehadiran kami. Marsonah hanya bisa berbahasa “Jaseng”—bahasa Jawa dengan dialek Cirebon dan logat Serang. “Kula ora bisa Indonesia, enggih Pak (saya tidak bisa berbahasa Indonesia, begitu Pak),” tuturnya lirih.

Marsonah pernah bersuami, tapi itu 30 tahun yang lalu. Dia diceraikan karena sesuatu hal dan sekarang mantan suaminya sudah meninggal. Dari perkawinannya, Marsonah mendapat empat anak, satu laki-laki dan tiga perempuan. Namun, keempat anaknya itu kini lebih memilih berbahagia sendiri dengan keluarganya masing-masing. Marsonah hidup dari bantuan tetangganya yang peduli dan dari upah memandikan mayat jika ada yang memanggil. Bila di kota besar, upah memandikan mayat bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah, maka untuk Marsonah tarifnya hanya Rp 5000 sampai Rp 10.000. “Lamon, keluargane dewek ora gelem, tapi ya kula ta ikhlas ridlo (keluarganya saja tidak mau memandikan padahal itu mayat keluarganya sendiri, namun saya ikhlas ridho,” ungkapnya pelan.

Ketika DD menanyakan sampai kapan dia akan memandikan mayat, tak diduga, dia menjawab dengan semangat. “Sampe mati, Pak. Sing penting mas kulane sehat, kuat (sampai mati, Pak. Yang penting saya sehat dan kuat),” tukasnya.

Sebagai perempuan, sesungguhnya dia tidak mau hidup terkatung-katung di sisa akhir hidupnya, namun dia sepenuhnya sadar bahwa mungkin inilah takdir Allah Swt. padanya. Marsonah menangis tersedu-sedu sambil berkali-kali mengamini ketika DD secara langsung mendoakannya agar diberikan kesehatan, keberkahan, dan umur yang panjang dan berkah.[dd/akhsin]

www.dompetdhuafa.org