Cara Mengatasi Israaf : Mengendalikan Gejolak Hawa Nafsu

Mengendalikan Gejolak Hawa Nafsu

Dengan mengendalikan gejolak hawa nafsu syahwati, israaf akan dapat diatasi. Caranya antara lain dengan memperbanyak amaliyah yang baik secara fisik maupun psikis cukup berat. Misalnya, memperbanyak qiyamul lalil (tahajjud), puasa sunnah, sedekah, berjalan kaki, bekerja berat, dan lainnya.

Senantiasa Menelaah Sunnah dan Siroh Nabi SAW

Banyak perilaku hidup sederhana dan menjauhi israaf yang ditunjukkan oleh tindakan maupun ucapan Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. Misalnya sabda beliau SAW : "Seorang mukmin makan dengan satu lambung sedangkan seorang kafir makan dengan tujuh lambung." (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ada salah seorang kafir bertamu ke rumah Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah SAW menghidangkan kepadanya segelas susu hasil perahan dari seekor kambing, dan orang kafir tersebut segera meminumnya. Setelah itu beliau menghidangkan satu gelas lagi, dan iapun meneguknya sampai habis. Walhasil orang kafir itu telah meminum tujuh gelas susu yang diperah dari ekor kambing. Keesokan harinya setelah orang tersebut masuk Islam, Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, menghidangkan lagi kepadanya minuman serupa, dan iapun lalu meminumnya. Akan tetapi, ketika dihidangkannya lagi, ia tidak menghabiskannya. Maka Rasulullah shallahu alaihi wa salam pun bersabda sebagaimana hadist yang tercantum di atas.

Sabda Rasulullah shallahu alaihi wa salam:

"Tidaklah seorang anak manusia mengisi suatu wadah yang lebh buruk daripada mengisi perutnya sendiri. Bagi seseorang cukuplah beberapa suap yang dapat menegakkan punggungnya.Dan kalau tidak kuat demikian, maka hendaklah sepertiga isi perutnya untuk makanannya, dan sepertiga lainnya untuk minumannya, dan seperti tiga lainnya untuk udara atau nafasnya." (HR. Tirmudzi)

Ummul Mukminin Aisyah RA pernah berkisah kepada keponaknnya, Urwah ibnu Zubair, sebagai berikut :

"Sesungguhnya kami telah melihat tiga kali bulan purnama dalam dua bulan. Selama itu kami tidak pernah menyalakan api (tidak memasak makanan) di rumah-rumah Rasulullah shallahu alaihi wa sallam". Mendengar cerita tersebut, Urwah bertanya, "Apa kebutuhan hidup kalian?" Aisyah menjawab, "Aswadaan (kurma dan air), namun Rasulullah memiliki tetangga dari kalangan Anshar yang suka memberi susu, kemudian Rsulullah memberikan kepada kami". (HR. Bukhari-Muslim)

Bunyi salah doa Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, "Ya Allah, berikanlah makanan kepda keluarga Muhammad."

Jika seorang aktivis yang tengah mengabdi kepada agama Allah, memperhatikan hal-hal tersebut, maka hatinya akan tersentuh dan perasaannya akan tergerak, kemudian ia akan mengikuti khittah Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, dan berjalan di atas petunjuknya untuk mencontoh dan meneladaninya agar dirinya kelak dapat bersama-sama beliau di dalam surga.

Firman Allah SWT:

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا ﴿٦٩﴾ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللّهِ وَكَفَى بِاللّهِ عَلِيمًا ﴿٧٠﴾

"Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya) maka mereka itu akan bersama-sama dianugerahi nikmat oleh Allah,yaitu para Nabi shiddiqiin, para syuhada, da orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman-teman sebaik-baiknya. Dan demikian itu adalah karunia Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa’ [4] : 69-70)

Bersama-sama dengan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, sebuah kebahagiaan yang tiada taranya, yang menjadikan manusia akan mendapatkan kemuliaan. Wallahu’alam.