Tribulasi (Ujian) di Jalan Dakwah (4)

Assalamu;alaikum WW.

Yth Ibu Siti,

Saya sedang menghadapi mesalah yang sangat besar dalam keluarga kami,latar belakang saya, Saya sudah menikah selama 5 tahun, umur saya 36thn istri 30 thn, dan sudah dikarunia seorang putri berusia hampir 4 tahun. Saya bekerja di salah satu BUMN,dan saya sangat cinta sama keluarga sehingga saya tidak pernah melakukan aktivitas diluar jam kantor, jamnya pulang saya langsung pulang. istri saya seorang ibu rumah tangga. Saya tahu bahwa seorang ibu RT adalah pekerjaan berat oleh sebab itu setiap sabtu minggu saya berusaha meluangkan waktu untuk keluarga dan membantu pekerjaan rumah. Dan saya juga bilang apa yg dibutuhkan istri apabila saya mampu tolong bilang saja, kalau memang kesulitan dalam mengurus RT jgn sungkan2 untuk bilang, dan saya berusaha menjalin komunikasi itu, tetapi saya akui cara penyampaian saya memang kurang bagus krn saya bukan tipe suami yang romantis juga. Belakangan istri saya bersahabat dengan 2 org tetangga yang backgroundnya kurang bagus secara islami (mereka bersuami tapi selingkuh) Awalnya saya ambil positifnya aja, mumpung lg ada teman mengisi kebosenan istri saya, lama kelamaan bertemanan mereka sampai tidak ingat waktu, dan kewajiban istri terhadap keluarga mulai berkurang. Terakhir istri saya minta dibelikan Blackberry, dan itu saya penuhi mengingat siapa tahu itu bisa bantu dia juga untuk mengatasi kebosanannya. Tetapi hal itu malah menimbulkan bencana, karena istri makin tidak ingat waktu seharian asyik berkumpul dengan teman2nya hingga malam kalau tidak dirumah saya kadang dirumah temannya, dan dia selalu chatting,facebook-an menggunakan BB, jadi saya sebagai suami merasa tidak dihargai lagi dan sampai untuk anakpun jadi lupa. Saya akhirnya menasehatinya tetapi ujung2nya pertengkaran, jadi hari demi hari sejak tanggal 20 Juni dipenuhi dengan pertengkaran dan dia sengaja memancing emosi saya, saya emosi dia merasa makin puas dan lebih memancing lagi, hingga akhirnya saya mengeluarkan kalimat istri durhaka. Dari situ dia langsung bicara minta cerai saja krn dia bukan istri yang sholehah spt yg saya harapkan, dia tdk berpikir untuk perkembangan masa depan anak dampak dari sikap keras hati dan egonya tsb. Dia selalu bilang tidak bisa membina rumah tangga tanpa rasa cinta.Setiap kali dia minta cerai saya selalu mempertahankan krn saya cinta keluarga saya. Hingga saat ini saya selalu bersabar dan memang sangat mengganggu pikiran dan konsentrasi saya bekerja,hingga apapun yg saya lakukan rasanya sudah mati. Apa yang mesti saya lakukan, saya juga sudah panggil ustadz kerumah untuk menasehati kami berdua, tetapi dia masih keras juga dengan pendiriannya, saya sedih sekali lihat anak saya. Mohon bantuan Ibu Siti memberikan masukan dan nasehatnya.

Wassalamu’alaikum WW