Amanah untuk Rakyat

Makin hari, rupanya makin banyak putra asli daerah yang sukses di tingkat nasional, pulang kampung untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Mereka pintar, produk perguruan tinggi, punya banyak duit, pengalaman dengan dunia luar, dan tentu semuanya mempunyai tujuan untuk membangun daerah sendiri agar lebih baik. Sebuah tujuan yang sangat positif, tentunya.

Beliau-beliau ini bisa dipastikan bukanlah orang-orang yang bodoh. Paling tidak mereka adalah pakar dalam bidangnya masing-masing. Mereka tentu saja sudah berbekal pengalaman yang mumpuni dalam lingkungan pekerjaannya di pusat, sehingga berani mencalonkan diri sebagai bupati ataupun gubernur. Mereka tentu sudah mengantongi berbagai macam strategi, visi, misi untuk mengembangkan daerah kita ini.

“Insya Allah, jika ia jadi Bupati nanti, akan ada imbalan besar untuk kita, ” ujar teman saya yang menjadi tim sukses salah satu calon pemimpin daerah, bersemangat. “Jangan khawatir.” lanjutnya.

Kata dia, si calon kepala daerah itu sekarang masih ada di Jakarta. Masih aktif sebagai pelayan rakyat di sana. Katanya juga, dia putra asli daerah ini.

“Jika ia jadi bupati, kabupaten kami akan lebih makmur ketimbang sekarang. Ia orang pinter.” Ujarnya lagi setengah berkampenya pada saya.

Terus terang, saya tidak begitu mengenal nama dia, apalagi kiprahnya di pusat sana. Kalau lama di perantauan, apakah kiranya ia mampu dan tahu betul tentang kondisi wilayah kami?

Lepas dari teman yang satu itu, ada lagi seorang teman yang sudah jadi PNS, juga meminta agar saya ikut membantu calon bupati yang sedang ia dukung. Ia membeberkan panjang lebar tentang reputasi ketokohan calon yang ia dukung itu. Muda, putra asli daerah, mudah bergaul, tahu betul tentang kabupaten kami, akses keluarnya juga bagus, dan masih aktif sebagai pegawai di lingkungan pemda kami.

“Mumpung ada kesempatan bagus ini, cepat-cepat kamu bikin proposal utuk perbaikan rumah, ” perintahnya pada saya. “Dialah yang sekarang bertanggung jawab atas semua dana yang mau digulirkan kepada rakyat.”

Saya mendengarkan dengan seksama kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya. Rupanya teman yang satu ini juga sedang berkampanye di depan saya. Saya menanggapi itu semua dengan santai saja, dan tak begitu serius.

Tak hanya dua teman saya yang menginginkan bergabung dengannya, rupanya makin hari makin ramai saja soal pilkada di daerah saya ini. Terahir salah seorang dari keluarga pesantren, juga membeberkan panjang lebar tentang calon bupati yang ia dukung.

“Ia kaya, perusahaannya berserakan di mana-mana, putra asli daerah, rasa sosialnya juga sangat tinggi, ” katanya. “Ia bahkan sudah menyumbang uang untuk membangun beberapa fasilitas untuk santri di pondok ini.”

Yang inipun tak lepas dari unsur kampanye. Ia juga menginginkan kami ikut bergabung sekaligus mendukungnya.

Orang-orang kecil seperti saya ini, hanya menginginkan yang sederhana saja. Siapapun pemimpinnya nanti, yang penting bisa amanah menjalankan tugas-tugas kerakyatan yang dibebankan di pundaknya.

Dengan amanah, tentu kita tak akan melihat atau mendengar lagi seorang pejabat diarak oleh KPK karena urusan suap menyuap ataupun korupsi. Dengan amanah, tentu saja seorang pejabat akan sangat hati-hati dengan harta milik rakyat.

Karena kata para ulama, jika seorang pemimpin sudah bisa amanah, maka rakyatpun akan kecipratan berkah amanahnya. Maka tak mustahil, akan tercipta kondisi yang baldah thayyibah, dan penuh maghfirah. Sebuah kondisi daerah yang aman sentausa, sejahtera penuh ampunanNya.
***
Purwokerto, April 08 < [email protected] >