Philosophy of Hypermarket

Parkingnya luas. Pintu masuk sedikitnya ada tiga buah, lebar leluasa. Begitu masuk, kerlap kerlip lampu, hiasan dinding, dekorasi artistic, serta warna-warni barang-barang menggoda pembeli. Mereka menyambut setiap pelanggan: ceria!

Apalagi di saat Ramadan ini. Bulan penuh berkah, dimanfaatkan oleh untuk menarik minat sebanyak mungkin customer. Bila perlu ‘dikuras’ habis dompetnya. Aneka tawaran menarik dipajang. Bukan hanya pamflet-pamflet ‘Ramadan Kareem’ atau ‘Ramadan Mubarak’ saja yang gemerlapnya memayungi seluruh atap hypermarket yang luasnya tidak kurang dari 40 ribu meter persegi itu.

Tawaran harga barang-barang yang mulai dari ‘Buy 3 get 1 free’, ‘discount 20%’, hingga ‘50% off’, ditemukan di mana-mana. Yang namanya kupon belanja juga disediakan. Setiap pembelajaan di atas QR 50, dapat 1 kupon. Pendeknya, Lulu dibuat se-attractive-mungkin.

Padahal, banyak juga hypermarket-hypermarket lain yang bertebaran. Herannya, orang kayak saya, yang sudah terkadung lengket dengan tampilannya, kalau tidak karena terpaksa, jadi sulit untuk berpaling.

Begitulah gambaran Lulu, salah satu hypermarket ternama di Teluk. Saya terkadang dibuat bertanda tanya. Apa yang membuat saya, termasuk ribuan pelanggan lainnya, tertarik untuk berbelanja di sana?Walaupun saya tidak menolak, banyak juga yang cuek.

Ada beberapa hal yang membuat saya memutuskan untuk belanja ke Lulu. Yang pertama, one stop shopping. Di Lulu, kita bisa dapat apa saja. Mulai dari buah, sayuran. Makanan siap saji, susu, minuman segar, cokelat, pakaian, elektrokik, aksesori mobil, perlengkapan sekolah, alat-alat dapur, perangkat tempat tidur, televisi, computer, emas, hingga yang namanya money exchange. Luar biasa lengkap! One stop shop ini membuat orang merasa praktis, tanpa harus bergerak dari satu toko ke toko lain guna mencari barang-barang kebutuhan.

Kedua, harga. Kadang saya tidak terlalu memikirkan kualitas, kecuali elektronik. Lulu, boleh dikata standard. Sasaran mereka memang kalangan menengah ke bawah. Orang-orang golongan ini yang mendominasi. Makanya, khususnya akhir pekan, Jumat-Sabtu, banjir manusia! Bagitu banyaknya orang yang memadati pusat perbelanjaan ini sampai seorang teman saya ada yang bilang: “If you buy 1 television, you will get 1 Nepalee!” Maksudnya, saking berjibunnya itu orang-orang asal Nepal di sana, sampai berdesak-desakan kalau harus belanja. Saya tersenyum!

Yang ketiga, daya tarik. Lulu selalu tampil beda. Itu hampir pada setiap kesempatan. Ada saja yang berubah. Mulai dari jenis barang yang ditawarkan (offer), iklan di berbagai media massa, seragam karyawannya, tampilan design luar maupun dalam, hiasan dalam toko, dan lain-lain. Pokoknya, begitu masuk hypermarket, pelanggan dibuat tidak bosan karena perubahan design ini.

Sempat saya berpikir, berapa puluh ribu Riyal mereka keluarkan untuk kebutuhan ini ya?

Meski jawaban pasti dari pertanyaan di atas saya tidak tahu, akan tetapi saya mengetahui pasti siapa yang membiayai itu semua. Customer! Ya, kami ini, para pelanggannya yang membiayai. Semua itu tidak gratis! Lulu tidak mungkin memanfaatkan duitnya sendiri untuk menarik perhatian pembelanja. Mereka sudah memiliki ahlinya.

Marketing atau sales consultant. Yang dari merekalah management menyetujui konsep-konsep bagaimana supaya customer tambah banyak. Kalau perlu, keuntungan sedikit itu jauh lebih baik tapi didapat dari ribuan pelanggan, daripada keuntungan besar hanya dari beberapa ratus pelanggan saja.

Ringkasnya, saya salut sekaligus iri dengan strategi pemasaran yang diterapkan oleh Lulu. Luar biasa!

Pembaca yang dirahmati Allah…..

Yang saya ingin kupas di sini bukan mengajak anda menambah jumlah pelanggan Lulu. Saya ingin mengambil sebuah filosofi marketing strategi mereka. Bahwa dalam hidup ini, apabila kita ingin berbuat kebajikan, terkadang juga membutuhkan strategi. Sebagaimana strategi pemasaran. Jika mungkin, satu amalan, berlipat ganda pahalanya. Yang kedua, amalan kebajikan itu hendaknya beragam, agar kita tidak bosan. Dan yang ketiga, amalan itu memiliki daya tarik.

Sekali menembak, dua-tiga pulau terlampaui, bisa menjadi salah satu strategi dalam amalan. Misalnya, lewat tulisan, jauh lebih efektif ketimbang omongan orang-per-orang. Lewat media elektronik, lebih baik ketimbang surat. Ceramah di sekolah, lebih efisien ketimbang di atas bemo.

Memberikan penjelasan di depan publik, merupakan bentuk amal baik. Pahalanya, subhanallah, semakin banyak partisipan yang diuntungkan, makin berlipat pahala yang anda dapat.

Kedua, setiap manusia mengenal apa yang disebut bosan. Saya sendiri sering mengalaminya. Kita terkadang tidak dapat menghindarkan kebosanan ini. Namun satu yang kita bisa lakukan adalah cara-cara mencegah kebosanan. Dan itu bergantung kepada kita, bukan orang lain.

Jika mau beramal, tidak harus dalam bentuk duit. Beramal bisa dalam arti bantuan dalam bentuk lain. Apakah itu material maupun non-material. Jika ada orang yang datang bertamu ke rumah kita tujuannya untuk mendapatkan bantuan (pinjaman) financial, terkadang untuk mengatakan tidak punya uang, berat. Sementara jika mau berkata jujur, bahwa ada uang, kenyataannya jumlahnya tidak mengijinkan bila dipinjamkan, juga sulit sekali.

Dalam kondisi yang demikian, bisa saja kita tawarkan bentuk amal perbuatan lain yang sifatnya ‘membantu’. Misalnya, dengan mengatakan: “Adakah hal lain yang bisa saya bantu buat anda, selain daripada uang?” Saya percaya, kalaupun tamu anda berkata ‘tidak’, minimal dia tidak akan kecewa. Jawaban ini adalah positif dan termasuk kategori amal kebajikan.

Berbuat amal, bisa dalam bentuk tulisan. Bisa dalam artian nasihat, konsultasi, berbagi pengalaman berharga, kiat-kiat berbisnis, mengatasi masalah, menyenangkan hati orang lain, menunjukkan jalan, menerjemahkan istilah, mengajar, hingga yang namanya susunan kata-kata yang menghibur Subhanallah, banyak sekali amalan kebajikan yang bisa kita lakukan.

Bahkan, untuk berbuat kebajikan pun, tidak harus keluar kamar. Bila anda sedang berada di depan computer, main Facebook, bisa saja anda melakukan itu semua kepada mereka yang membutuhkan bimbingan, pengetahuan, ketrampilan, dan lain-lain.

Semua kegiatan ini, percayalah, sebuah strategi yang tidak bakalan membuat diri anda bosan!

Yang ketiga, jika mau berbuat kebajikan, bikin daya tarik seperti di hypermarket. Jangan mendiskriminasi tempat. Menjemput kebajikan, seperti menjemput pembeli, bahkan lebih dianjurkan. Artinya, menawarkan amal baik, menawarkan barang, sebelum diminta.

Di dalam bis kota sebagai contoh, kita bisa menawarkan orang tua yang sedang berdiri lama, sementara kita yang muda asyik duduk. Atau menawarkan air minum kepada orang yang kelihatan haus di kereta api. Mengirimkan daftar lowongan pekerjaan di milis.

Mengucapkan Selamat Ramadan dan mengharapkan berkah kepada teman-teman lama. Menelepon kerabat yang sedang ditimpa musibah. Membantu korban bencana alam. Memberikan kuliah tamu kepada mahasiswa. Berbagi tentang tips mencari kerja. Dan lain-lain.

Sekali lagi, menanam benih amal di banyak lahan, menghasilkan panen banyak. Bukan hanya baik di mata manusia, tetapi juga mulia di hadapan Allah SWT. Berbuat kebaikan, sekecil apapun, tanpa mengurangi essensinya, akan membuat hati senang. Tidak ada istilah orang susah karena menolong orang lain.

Justru sebaliknya, kebahagiaan bisa diperoleh jika kita menolong orang yang ketimpa musibah! Tujuan setiap customer service adalah customer satisfaction. Amal sedikit tapi sering lebih baik ketimbang besar amalan namun setahun sekali. Persis sama seperti menjual barang, antara laba sedikit dalam partai banyak atau besar dalam partai kecil.

Tidak diciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, beragam kulit, adat dan bahasa, kecuali agar mengenal satu dan lainnya. Kapan pun dan di mana pun kita berada, seharusnya bukan menjadi hambatan untuk berbuat baik. Karena kebaikan sejati tidak mengenal diskriminasi.

Rasulullah SWT mengajarkan kebajikan tanpa pandang bulu. Sahabat-sahabat beliau SAW, menyebar amalan hingga Afrika, India dan China. Rasulullah SAW adalah seorang suami, kepala keluarga, anggota masyarakat, pemimpin perang, kepala negara, selain sebagai Utusan Allah. Masing-masing predikat yang diemban beliau ini sarat akan warna berbagai amalan kebajikan.

Kesimpulannya, jika Lulu Hypermarket di atas bisa meraup untung dengan bervariasinya pendekatan maraih pelanggan, pada dasarnya, kita juga bisa menimba banyak pahala dalam berbuat kebaikan. Dan guna mencapai tujuan tersebut, juga butuh strategi yang relatif sama. Artinya, Lulu menyenangkan pelanggan, kita berbuat kebajikan guna meraih ridha Allah SWT.

Untuk itu semua, banyak hal yang bisa kita lakukan. Adalah kurang bijak, jika amalan seseorang hanya diukur sengan sejumlah uang yang dikeluarkan. Atau, seonggok harta kekayaan yang dinafkahkan. Kepicikan pemikiran ini yang pada akhirnya mempersempit pemahaman kita, seolah-olah surga hanya milik orang yang berharta atau imam masjid saja!

Luasnya alam semesta, banyaknya manusia di sekitar kita, serta kompleksnya persoalan hidup ini, mestinya kita bisa jadikan lahan amal yang membentang.

Yang membuat kita sadar, bahwa kehidupan amalan kita bisa jauh lebih indah dari warna aslinya. Lebih menarik dari sekedar pengunjung pasar swalayan yang menitik-beratkan bisnis hanya pada perolehan uang!Wallahu a’lam!

Doha, 09 August 2011

[email protected]