Belajar Dari Revolusi Di Mesir

Sebelumnya saya harus minta maaf dulu pada redaksi eramuslim.com dan pembaca eramuslim.com, karena tulisan saya dua hari berturut-turut masuk di oase iman, Jum’at 11 Februari 2011 dan Sabtu, 12 Februari 2011 dengan judul: ”Belajar dari masa lalu” dan ”Pentingnya sejarah bagi keimanan dari Rusia hingga Mesir”.

Loh mengapa harus minta maaf? Iya, sebenarnya dua tulisan itu urutannya terbalik, yang saya kirim terlebih dahulu adalah judul yang ”Pentingnya sejarah…”, namun dimuat lebih dahulu justru yang “Belajar dari masa lalu “ padahal aslinya adalah ringkasan dari “Pentingnya sejarah…”

Nah dua tulisan memang menjadi tumpang tindih, tapi saling melengkapi, hasilnya memang terbukti! Sejarah membuktikan lagi, apa itu ? Ya mundurnya Husni Mubarok dari tahta kekuasaannya, hari Jum’at 11 Februari 2011 setelah didemo selama 18 hari berturut-turut, rupanya Mubarok bandel Mengapa akhirnya Mubarok mundur?

Apa lagi kalau Mubarok tidak belajar dari Sejarah! Dia tidak belajar dari sejarah kejatuhan Soeharto, Sadam Husein, Ferdinan Marcos, Reza Fahlevi, Hitler, Musolini dan berbagai diktator lainnya di dunia, baik dalam sejarah modern, maupun sejarah kuno seperti jatuhnya Fir’aun dan Namrud!

Manusia yang tidak mau belajar dari masa lalu atau tak mau belajar dari sejarah, sudah saya tulis pada dua judul di atas, akan mengalami kehancuran! Mengapa? Ya ibarat orang lain sudah jatuh, orang yang tak mau belajar dari sejarah tadi, jatuh pada tempat yang sama!

Para diktator tadi tidak mau belajar pada kejatuhan dikatator sebelumnya, padahal mereka tahu, bahwa setiap pemerintahan apapun bentuknya entah parlementer atau presidensial, bentuk negaranya kerajaan, kesultanan dan lain sebagianya bila sang penguasa bertindak otoriter, satu saat baik cepat atau lambat akan jatuh dan dihancurkan oleh rakyatnya sendiri!

Ini sangat berharga dipelajari untuk seluruh orang yang sekarang sedang menjadi pemerintah, baik di Indonesia ataupun di negara-negara lain, jangan mentang-mentang lagi berkuasa lalu bertindak semaunya, otoriter! Bahkan sudah mempersiapkan penggantinya dari keluarganya sendiri, entah istri, anak atau orang-orang terdekat dengannya! Padahal negara ini bukan miliknya, bukan milik keluarganya, bukan milik keluarganya, bukan milik partainya, tapi milik seluruh rakyat!

Coba lihat, Soeharto juga jatuh ketika mempersiapkan anaknya menjadi penggantinya kelak di saat itu, caranya dengan menjadikannya Menteri social dulu, seakan tak ada lagi orang lain yang pantas menjadi menteri social, kecuali anaknya!

Skenarionya bila anaknya berhasil di kekementrian social, satu langkah lagi menjadi presiden, kalau Soeharto turun! Namun apa lacur? Kekuasaan yang telah mencapai 30 tahun lebih dan masih juga tidak puas, masih ingin terus menjadi presiden sampai mati! Akhirnya rakyat turun tangan dengan demontrasi besar-besaran, akhirnya turunlah sang diktator dari kekuasaannya tanggal 21 Mei 1998! Maka lahirlah era reformasi.

Begitu juga dengan Husni Mubarok, hancur dan kemudian turun dari kekuasaannya setelah 18 hari rakyat terus menerus melakukan demontarsi agar Mubarok turun, turun dan turun dan kekuasaanya, turun jadi presiden yang telah digenggamnya selam 30 tahun!

Mengapa Mubarok akhirnya turun? Tak lain karena dia sudah mempersiapkan anaknya, Gamal Mubarok, menjadi penggantinya bila dia turun jadi presiden di tahun 2011 ini. Seakan Mesir itu miliknya, milik keluarganya, milik dinastinya! Padahal Mesir bukan kerajaan.

Tapi memang seorang penguasa yang sudah bertahun-tahun bertahta cenderung akan otoriter! Dan lebih repot lagi biasanya korup! Agar hasil korupsinya tak dibongkar oleh penggantinya saat dia turun tahta, maka dipersiapkan anaknya menjadi penggantinya apapun caranya! Begitulah pola pikir para dikatator dalam mempertahankan kekuasaan dan kekayaannya. Dasar manusia rakus! Harta sudah melimpah, kekuasaan sudah puluhan tahun, masih saja kurang, kurang dan kurang!

Diktator dimanapun sama, mengambil sebanyak-banyak harta rakyat dengan cara menekan rakyat sedemikian rupa, agar takut padanya! Maka biasanya siapapun yang menjadi penghalang akan disingkirkan, siapapun yang kritis akan dihancurkan, siapapun yang membantah akan dibantah, siapapun yang tak jera akan dipenjara.

Begitulah para dictator menjalankan kekuasaannya. Namun dia lupa pada doa orang-orang yang teraniaya. Rakyat yang teraniaya mungkin tak berani berteriak dan melawan pengauasa yang diktator, namun rakyat punya doa!

Dan perlu diketahui bersama doanya orang yang teraniaya langsung didengar olehNya, walau memang memakan waktu, baik cepat atau lambat doa itu akan dikabulkanNya. Nah buktinya tertera di hadapan kita, Husni Mubarok akhirnya mundur! Oya Mubarok lupa akan diktator yang mati dinegaranya, siapa?

Reza Pahlevi, syah Iran, yang berhasil digulingkan oleh revolusi Islam Iran pimpinan Ayatullah Khomaini! Mubarok lupa, syah iran itu digulingkan juga karena kediktatorannya dan kabur dari negaranya, dan tidak diterima dikuburkan di negaranya sendiri! Akhirnya mati dan dikuburkan dipengasingan, Mesir!

Nah kalau Husni Mubarok belajar dari terusirnya syah Iran yang lari ke negaranya dan mati di negaranya, mestinya dia turun bukan setelah 30 tahun berkuasa, itupun turun karena dipaksa!

Ya mestinya kalu mau terhormat turun sebelum rakyat sendiri muak dan menurunkannya! Mubarok juga lupa pada kejatuhan Ferdinand Marcor, sang diktator dari Filipina, yang juga digulingkan dengan kekuatan rakyat” People Power” dibawah pimpinan Aquino, seorang ibu rumah tangga biasa!

Hai para penguasa belajarlah dari sejarah pengausa lain yang sudah jatuh dan terjungkal oleh rakyatnya sendiri yang ditekan, ditindas, diintimidasi! Ibarat semut yang dinjak tarsus menerus, akhirnya semut kecil, namun banyak, akhirnya berani melawan sang gajah!

Gajahpun terguling dan mati diserbu semut kecil yang banyak! Begitu kira-kira ibarat rakyat yang marah, rakyat yang semut kecil, tapi banyak dapat mengalahkan sang gajah yang besar! Hai para “gajah” hawai para penguasa ingat itu, bila memerintah, sejahterakan rakyatmu, bukan membuat rakyatmu sengsara! Rakyat yang sengsara dan tertekan, ibarat semut, yang satu saat nanti bisa saja bergerak dan bersatu melawan penguasa yang korup!

Namun jangan takut, selama menjadi penguasa yang menjalankan amanah sebaik-baiknya, maka rakyat bukan akan menurunkan, bahkan mendukung! Apa lagi kalau punya niat dan tindakan yang bagus mebrantas korupsi sampai ke akar-akarnya! Mebrantas korupsi yang benar tegas dan berani, bahkan sampai hukuman mati sekalipun, pasti didukung rakyat.

Karena bagaimanpun koruptor factor utama kesengsaraan rakyat! Faktor yang membuat rakyat dimiskinkan, sementara sang koruptor semakin kaya, kaya dan kaya. Lihat saja kasus gayus tambunan, kalau saja tak tertangkap, entah berapa trilyunan lagi uang rakyat yang dikurasnya.

Sukur si gayus udah tertangkap, namun entah hartanya disita seluruh atau sebagiannya, saya tak tahu. Namun yang jelas gayus masih “teri”, sang koruptor yang “kakap-kakap” belum tertangkap!

Pemerintah yang berani menindak sang koruptor akan didukung oleh rakyat, siapapun orangnya, dimanapun negaranya. Lihat Cina, walaupun negaranya beridiologi komunis, namun pemerintah mereka berani dan tegas menghukum mati para koruptornya! Apa hasilnya?

Cina sekarang dalm segi ekonomi sudah mengalahkan Jepang! Cina punya cadangan devisa trilyunan Dollar! Itu betkat berani menindak koruptor dengan hukuman mati! Jadi siapapun orangnya akan takut untuk mencoba-coba korupsi. Lihat itu, Cina negara komunis, yang sebagian besar warganya tak percaya pada Tuhan, namun berani menindak koruptor dengan dengan hukuman mati! Dan rakyat mereka sejahtera , tak terdengar kemiskinan dan kelaparan di Cina! Padahal Cina punya penduduk terbesar di dunia, 1,3 milyar!

Jadi mengapa pemerintah kita takut-takut dan ragu-ragu menindak para koruptor! Ayo “babat” para koruptor itu sampai ke akar-akarnya, yakinlah pemerintah pasti di dukung oleh rakyat jika berani menghukum para koruptor dengan hukuman maksimal.

Jangan takut, rakyat akan mendukung pemerintahan yang bersih dan berwibawa, pemerintahan yang mensejahterakan rakyat akan di dukung rakyat, namun sebaliknya pemerintahan yang mensengsarakan rakyat, siap-siap akan diturunkan rakyat! Itu bukan ancaman, itu sudah menjadi sejarah dan tercatat dalam sejarah modern maupun sejarah kuno.

Maka mari sekali lagi perhatikan “nasehat” dari sejarah, mari perhatikan dan belajar dari sejarah, sejarah dengan arifnya telah memberikan pelajaran yang mengabadi, karena bila sesuatu sudah menjadi sejarah, maka akan mengabadi sampai kimat tiba nanti!

Itulah maka saya sering menulis, belajarlah dari sejarah, ingat sejarah dan jangan lupakan sejarah. Orang yang biasa belajar, ingat dan tak melupakan sejarah, biasanya menjadi lebih arif, lebih bijak, lebih memperhatikan akibat tindakan-tindakannya sekarang.

Apapun namanya perbuatan sekarang akan berakibat pada masa datang, dan sekarang akan menjadi masa lalu, bila waktunya sudah lewat! Tiga dimensi waktu yaitu, masa lalu, masa kini dan masa akan datang akan terus berputar. Masa lalu telah lewat, masa sekarang sedang dijalani dan masa akan datang sedang menanti.

Belajar dari tiga dimensi waktulah, maka nabi Muhammad saw, telah mengingatkan manusia 14 abad yang lalu, yang nasehatnya terus relepan dari masa ke masa yang bunyinya:”Beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, rugilah orang yang hari ini sama dengan yang kemarin dan celakalah orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin!” Pesan nabi begitu gamblang dan jelas, tiga dimensi waktu tercangkup di dalamnya dan dengan katagori yang begitu jelas!

Manusia beruntung adalah manusia yang lebih baik hari ini dibandingakan kemarin, manusia merugi kalau hari ini sama dengan kemarin dan manusia menjadi celaka kalau hari ini lebih buruk dari kemarin!

Bayangkan nabi sudah mengingatkan manusia sejak 14 abad lalu, namun nasehat beliau terus berlaku atau sesuai dengan jaman, tak lapuk kena hujan, tak lekang kena panas!
Lalu apa yang bisa kita pelajari dari jatuhnya para dikatator dunia? Banyak, diantaranya:

Pertama, tak ada kekuasaan yang abadi! Suka atau tak suka, mau atau dipaksa, kekuasaan akan lenyap dari tangan seseorang, siapapun dia, dimanapun adanya. Yang abadi hanya kekuasaan Allah SWT, Dialah yang mempunyai kekuasaan yang hakiki, tak tertandingi oleh siapapun.

Makanya ketika di padang masyar nanti, setelah kiamat, para penguasa ditanya, mana penguasa itu? Mana raja itu? Mana presiden itu? Tak ada yang jawab, semuanya tertunduk lesu, para diktator ketakutan dan setanpun tertawa!

Kedua, para penguasa harus amanah, jangan mentang-metang sedang berkuasa, sedang”di atas”, sedang jadi pejabat, sedang jadi penguasa di berbagai sektor, lingkungan, pemerintahan, lembaga dan sebagainya, lalu bertindak sewenang-wenang! Seakan lembaga itu punya pribadi, seakan dia akan menjadi pejabat selamanya, seakan dia akan memerintah selamanya, seakan bawah bukan manusia, tapi budak-budak yang bisa dimarahi sesukanya, semaunya, dimana saja, kapan saja dan siapa saja, tak melihat betapa malunya orang sedang dimarahi di depan umum!

Ketiga, siapapun yang sedang memerintah suatu negara, jangan sampai lupa, kalau rakyat tak suka pada pemerintah bukan berarti membenci negara! Pemerintah dan negara berbeda! Pemerintah bisa turun naik, bisa berganti-ganti, tapi negara diusahakan agar tetap utuh!

Jadi kalau rakyat mengkritik pemerintah bukan berarti anti negara, anti pemerintah Mesir, bukan berarti anti negara Mesir! Anti MUbarok, bukan berari anti Mesir! Anti pemerintah Indonesia kalau dinilai bobrok, bukan berarti anti Indonesia! Begitu juga anti pajabat negara yang koruptor, bukan berarti anti pada lembaganya!

Keempat, para pejabat, siapapun dia harus ingat, jabatan itu amanah, bukan alat untuk mengeruk sebanyak-banyaknya keuangan negara, dengan berbagai alasan memanipulasi. Pejabat negara belum tentu pemimpin negara, para pemimpin negara, belum tentu negarawan!

Dan setiap pejabat yang duduk dilembaga tertentu, bisa jadi bukan pemimpin, tapi badut-badut. Walupun lembaganya terhormat, belum tentu pejabatnya otomatis terhormat, apa lagi mulia! Terhormat atau mulianya seorang pejabat bisa dilihat dari tingkah laku dan perbuatannya sehari-hari, bisa saja sang pejabat berdasi tapi hatinya basi!

Kelima, dimanapun pejabat yang otoriter, kejam, mudah mencaci maki bawahannya tak kenal waktu dan situasi serta kondisi, akan terkena “kutukan” yang dipimpinnya, akan terkena doanya orang yang teraniaya! Yang biasanya hanya tinggal menunggu kehancurannya, cepat atau lambat pasti pejabat yang otoriter akan binasa, ya kalau tidak di dunia ya di akherat!

Keenam, kejadian di Mesir bisa terjadi di Indonesia dan memang sudah terjadi di jaman lengsernya Soeharto, namun bisa akan berulang lagi, kalau pemerintahan yang ada sekarang tidak belajar dari penyebab kejatuhan presiden Mesir dan lengsernya Soeharto dulu. Kejadian di Mesir bisa terjadi di Indonesia, kalau pemerintah sekarang hanya bisa janji-janji untuk mensejahterakan rakyat.

Ketujuh, revolusi di Mesir sudah berhasil menurunkan Husni Mubarok dari kursi kepresidenan, kediktatorannya, terutama yang selalu memusihi Ikhwanul Muslimin, sudah tamat! Indonesiapun bisa terjadi seperti di Mesir, kalau pemerintah yang sekarang misalnya memusihi organisasi yang benar-benar membela Islam, rakyat yang mayoritas Islam akan bergerak bila Islam menjadi "sasaran tembak!"

Nah itulah hikmah dari kejatuhan para diktator dunia! Loh kok diktator dipelajari atau kok belajar dari kejatuhan dikatator?

Ingat, apapun yang terjadi di alam semesta tak ada yang sia-sia, semuanya punya hikmah, semuanya bisa diambil pelajaran, bagi yang mau mempelajarinya dan bagi yang mau berpikir, itukan tantangan Allah SWT pada hambaNya!

Ayo pikirkan, ayo pelajari, ayo belajar dari semua ciptaanNya, Dia menciptakan sesuatu bukan main-main, ”Tuhan tidak bermain dadu!” kata Albert Einstein.