Video Saddam dan Kepedulian Islam

Video prosesi hukum gantung Saddam Husein yang saya pampang di blog, rupanya menarik perhatian rekan kerja saya di kantor. Kami melihatnya ramai-ramai.

Banyak komentar bermunculan. Ada yang mempersoalkan mengapa eksekusinya pas Idul Adha. Ada yang jeli memprotes mengapa kalimat syahadat belum tuntas kok pintu jebakan sudah dilepas. Ada juga yang membela, Saddam itu terlepas kejahatannya, dia pahlawan lho, ingat dulu siapa yang berani meluncurkan rudal ke Israel selain dia? Ada juga yang prihatin, sekarang Irak kondisinya tambah buruk, perang saudara di mana-mana. Dan banyak lagi yang lainnya.

Tapi ada satu komentar yang membuat saya terhenyak. “Emang Saddam salahnya apa sih… Terus dia dihukumnya di mana?”

Gubbraakkk…. Harrrre gene… nggak tahu perang Irak – AS? Lha koran TV internet tiap hari memberitakan Saddam, masa iya sekalipun nggak pernah tahu? Duh.. saya nelangsa sekali…

Rasululloh pernah mengingatkan, ”Man asbaha wa lam yahtam bi amril muslimini, fa laisa minhum”, barang siapa yang bangun di pagi hari sementara dia tidak memikirkan (masalah) kaum muslimin, maka dia tidak termasuk di dalamnya.

Lha kalau kita tidak masuk bagian dari kaum muslimin, terus kita mau menjadi bagian siapa?

Rupanya teman kantor saya itu termasuk pribadi yang ”sibuk”. Mungkin, waktunya habis untuk kerja, kerja, dan kerja. Pagi hari ngantor, sore pulang, nyampai rumah nonton TV, malam capek tidur, besok pagi bangun lagi ngantor lagi, dan seterusnya sampai Jumat. Sabtu Minggu libur mungkin bisa lebih santai, jalan-jalan, bisa juga tiduran di rumah. Berapa banyak di antara kita yang seperti itu? Atau jangan-jangan kita sendiri kadang seperti itu? Naudzu billah min dzalik

Kalau sudah begini, apa artinya hidup ini? Sepanjang hari hanya sibuk mengejar ”dunia”, padahal ada kehidupan yang lebih kekal, yaitu alam akhirat. Apa yang kita tanam selagi hayat di kandung badan, itulah yang akan kita memanennya. Bagaimana kita hidup biasa-biasa saja di dunia, berharap kehidupan yang indah di surga-Nya kelak? Ohh.. surga sungguh tak murah… perlu perjuangan keras bahkan ekstra keras untuk benar-benar bisa mencapainya.

Pernahkah kita menghisab diri kita, sebelum kita menghadapi hisab yang sesungguhnya di pengadilan Allah kelak? Berapa berat timbangan amal kebajikan yang kita kerjakan seharian, dibanding kemaksiatan yang telah kita lakukan? Berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk beribadah, berdzikir, memikirkan nasib kaum muslimin, dibandingkan waktu yang kita hambur-hamburkan untuk ngerumpi, nggosip, nonton TV, ngobrol nggak ada tujuan jelas, pokoknya hal-hal yang tidak ada nilai pahala di dalamnya? Berapa alokasi waktu tadarrus Alquran dibandingkan waktu yang kita buang sia-sia untuk baca majalah atau koran? Berapa banyak harta yang kita infakkan di jalan Alloh dibandingkan uang yang kita hamburkan untuk membeli gaya hidup, makan, pakaian, yang cuma memberi kesenangan sesaat?

Yaa Rabbi… melihat apa yang kami lakukan, mungkin kami kurang pantas menghuni surga-Mu…. Tapi kami sungguh tak kuat panasnya neraka. Jadikanlah hidup kami sebagai kesempatan untuk menambah amal kebaikan kepada-Mu. Dan jadikanlah kematian kami kelak, sebagai tempat pemberhentian dari melakukan kemaksiatan dan menambah-nambah dosa kepada-Mu. Masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang shalih di sisi-Mu. Amien..

Surabaya, 3 Januari 2006

M. Ihsan Abdul Djalil
http://mohammadihsan.multiply.com