“Aduuh, Sinta, ibu sudah tak tahan lagi jagain anak kamu, keduanya bertengkar terus…seperti anjing dan kucing,” ibu melampiaskan kekesalan dan juga kesusahannya menjaga anak-anak Sinta yang dititipkan padanya. Sinta merupakan anak bungsu dan sudah 7 tahun menikah serta memiliki 2 anak, yang sulung berusia hampir 4 tahun dan yang adiknya perempuan berusia 2 tahun. Jarak antara keduanya bukan 2 tahun, namun hampir 1,5 tahun. Sebetulnya untuk anak yang kedua Sinta belum siap melahirkan kembali. Ketika itu Sinta memang menyusui anak sulungnya dan ia berpikir dengan menyusui akan terbentuk KB alami. Namun, karena ia pun bekerja si sulung diberi tambahan susu formula untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut membuat ASI Sinta menjadi semakin tidak lancar, sehingga susu formula lebih berperan dalam proses pertumbuhan gizi anak sulungnya, Imran.
Sinta tetap dalam pemikiran bahwa selagi ASI diberikan, maka tidak akan hamil lagi. Namun Sinta lupa bahwa asi yang diberikanpun hanya sedikit saja, hanya pelengkap sehingga wajar pada saat Imran belum genap satu tahun, Sinta merasa lemas, dan tiba-tiba pusing, mual dan malas, inginnya tidur terus seperti orang ngidam.
Semula Sinta mengira dirinya kelelahan karena kerja lembur gantikan kawannya yang sedang cuti hamil. Tetapi pada saat ia memeriksakan dirinya ke dokter, ia dinyatakan poisitif hamil.
Subhanallah, memang tidak mudah dalam keadaan seperti itu hamil lagi, dan malu rasanya bila sering-sering cuti bekerja. Ketika di kantor inginya pulang duluan, ketika rapat tidak konsentrasi dan rasanya tidak maksimal. Kasihan dengan kawan-kawannya yang bujang maupun kawan lelakinya, walau mereka diam saja namun nampak mereka mengasihani dirinya yang tidak lama kemudian hadir dikantor dengan selalu menggunakan pakaian gombrong menutupi kehamilannya yang sudah cukup besar.
Keadaan Sinta yang hamil kedua cukup payah disamping kondisinya yang harus terus bekerja membuat Sinta menyerahkan anaknya Imran dalam pengasuhan ibunya, dan dibantu dengan satu orang asisten rumah tangga. Imran sehari-hari mendapatkan banyak hal termasuk perhatian dan kasih sayang dari pihak luar, kondisi Sinta tidak memungkinkan untuk bercengkrama dan berkasih sayang dengan Imran, bila hari kerja, Sinta bekerja, bila pulang kerumah Sinta yang sudah kelelahan memilih untuk tidur dan tidur, sementara sang suami yang dikenakan tugas sebagai wartawan memerlukan dirinya untuk meliput berita sampai larut malam dan lebih sering keluar daerah.
Salahkah bila Imran merasakan kurangnya kasih sayang dan perhatian, bila kemudian lahir adiknya Aisyah yang putih, gemuk dan lucu, dan juga menyita perhatian nenek dan semua orang, bahkan bunda lebih memihak pada adiknya yang muncul tiba-tiba.
Mungkin Imran kecil akan berfikir, ” waktu tidak ada adik, aku sudah tidak dipedulikan, ketika ada adik, maka aku lebih lebih lagi tidak dipedulikan, maka adik sebaiknya pergi saja dari rumah ini agar aku lebih banyak waktu dengan bunda, ayah, nenek dan semuanya…”
Bukan salah Imran bila dia menjadi membenci adiknya dan sering bertengkar dengan adiknya, karena ketidakpandaian orangtua dalam memberi perhatian dan kasih sayang. Anak adalah amanah dan rizki dari Allah yang harus dijaga. Kedatangan sang adik yang mungkin terlalu cepat adalah juga sebuah rizki dari Allah yang menuntut orang tua agar dapat membagi kasih sayang yang sama bagi anak-anaknya. Jangan sampai kehadiran si adik justru membuat bunda dan ayah semakin jauh dengan si sulung tetapi justru harus lebih dekat dan sering mengajaknya berbicara mengenai si adik dari sejak di kandungan sehingga si sulung dapat menjadi kakak yang turut menjaga adiknya.