Moral Impact (2)

3. MANAJEMEN WAKTU BAIK (EFFICIENT)

Salah seorang sahabat mengeluh karena merasa waktunya tidak cukup mengerjakan berbagai aktivitas yang sudah direncanakan. Aktivitas kantor, aktivitas sosial dan aktivitas organisasinya telah menyita semua waktunya. Nyaris waktu dengan keluarga, teman-teman dekat dan bahkan juga waktu untuk ibadah-ibadah utama (fardhu ‘ain dan kifayah) nyaris tidak ada lagi, apalagi untuk shalat tahajjud di sepertiga malam terakhir. Waktu yang tersedia sebanyak 24 jam sehari semalam, 7 hari dalam sepekan dan 12 bulan dalam setahun masih dirasakan kurang, karena masih banyak pekerjaan dan rencana kerja yang belum tersentuh, apalagi menuntaskannya.

Melihat kesulitan yang dialami sahabat tersebut, saya coba usulkan menyusun kembali semua jenis pekerjaan dan aktivitas berdasarkan skala prioritas dengan target masing-masing pekerjaan secara logis. Kemudain disinkronkan dengan waktu yang ada, yakni 24 jam sehari semalam, 7 hari dalam sepekan dan 12 bulan dalam setahun. Apa yang terjadi? Sugguh sangat mengejutkan. Ternyata masih banyak waktu yang tersisa. Artinya, keluhan pekerjaan menumpuk, sangat sibuk, waktu tidak cukup dan sebagainya hanyalah dalih klasik yang berakar dari pekerjaan yang tidak teratur dan manajemen waktu yang kurang baik.

Selain dari faktor teknis tersebut, faktor psikologis juga sangat mempengaruhinya, di mana jika seseorang memiliki kecerdasan Spritual, Emotional dan Intellectual prima, niscaya ia akan merasakan ringan semua beban pekerjaan yang dijalankannya, karena bukan lagi dirasakan sebagai kewajiban, apalagi keterpaksaan, melainkan sudah menjadi kebiasaan (habit) yang sangat dicintainya disebabkan reward yang akan didapatkan tidak semata prestasi duniawi berupa uang, bonus dan sebagainya, akan tetapi ganjaran yang akan diperolehnya di Akhirat kelak yang menjadi kampung hunian hakiki dan abadi, di sana mereka akan meraih The Great Success (Kesuksesan Tanpa Batas). Kecerdasan Spiritual, Emosional, dan Intelektual yang prima bukan hanya meringankan beban pekerjaan, melainkan mampu melahirkan pekerjaaan dan karya raksasa yang bersifat mukjizat (keajaiban) di mana hasilnya jauh melebihi kemampuan manusia biasa.

Sejarah umat Islam yang terbentang lebih dari 14 abad sangat kaya dengan sosok manusia Muslim yang di tangan mereka lahir karya-karya besar yang sangat jauh melebihi kemampuan manusia biasa. Umar Bin Abdul Aziz yang digelar dengan Khalifah (Pemimpin) yang kelima misalnya, kendati Beliau memimpin pemerintahan Islam –yang sudah tersebar sampai ke Afrika— sangat singkat, namun, tercatat dalam sejarah bahwa Beliau berhasil melakukan pemulihan ekonpmi negara dalam waktu yang singkat tersebut secara menakjubkan sehingga di zaman pemerintahannya sulit mencari fakir miskin yang menerima zakat. Dana zakat yang terkumpul begitu banyak, Beliau salurkan untuk membiayai pemuda-pemuda yang ingin menikah yang belum memiliki biaya perenikahan.

Tabel B : Contoh Manajemen Waktu Berdasarkan Shalat Fardhu
(Untuk Pegawai/ Karyawan)

Tabel C : Contoh Manajemen Waktu Berdasarkan Shalat Fardhu
(Untuk Pengusaha/ Petani dan Yang Memiliki Pekerjaan Sendiri)

Notes :
1. Jika aktivitas harian dijalankan berdasarkan manajemen waktu Shalat Fardhu yang lima kali dalam sehari semalam, maka pengaturan alktivitas dan pekerkjaan akan terasa mudah dan tidak akan ada yang terlewatkan karena selalu diingatkan sebanyak 5 kali dalam sehari semalam.

2. Aktivitas harian, apakah sebagai karyawan, pegawai negeri atau swasta, pelajar, petani, nelayan, buruh, pengusaha atau pemimpin, harus mencerminkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan Spiritual, Emotional dan Intellectual. Jika keseimbangan tersebut tidak dijaga, maka lama kelamaan sisi yang tidak diperhatikan akan mengalami sakit dan bisa berakibat kematian, yang pengaruhnya pasti dirasakan dalam kehidupan.

3. Dari dua contok Action Plan Harian di atas, terlihat bahwa waktu yang paling banyak digunakan adalah untuk bekerja (8 jam) dan berusaha (7 jam) untuk mencari rezki, menyusul waktu tidur (5 – 6 jam) dan kemudian di jalan menuju dan pulang kerja (1.5 – 2 jam). Bahkan dalam kenyataannya, khususnya di Jakarta, berangkat dan pulang kerja bisa menghabiskan 4 -5 jam.

4. Jika aktivitas harian di atas dijalankan secara maksimal, maka terdapat sisa waktu sekitas satu (1) jam dan jika dijalankan dengan waktu minimal, maka akan ada sisa waktu sekitar lima (5) jam dalam sehari semalam.

5. Hari Sabtu, Ahad dan hari-hari libur nasional, bisa digunakan untuk berbagai kegiatan yang bermanfaat besar seperti, olahraga, rekreasi keluarga, silaturrahmi, organisasi, kegiatan sosial dan sebagainya.