Masih banyak sebenarnya beberapa misteri berkaitan dengan sejarah perjuangan Asy Syahid KH. Zainal Musthafa dan Perlawanan Sukamanah, terutama jejaring ulama dan santri santri beliau yang menyebar ke berbagai daerah, pemikiran-pemikran yang beliau tinggalkan dalam bentuk karya tulis serta masih banyak misteri lainnya yang belum terungkap.
Sangat berat menelusuri jati diri ulama-ulama pejuang, apalagi karya tulis yang beliau tinggalkan sangat sedikit, itulah yang saya alami sejak tahun 2014 mengkhidmatkan diri menelusuri lorong-lorong sejarah yang sunyi tentang ulama-ulama pejuang khususnya di Jawa Barat. Jikalah hati dapat mengungkapkan apa yang dirasa sejak tahun 2014 dalam mengkhidmatkan diri dan mencurahkan apa yang saya bisa dalam menelusuri lorong-lorong sejarah Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa yang sunyi, wajah terasa panas dan pipi bahas oleh air mata yang tumpah nyaris tak terasa, dada terasa bergetar dan menjadi sesak, matahari terbit yang harusnya bergairah menjadi lesu, senja menjadi sendu, mendung akan membiarkan pelangi itu pergi tak ada lagi warna dalam kehidupan, purnama menjadi gerhana, terang menjadi gelap sekejap mata, bumi yang luas serasa menyempit, keramaian dunia berubah menjadi sunyi, langit pun terasa runtuh, berat-berat jika bukan karena suratan takdir ketetapan Yang Maha Kuasa.
Apa yang saya lakukan adalah meneladani dan melanjutkan apa yang telah dilakukan peneliti sebelumnya :
Danoemihardja, Syarif Hidayat, 1970, Kiai Hadji Zainal Musthafa: Pemimpin dan Penggerak Pemberontakan Singaparna 25 Februari 1944, tanpa nama penerbit
Prof. Dr. Ahmad Mansyur Suryanegara , Gerakan Protes Pesantren Sukamanah yang dipublikasikan pertama kali dalam karya beliau Menemukan Sejarah (1994).
Hikmat Kurnia (1991) Peristiwa Sukamanah : Sebuah Studi Kasus Gerakan Protes Pesantren Sukamanah Tasikmalaya terhadap Pemerintahan Balatentara Jepang (25 Februari 1944) Skripsi Jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran, Bandung
Subhan SD (2000) Ulama – Ulama Oposan. Bandung : Pustaka Hidayat
Tulisan sederhana ini merupakan sebuah ikhtiar menampilkan sosok tipikal ulama panutan yang direpresentasikan dengan baik oleh Asy Syahid KH. Zainal Musthafa di zamannya. Beliau bersikap oposan pada setiap kekuasaan represif dan tirani dari penguasa imperialis dan berani menentang setiap kondisi yang dianggap mungkar.
Tulisan sederhana ini tentu tidak akan membuat perjuangan Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa yang dikenal dengan Sang Singa Singaparna dan para syuhada Sukamanah menjadi besar. Justru sebaliknya, kebesaran dan ketulusan perjuangan mereka jauh lebih besar ketimbang apa yang diungkap dalam tulisan ini. tanpa tulisan ini pun mereka sudah besar. Saya hanya ingin mengangkat setitik karena hanya segitu yang saya mampu dari bulatan yang mereka miliki.
Mohon maaf jika tulisan sederhana ini masih banyak kekurangan dan misteri yang belum terungkap terkait sosok Asy Syahid KH. Zainal Musthafa karena murni keterbatasan saya yang masih muda, minim ilmu, minim pengalaman dan masih perlu bimbingan para orang tua. Tentu tulisan sederhana ini sangat jauh jika dibandingkan dengan buku yang sangat ditunggu-tunggu Biografi Ajengan Sukamanah : Asy Syahid KH. Zainal Musthafa yang disusun oleh penulis sejarah dan biografi senior Kang Iip Dzulkipli Yahya dan insya Allah mudah-mudahan bisa segera launching dalam waktu dekat.
Ini merupakan sebuah pengantar sederhana dalam membayar hutang budi generasi kita kepada Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa, meskipun tentunya hutang budi ini tidak akan sebanding dengan pengorbanan yang diberikan Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa. Sudah saatnya kita kenalkan tokoh-tokoh ulama pejuang di Nusantara kepada dunia, dan generasi kita. Saya hanya mampu mengambil setitik dari bulatan besar yang dimiliki Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa dan Pejuang-Pejuang Sukamanah. Mudah-mudahan dengan hadirnya penulisan biografi tokoh-tokoh ulama pejuang baik dalam bentuk karya ilmiah, buku, novel, jurnal dan film bisa menjadi tantangan riset bagi para peneliti selanjutnya, karena mengenalkan dan mewariskan nilai-nilai perjuangan para tokoh-tokoh ulama pejuang bukan untuk kepentingan hari ini, tapi untuk ratusan tahun ke depan, dunia itu harus tahu kita itu bukan bangsa yang lemah, anak dan cucu kita akan mencatat itu. Wallohu’alam bi al-Shawab (-)