The SOMAD Power

Laskar FPI sibuk mengatur massa yang sudah seribuan disekitar panggung untuk tertib. Semua harus adil melihat, yang berdiri di depan harus duduk.

Ceramah dipanggung ini disetting tanya jawab. Ada 7 pertanyaan yang diberikan ke UAS di kertas setelah 10 menit ia memulai ceramah membangkitkan gairah massa.

Pertanyaan 1) menyanggut Ghibah alias menggosip aib orang, 2) istri Solehah,  3) kawin beda agama, 4) kawin ketika hamil, 5) kredit emas, 6) belanja di toko 212, dan 7) turunnya Dajjal.

Dari pertanyaan ini dan jawaban UAS terlihat pandangan holistic dia yang melingkupi persoalan masyarakat, individu dan negara.

UAS megatakan bahwa pelacuran makin subur karena persepsi materialistik memenuhi otak manusia. Anak2 perempuan dibuatkan mahar yang terlalu mahal, sehingga banyak pria yang kesulitan menikah. Akhirnya sebagian memilih zina.

UAS mengharapkan orang2 tua kembali kepada ukuran keagamaan, yakni keshalehan calon suami sebagai ukuran mencari menantu.

Kesalehan istri, menurutnya, banyak terganggu dengan membanjirnya budaya mempercantik diri bagi wanita bersuami di luar rumah, daripada di rumah. Suami juga jangan terpesona dengan kecantikan perempuan bukan istrinya. Karena beban istri mengurus anak dan rumahtangga akan berkorelasi dengan kecantikan. Sehingga suami harus melihat kesalehan istri sebagai jaminan.

Dikaitkan dengan peran negara, UAS mengatakan bahwa diskriminasi terjadi terhadap guru2 Madrasah, yang mengajarkan bathiniah, yang ditandai dengan kecilnua honor guru2 tersebut. Sebaliknya, guru2 yang megajarkan “ilmu material” disekolah2 umum mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar.

Seharusnya pemerintah memberikan  perhatian yang seimbang bagi guru2 yang mengajarkan Akhlak.Tentu juga masyarakat harus bertanggung jawab dengan memperbesar infak dan sedekah.

Dalam menyikapi soal kredit emas, UAS memasukkan sebagi riba. Riba adalah haram dalam Islam. Pertukaran dalam Islam haruslah uang vs. uang. Dinar vs. rupiah, misalnya.

Terhadap isu “warung 212” UAS menjawab dua hal, pertama warung 212 harus membanjiri majelis2 taklim dan pengajian dengan jualan sembako miliknya. Masyarakat pengajian juga harus gairah membeli produk warung 212 tersebut. Perinsip membeli di warung ummat, UAS menekankan agar pembeli mempunyai misi menyelamatkan gairah perekonomian ummat tersebut. Bukan sekedar faktor harga.

Diakhir ceramahnya UAS mengajak berdoa agar Indonesia diberikan pemimpin yang cinta terhadap Islam dan ummat Islam, bukan pemimpin yang benci Islam, bukan pemimpin yang bisa menerima komunis. Sebelumnya UAS mengatakan bahwa sudah ratusan bahwa seribu tahun lalu dari Sabang sampai Papua, Islam itu telah menpersatukan Indonesia, sehingga tidak ada persoalan permusuhan antar suku bangsa.

Kekuatan Somad

Ribuan orang berkumpul mendengarkan UAS meskipun gerimis datang. Tidak ada yang gelisah, semuanya senang.

Majlis ini adalah majlis dengan bahasa rakyat, bahkan rakyat jelata.

Kekuatan Somad terpancar dari 1) bahasanya tidak dibuat2. Bahasa UAS adalah bahasa lepas. Spontan. Namun pas. 2) UAS mempunyai intonasi dengan penyesuaian pada bahasan. Ketika UAS membahas seseorang mati dalam keadaan syirik, misalnya, UAS dalam bahasa menggegelar dan intonasi tinggi.

3) UAS menekankan pentingnya pemimpin yang soleh,  peraturan yang memihak orang kecil dan partisipasi rakyat dalam membangun suatu peradaban yang adil.

Tentu kekuatan UAS sebelumnya terpancar saat dia dilamar Prabowo dan Ijtima ulama menjadi calon wakil Presiden, malah dia melarikan diri kepedalam hutan, menghindar. Somad tidak menjual agama dan ketenaran  untuk kekuasaan.

Dia hanya ingin berdakwah.

Pandangan UAS soal peranan pemimpin dan regulasi yang baik, merupakan “Windows” bagi UAS untuk melihat bahwa urusan agama bukanlah urusan privat semata, melainkan menyangkut negara.