Al-Qaidah? Al-Qaidah Apa?

Argumen Barat bahwa Afghanistan Taliban disusupi oleh Al-Qaidah hanyalah mitos. Begitu menurut para pejuang gerakan Taliban yang semakin menyebar di seluruh penjuru negeri Afghanistan. Ini adalah hasil kerja jurnalistik The Independent pada hari Ahad (14/11).

"Tidak ada pejuang Al-Qaidah di Afghanistan," kata Mullah Naim, wakil komandan Taliban di kabupaten Chak, 40 mil dari Kabul. "Saya telah berjuang di selatan dan di timur, ataupun di sini. Dalam tujuh tahun operasi, saya belum melihat seorang pun anggota Al-Qaidah. Tidak satu pun!"

Sabtu pekan lalu adalah sembilan tahun jatuhnya Taliban di Kabul kepada pasukan asing yang menyerbu negara Muslim Asia itu dan menggulingkan pemerintahannya pasca 11 September 2001. Sejak itu, Taliban terlibat dalam perang gerilya berkepanjangan melawan pasukan pimpinan Amerika dan pemerintah yang didukung Barat, Hamid Karzai.

Namun AS dan sekutunya berpendapat bahwa Taliban tidak berjuang sendirian. Mereka bersikeras bahwa benteng-benteng gerakan adalah surga yang nyaman bagi para anggota Al-Qaidah yang disebut-sebut telah menjadi sekutu Taliban sebelum invasi Amerika.

AS bahkan menegaskan bahwa Taliban disusupi oleh pejuang asing yang terkait dengan Al-Qaidah dan dituduh melakukan banyak serangan di AS dan Eropa.

Klaim itu diungkapkan oleh Jenderal David Petraeus yang baru-baru ini menegaskan bahwa tujuan NATO adalah untuk mencegah pembentukan kembali Al-Qaidah di Afghanistan.

Tapi Mullah Naim menegaskan bahwa tidak ada anggota Al-Qaidah di antara mereka. "Ada beberapa pejuang asing di Chak selama tahun lalu," kenang Mullah Naim. "Arab, Chechen, Pakistan. Tapi mereka berjuang di bawah Taliban, mematuhi perintah kami. Mereka tidak ada hubungannya dengan Al-Qaidah."

Tumbuh

Chak adalah simbol bagaimana Taliban menguasai Afghanistan jauh lebih kuat daripada Barat. "Tahun lalu, 30 ANP [Polisi Nasional Afghanistan] datang kepada kami dengan dua truk penuh senjata berat," kata Mullah Abdullah, komandan lokal Taliban. "Mereka bisa melihat seberapa populer kami di sini, dan bahwa mereka telah mengikuti jalan yang salah."

Selama tiga tahun terakhir, Taliban selalu menguasai Chak. Abdullah mengatakan bahwa pemerintah Afghanistan yang pro-Barat mengontrol hanya satu kilometer persegi saja di sekitar pusat kabupaten, sedangkan sisanya selalu milik Taliban.

"Kami takut Amerika pada awalnya," kata Mullah Naim kepada Independen.

"Kami mendengar teknologi mereka begitu kuat sehingga mereka bisa melihat kami dari ruang angkasa. Tapi ternyata tak ada satu pun yang benar."

Di Chak saja, Taliban berhasil menyerang ratusan kendaraan tentara ISAF (Pasukan Bantuan Keamanan Internasional).

Abdullah, seorang mantan mahasiswa politeknik di Kabul, menjadi pahlawan pada tahun 2007 setelah ia berhasil menyerang sebuah konvoi yang terdiri 81 truk yang mengangkut bahan bakar hanya dalam satu malam.

"Kami telah belajar banyak, secara umum, tentang bagaimana ISAF beroperasi."

Taliban bahkan berhasil menutup 86 dari 87 TPS di provinsi ini dalam pemilu September lalu.

Calon lokal, Wahedullah Kalimzai, diduga telah menyuap pejabat pemilu untuk semua surat suara yang ada di TPS-TPS itu. "Kabul masih menyebutnya sebagai pemilu yang sukses," ironi Abdullah.

Perlawanan Tanpa Henti Pejuang Taliban

Pejuang Taliban bersikeras bahwa perang melawan pasukan Amerika dan NATO merupakan perlawanan yang sah terhadap penjajah. "Ini adalah kewajiban agama kami untuk melawan Anda, orang asing," kata Abdullah.

Mereka mencatat bahwa serangan pesawat predator Amerika Serikat, yang membunuh ratusan warga sipil tak bersalah setiap bulan, adalah harga mahal buat Amerika yang menimbulkan kebencian orang-orang Afghanistan dan akhirnya beralih ke Taliban. "Ribuan orang di pemakaman adalah para syuhada dan kemudian meneriakkan ‘Matilah Amerika’," kata seorang pejuang Taliban.

Sekadar menyebutkan, menurut Abdullah, mereka yang telah dibunuh oleh pasukan asing dalam dua bulan terakhir saja, adalah sopir taksi, petani yang sedang tidur di kebunnya dan tiga pelajar yang baru pulang dari sekolah.

Kematian Sipil di Afghanistan adalah isu sensitif bagi publik dan merupakan sumber ketegangan antara pemerintah Hamid Karzai dan pasukan asing. Dalam laporan Agustusnya, Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mendokumentasikan 3268 korban sipil, termasuk 176 anak-anak yang tewas dan 389 lainnya luka-luka.

Abdullah menegaskan bahwa orang-orang Afghanistan tidak akan pernah berhenti berperang melawan pasukan AS dan NATO yang menduduki negara mereka. "Anda harus mengerti bahwa kami tidak akan pernah berhenti memerangi Anda. Tidak pernah." (sa/onislam)