Arah Misteri Penculikan Lian

Beberapa hari terakhir ini, publik dikejutkan dengan misteri penculikan yang dialami seorang pegawai negeri sipil Kementerian Perhubungan, Laila Febriani atau disapa Lian. Tuduhan pun sontak dialamatkan oleh opini publik ketika korban ditemukan dengan mengenakan gamis hitam berserta cadar. Padahal saat diculik, korban mengenakan seragam PNS warna biru.

Lokasi tempat ditemukan Lian pun sangat berhubungan dengan Islam, yaitu masjid At-Ta’awun yang berlokasi di Puncak Jawa Barat. Dan hampir bersamaan dengan kehadiran Lian di masjid yang sudah menjadi objek wisata warga Jabodetabek ini, warga menyaksikan keberadaan lima orang bercadar yang kemudian pergi ke arah Cianjur.

Seperti diberitakan media, Lian diculik pada Kamis (7/4) seusai makan siang bersama teman-teman kantornya di kantin Kementerian Komunikasi dan Informasi, jalan Merdeka Barat. Saat itu, Lian dapat telepon dari temannya yang bernama Fifi dan menunggunya di Tanah Abang. Sejak itu, teman-teman kantor Lian tidak menemukan Lian di kantornya.

Misteri hilangnya Lian membuat keluarga besar ibu satu anak ini termasuk suaminya gelisah. Keluarga yang bertempat tinggal di kawasan Rawamangun Jakarta Timur ini menunggu sepanjang hari Jumat, untuk kemudian melaporkan kasus itu ke polisi. Menariknya, teman Lian yang bernama Fifi tidak pernah bertemu dengan Lian sepanjang hilangnya muslimah berjilbab ini.

Pada hari Sabtu sore atau sekitar pukul 15.00 wib, Lian muncul di Masjid At-Ta’awun Puncak Jawa Barat. Warga yang menyaksikan kedatangan Lian menyatakan bahwa Lian turun dari mobil angkutan umum L-300 sendirian, dan mengenakan gamis warna hitam beserta cadar. Lian tampak linglung ketika berada di sekitar masjid.

Pada pukul 17.30, polisi mengamankan Lian. Keluarga baru dapat kabar ditemukannya Lian dari polisi sekitar pukul delapan malam. Dan pada pukul tiga pagi, keluarga membawa pulang Lian ke rumah.

Saat ditemukan, menurut polisi, Lian mengaku bernama Maryam dan sedang menunggu seorang wanita bernama Aisyah. Padahal di KTPnya tertulis bernama Laila Febriani, lahir di Jakarta 22 Februari 1985, pekerjaan PNS.

Sejumlah kejanggalan

Beberapa kejanggalan yang patut disimak adalah opini yang langsung mengaitkan penculikan Lian dengan gerakan NII atau Negara Islam Indonesia. Padahal, ajaran NII tidak mewajibkan muslimah yang menjadi pengikutnya mengenakan cadar. Apalagi dengan jubah berwarna serba hitam.

Kalau ini diarahkan untuk mengaitkan misteri penculikan Lian dengan gerakan NII, menjadi salah besar. Bahkan boleh jadi, busana serba hitam dan cadar yang juga dikenakan lima sosok misterius berjubah dan bercadar yang juga berada di lokasi ditemukannya Lian sebagai upaya untuk menutup jejak ciri pelaku. Karena dengan cara itulah, orang banyak yang biasa berada di sekitar Masjid At-Ta’awun pada Sabtu sore tidak mampu mengenali ciri sosok misterius itu.

Kedua, Lian ketika pertama kali bertemu dengan pihak keluarga, sempat cerita kalau ia pergi dengan seorang wanita bercadar yang bernama Aisyah. Wanita itu memberinya kopi hingga muntah-muntah. Tapi wanita itu terus memintanya untuk minum karena dengan cara itu ada penghapusan dosa.

Cara-cara pencucian otak yang dilakukan NII, menurut beberapa orang yang pernah ikut di NII, hanya menggunakan doktrin. Dan bukan dengan kopi yang membuat peminumnya muntah. Kemungkinan ini menunjukkan kalau Lian terkena semacam obat tertentu yang membuatnya berhalusinasi dan kehilangan ingatan.

Ketiga, kesaksian kakak korban yang menyatakan bahwa setelah kehilangan Lian, akun facebook Lian mengalami perubahan, dan tidak bisa dibuka. Padahal, status di facebooknya masih sama seperti sebelum Lian hilang.

Keempat, dua buku yang dipegang Lian saat ditemukan polisi sama sekali bukan buku bertema jihad. Buku pertama berjudul Hakekat Agama dalam Kehidupan, karya Drs Syahminan Zaini. Dan buku kedua berjudul Mutiara Quran dan Hadits, karya H. Abdul Aziz Masyhuri. Buku kedua ini juga menjadi bahan kurikulum tahun 1980.

Lalu, dari mana media dan opini publik menghakimi bahwa buku yang dipegang Lian buku tentang jihad, dan langsung dikaitkan dengan pengkaderan terorisme.

Sasaran tembak misteri penculikan Lian
Dari kejanggalan-kejanggalan yang ada, begitu kuat dugaan kalau misteri penculikan Lian diarahkan ke beberapa target yang menjadi sasaran tembak si pelaku.

Pertama, membangkitkan fobia wanita bercadar. Masyarakat Indonesia yang awam dengan syariah bercadar untuk wanita, kerap menjadi sasaran empuk rekayasa opini untuk ramai-ramai mencap buruknya wanita bercadar.

Di Indonesia, tidak banyak kelompok umat Islam yang wanitanya mengenakan cadar. Mereka adalah Majelis Mujahidin Indonesia atau MMI, Jamaah Salafi, dan lain-lain. Yang jelas, tidak berhubungan dengan gerakan NII.

Kedua, organisasi Islam yang melakukan pengkaderan dengan cara kajian khusus dalam bentuk kelompok diskusi. Dari kasus Lian, digambarkan oleh opini publik bahwa seolah-olah Lian masuk ke sebuah pengajian khusus yang dihadiri wanita bercadar dan pria berjenggot lebat.

Padahal, metodologi kajian keislaman moderen saat ini kerap menerapkan diskusi kelompok yang pesertanya terbatas sekitar sepuluh orang. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi intensif antara mentor dengan peserta didik.

Ketiga, tokoh-tokoh Islam yang punya latar belakang kelompok NII. Walaupun NII bukan lagi menjadi gerakan bawah tanah, kasus Lian sudah mengarahkan betapa bahayanya gerakan ini. Padahal, sejak masa orde baru, beberapa tokoh NII sudah menjadi seperti alat operasi intelijen pimpinan Ali Murtopo dan Beni Murdani. Dan saat ini, beberapa yayasan yang berlatar belakang NII sudah menjalin kerjasama dengan beberapa elit militer.

Entah tokoh mana yang menjadi target berlatar belakang NII ini. Sejumlah tokoh yang sudah dikenal baik oleh publik memang mempunyai sejarah yang erat dengan NII. Antara lain, Abu Bakar Baasir yang tidak henti-hentinya menghadapi rekayasa isu terorisme. Atau, mungkin ada tokoh lain yang berlatar belakang NII yang kini menjadi target baru operasi ini.

Kesinikah arah dari kasus misteriusnya penculikan Laila Febriani? Wallahu a’lam. Yang jelas, skenario menghubungkan misteri penculikan Lian ini dengan gerakan NII sudah mentah dengan sendirinya. Lalu, siapa sebenarnya pemain di balik ini, karena isu NII sudah biasa menjadi ‘mainan’ operasi intelijen. mnh