Penambahan Pasukan Amerika di Afghanistan dan Isu 911

Obama dengan keyakinannya mengumumkan penambahan pasukan Amerika Serikat di Afghanistandi Akademi Militer Amerika yang tersohor West Point (2/12/2009). Setelah sebelumnya terjadi penundaan pengumuman  strategi barunya untuk menghadapi perang Afghanistan. Amerika Serikat juga meminta bantuan beberapa sekutunya di NATO untuk menambah jumlah pasukan di Afghanistan.

Nampaknya Amerika Serikat tidak mempunyai strategi baru selain menambah jumlah pasukan seperti yang diminta oleh Panglima perang AS di Afghanistan Jenderal Stanley Mac Chrystal. Pasukan Amerika serikat kewalahan menghadapi pejuang Afghanistan yang selalu memberikan perlawanan dan kini lebih 70% wilayah Afghanistan di bawah kontrol pejuang Afghanistan.

Rencana untuk menambah pasukan di pihak Afghanistan gagal karena kebanyakan rakyat di Afghanistan tidak mau bekerja sama dengan Amerika. Dari rencana pembentukan pasukan sebanyak seperempat juta pasukan lokal Afghanistan pada tahun 2010, Amerika baru bisa membentuk 50,000 pasukan yang loyal terhadap Amerika. Perundingan dengan pihak Taliban juga gagal meski Amerika menawarkan jabatan menteri dan Gubernur.Taliban hanya akan berbicara mengenai perdamaian hanya jika Amerika menarik pasukannya dari Afghanistan.

Pasukan Amerika Serikat sepertinya kewalahan dengan jumlah mereka yang hanya 68.000 personil. Bahkan setelah pengiriman 30.000 pasukan, Panglima Amerika di Afghanistan Jenderal Stanley Mac Chrystal meminta penambahan 40.000 pasukan ke Afghanistan. Sebagian besar pasukan Amerika Serikat akan ditempatkan pada Afghanistan Timur dan Afghanistan Selatan.

Kalau kita cermati ada yang menarik pada pidato Obama. Ia menyebutkan bahwa perang tersebut terpaksa dilakukan karena serangan 911 yang menghancurkan menara kembar dan menewaskan ribuan warga Amerika Serikat padahal tidak ada bukti otentik bahwa serangan tersebut dilakukan atau direncanakan oleh orang Afghanistan. Sepertinya Obama hanya melakukan pembenaran atas kebijakannya. Sebagian warga Amerika tidak mempercayai tuduhan bahwa Taliban sebagai pelaku 911.

Bahkan aktor kenamaan Charlie Sheen menuduh bahwa pemerintah Amerika Serikat berada di belakang 911. Pejuang legendaris Afghanistan Qolbudin Hikmatyar juga menyatakan bahwa perencanaan serangan 911 dilakukan di Amerika Serikat. Hikmatyar juga membantah keterlibatan orang Afghanistan dalam serangan tersebut. 

Perang yang mematikan tersebut sudah sangat tidak populer di mata masyarakat Amerika sendiri bahkan mereka mendesak pemerintah Amerika untuk menarik pasukannya dari Afghanistan. Sedikitnya 900 pasukan Amerika telah tewas dan 600 pasukan koalisi tewas. Ini tentu belum termasuk dengan korban yang luka-luka, cacat permanen atau gangguan mental.

Rakyat Amerika tidak lagi percaya bahwa perang di Afghanistan adalah perang untuk memerangi teroris dan melindungi Amerika dari ancaman teroris. Jajak pendapat yang dilakukan Washington Post dan ABC News menunjukkan sekitar 55 % responden menunjukkan menolak perang (koran tempo, 4/12/2009).

Obama juga menambahkan bahwa Amerika terpaksa untuk menyelesaikan perang ini. Pidato Obama ternyata tidak lebih retorika belaka yang akan membawa korban di pihak Amerika lebih banyak dan tentu saja korban di pihak sipil Afghanistan.

Obama dan para pembantunya ingin memuat promosi yang hebat untuk pembenaran keputusannya menambah pasukan di Afghanistan. Dengan humas yang bagus Obama ingin rakyat Amerika mendukung setiap ketidakbijakan pemerintahannya di Afghanistan. Pemerintah Amerika menggunakan cara apapun untuk membenarkan tindakan bahkan dengan berbohong terhadap warga negaranya sendiri.

Tidak puas dengan dalih  Al Qaeda, Amerika juga menggunakan peristiwa penembakan di Fort Hood sebagai aksi serangan teroris. Pelaku penembakan tersebut adalah Mayor Nidal Hasaan yang bekerja sebagai ahli jiwa (psikiater) di Angkatan bersenjata Amerika. Penembakan yang menewaskan 14 orang itu seperti menjadi bahan bakar bagi perang terhadap terorisme.

Ada tuduhan bahwa teroris telah melakukan infiltrasi terhadap angkatan bersenjata Amerika Serikat dengan memasukkan Mayor Nidal. Tuduhan tersebut terkesan mengada-ada karena bukti yang digunakan adalah e-mail. Nidal Hassan dituduh melakukan kontak dengan Syeikh Anwar Al Awlaki yang kini bermukim di Yaman melalui e-mail.

Sebelumnya Anwar Al Awlaki pernah tinggal di Amerika Serikat dan beliau pernah diinterogasi oleh biro penyelidik federal (FBI) namun kemudian dilepaskan karena tidak ada bukti yang memberatkannya.Kalau hanya e-mail saja, anak kecilpun pasti bisa membuatnya dan merekayasanya.

Kedua eksekusi atas John Allen Muhammad, seorang veteran perang Iraq yang telah menembak dan membunuh 10 orang warga Amerika Serikat dengan senjata sniper. Yang anehnya John Allen dinyatakan mati pada pukul 9:11.Patut dicurigai jam kematian John Allen pada pukul 911 sebagai rekayasa agar publik Amerika mengingat kembali apa yang terjadi pada 911. Kedua kasus tersebut sempat membuat warga Muslim AS was-was dengan ancaman terhadap mereka.

Mengapa dua kasus tersebut terjadi menjelang pengumuman pemberangkatan pasukan Amerika Serikat. Padahal kasus seperti itu bisa saja terjadi kapan saja. Bagaimana kalau pelaku penembakan tersebut bukan orang Islam? Tentu peristiwa seperti itu biasa saja dan tidak ada usaha pengkait-kaitan terhadap terorisme. 

Propaganda  Amerika Serikat seperti diatas tidak berbeda dengan propaganda Nazi Jerman. Sebelum menyerang Polandia, Jerman menuduh bahwa Pasukan Polandia telah menyerang Jerman. Padahal pelaku serangan tersebut adalah orang gila yang didandani dengan seragam Polandia oleh  Nazi Jerman. 

(Andri Faisal, Pemerhati Dunia Islam)