Senjata Kimia AS di Fallujah Lebih Dahsyat Dibanding Bom Atom Hiroshima

Penduduk kota Fallujah, Irak harus menanggung beban dampak dari bahan kimia yang berasal dari persenjataan pasukan AS. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa tingkat penderita kanker, leukimia, kematian bayi dan mutasi jenis kelamin di kalangan warga Fallujah lebih tinggi dibandingkan dengan para korban yang selamat dan mengalami ancaman penyakit serupa, dalam serangan bom atom AS di Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945.

Hasil studi itu dipublikasikan oleh Journal of Environmental Studies and Public Health (IJERPH). Disebutkan pula dalam jurnal itu bahwa prevalensi gangguan kesehatan di Fallujah lebih besar beberapa kali lipat dibandingkan dengan wilayah di sekitarnya.

Kota Fallujah yang terletak sekitar 43 mil di sebelah barat Baghdad merupakan salah satu kota yang menjadi target operasi militer pasukan AS untuk menumpas kelompok-kelompok pejuang Irak yang melakukan perlawanan terhadap pasukan asing. Di kota inilah terjadi pertempuran yang paling sengit antara pasukan koalisi AS dengan para pejuang Irak dan pasukan AS. Usai operasi militer, pasukan koalisi AS masih menerapkan berbagai kebijakan sebagai bentuk "hukuman kolektif" bagi Fallujah yang melanggar hukum perang internasional.

Penelitian terhadap kondisi kesehatan penduduk Fallujah membuktikan kecurigaan yang sudah berlangsung lama bahwa pasukan AS dan koalisinya menggunakan persenjataan yang mengandung bahan kimia berbahaya di kota itu seperti uranium dan radioaktif yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas bom-bom yang mereka ledakkan.

Penelitian dilakukan di 711 rumah terhadap 4.843 warga Fallujah sepanjang bulan Januari sampai Februari 2010. Penyusun laporan, Chris Busby, Malak Hamdan dan Entesar Ariabi mengatakan, tim peneliti menemukan bahwa penderita penyakit kanker di Fallujah meningkat empat kali lipat setelah invasi AS ke Irak. Jenis penyakit kanker yang diderita warga Fallujah sama dengan jenis kanker yang diderita korban yang selamat saat peristiwa serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Selain kanker, tingkat penderita penyakit leukimia di kalangan warga Fallujah juga meningkat 38 kali lebih tinggi, di kalangan anak-anak laju penderita leukimia meningkat 12 kali lebih tinggi, penderita kanker payudara 10 kali lebih tinggi dibandingkan tingkat rata-rata penderita penyakit itu di kalangan penduduk Mesir, Yordania dan Kuwait. Penyakit lainnya yang juga mengancam warga Fallujah adalah tumo otak, dengan tingkat kematian 80 orang setiap per 1.000 kelahiran, serta tingkat kematian bayi yang baru lahir juga meningkat lebih dari lima kali lipat dibandingkan tingkat kematian bayi rata-rata yang terjadi di Mesir dan Yordania.

Yang mengejutkan, setelah tahun 2005, jumlah kelahiran bayi perempuan di Fallujah meningkat tajam. Dalam populasi normal, terjadi 1.050 kelahiran bayi laki-laki untuk setiap 1.000 kelahiran bayi perempuan. Tapi di Fallujah, empat tahun setelah operasi militer AS, ratio kelahiran bayi laki-laki menurun menjadi 860 kelahiran dari 1.000 kelahiran bayi perempuan. Perubahan ratio gender ini juga ditemukan di Hiroshima dan Nagasaki setelah peristiwa serangan bom atom AS pada masa Perang Dunia II.

Alasan yang paling mungkin atas perubahan ratio jenis kelamin itu, menurut para peneliti, adalah sebagai dampak dari peristiwa mutan akibat bahan-bahan kimia, seperti sisa kandungan uranium dari persenjataan yang digunakan AS. Busby mengingatkan bahwa kondisi kesehatan warga Fallujah merupakan kondisi "luar biasa dan mengkhawatirkan."

"Untuk menghasilkan dampak seperti ini, kemungkinan telah terjadi mutan secara besar-besaran sekira tahun 2004, ketika AS melakukan operasi militernya yang masif. Kami harus segera menemukan bahan kimia apa yang digunakan, meskipun banyak orang menduga bahan kimia itu uranium. Kita belum bisa memastikan tanpa melakukan riset lebih mendalam dan melakukan analisis dari sampel yang diambil dari kawasan Fallujah," kata Busby, seorang profesor bidang molekul ilmu biologi di Universitas Ulster dan Direktur Green Audit, lembaga riset independen di bidang lingkungan hidup.

Kekhawatiran bahwa warga Fallujah mengalami berbagai penyakit berbahaya sebagai dampak dari penggunaan bahan-bahan kimia persenjataan pasukan AS bukan sekali ini dilontarkan oleh para pakar kesehatan dan lingkungan. Pada Oktober 2009, sejumlah dokter Irak dan Inggris pernah menulis surat pada PBB yang isinya meminta dilakukan penyelidikan terhadap penyakit-penyakit akibat pengaruh radioaktif yang terjadi di Fallujah.

Menurut dokter-dokter itu, kaum perempuan di Fallujah kini banyak yang takut punya anak karena banyaknya kasus bayi-bayi yang lahir dalam kondisi cacat, misalnya ada bayi yang lahir tanpa kepala, bahkan ada yang lahir dengan dua kepala, posisi mata bayi di kening, kulit bayi yang bersisik atau bayi yang lahir tanpa anggota badan. Sementara anak-anak di Fallujah sekarang, terancam oleh penyakit tersembunyi, kanker dan leukimia. (ln/arabnews)