Mewaspadai Bisnis Aktivasi Otak (3-Habis)

Kelima, dahulu perubahan kepribadian dilakukan dengan memberikan rasa sakit kepada seorang anak, sehingga ia harus memilih kepribadian mana yang ia sukai. Kini perubahan dilakukan dengan permainan yang menyenangkan dan melalui gambar-gambar yang merangsang retina mata yang selanjutnya merangsang otak. Anak-anak dipuji-puji, diminta meneriakkan yel-yel sehingga ia tidak merasa malu dan percaya diri.

Keenam, dahulu untuk membawa seorang anak ke alam bawah sadar diperlukan semacam narkotika, maka kini dilakukan dengan membawa kesadarannya ke level alfa dan teta melalui teknologi tinggi yakni video dan suara yang disebut sebagai binaural beats.

Ketujuh, dahulu dan sekarang cara aktivasi finalnya masih belum berubah, yakni setiap anak diberikan anchor.

Kedelapan, beberapa orangtua menyatakan bahwa dalam waktu enam bulan setelah anaknya diaktivasi, karakternya banyak berubah menjadi negatif.

Delapan butir ciri yang menandakan jika aktivasi otak tengah (juga istilah lainnya yang berkenaan dengan optimalisasi otak) mirip dengan apa yang dilakukan CIA terhadap Duncan O’Finioan. Richard Claproth, Ph.D, bahkan berani menyatakan jika tujuan aktivasi otak ini sama sebangun dengan apa yang diinginkan oleh Talent Project, MK Ultra, atau apa pun namanya.

Tidak Semua Anak Bisa

Di dalam brosurnya, lembaga aktivasi otak (apakah itu berkedok aktivasi otak tengah, pelatihan otak, dan sebagainya) dengan bombamtis menyatakan jika mereka mampu menggaransi semua anak bisa dioptimalkan atau diaktivasi otaknya sehingga memiliki potensi jenius. Semua anak bisa dioptimalisasikan. Bahkan bagi anak yang setelah pelatihan masih dianggap kurang optimal, disediakan kelas khusus remedial yang bisa diikuti gratis.

Ini iklannya, baik yang dicetak di dalam brosur maupun yang diucapkan orang-orang mereka sewaktu menggelar pertemuan dengan para orangtua. Bagaimana faktanya?

Menurut Profesor Richard Claproth, dan juga kesaksian banyak orangtua yang telah mengikutsertakan anaknya dalam pelatihan jenis ini, janji-janji manis pihak penyelenggara pelatihan ternyata tidak sepenuhnya benar.

Misal, ada lembaga pelatihan otak yang menulis jika mereka akan menjadikan anak yang sudah dilatihnya: “mampu menghafal satu buku dalam waktu hanya sehari, mampu melihat dengan mata tertutup, mampu mengerjakan soal-soal matematika tersulit sekali pun, mampu dengan mudah mempelajari bahasa-bahasa asing, dan sebagainya”, namun dengan hanya menyediakan waktu pelatihan dalam hitungan hari atau yang dibagi dalam beberapa termin dalam jangka waktu satu-dua bulan, ternyata tidak semua materi diberikan kepada anak-anak didik.

Di awal pelatihan, anak dibagikan berbagai modul, sebuah blindfold, dan alat-alat lainnya, namun di dalam pelatihan, yang dipakai kebanyakan blindfold saja, sedangkan buku-buku dan modul hanya sesekali, hanya sebagai formalitas. Akibatnya, setelah pelatihan dinyatakan selesai, anak tetap tidak bisa apa-apa. Biasanya, setelah itu pihak penyelenggara akan berkilah dengan mengadakan kelas remedial secara gratis. Memang, kelas ini bisa diikuti secara gratis, namun tanpa tujuan pencapaian yang jelas sehingga orangtua yang mengikutsertakan anaknya dalam kelas remedial akan kelelahan sendiri mengantar anaknya ke tempat pelatihan yang beum tentu jaraknya dekat dengan rumah, apalagi kelas remedial biasanya dilakukan pada hari-hari libur sehingga banyak menyita waktu kebersamaan antara orangtua dengan anak. Yang seharusnya keluarga bisa bepergian atau rekreasi menjadi terhalang karena kelas remedial yang tidak tentu juntrungannya.

Karena kelelahan, akhirnya orangtua dengan sendirinya menghentikan pelatihan remedial ini bagi anaknya tanpa hasil yang jelas. Tentu saja, pihak penyelenggara akan mudah berkilah jika orangtua itu sendiri yang salah.

Dalam berbagai kasus, walau pihak penyelenggara menjanjikan semua anak bisa diaktivasi atau dioptimalisasi otaknya, ternyata kenyataannya TIDAK SEMUA ANAK BISA. Ada yang memang sungguh-sungguh penipuan, namun ada pula yang mengklaim sebagai pelatihan yang sudah melewati serangkaian kajian ilmiah, namun mereka sama-sama tidak jujur dalam mengemukakan realita yang ada. Semua orangtua sudah mengeluarkan biaya yang mencapai angka jutaan rupiah, dan ini bukan jumlah yang kecil, namun ketika anaknya gagal mencapai target pelatihan, maka pihak penyelenggara dengan mudah akan mengatakan jika anak tersebut tidak berbakat, tidak bisa berkosentrasi, tidak ini dan tidak itu.

Dengan mudahnya pihak penyelenggara mengatakan itu semua dan uang jutaan rupiah yang sudah kita berikan tentunya tidak bisa kita minta kembali. Istilahnya, uang sudah amblas tapi tiada hasil. Ini benar-benar bisnis dengan profit besar, namun ada indikasi jebakan di dalamnya. Para orangtua hendaknya lebih waspada dan tidak mudah tergiur dengan janji-janji manis pihak penyelenggara.

Jika pun ingin mengikutsertakan anaknya dalam pelatihan otak ini, seharusnya antara orangtua dengan pihak penyelenggara mengikat diri dalam satu perjanjian hitam di atas putih yang legal secara hukum, dengan tujuan pencapaian peserta didik yang jelas, dalam berapa kali pertemuan si anak dijamin bisa mencapai kemampuan apa misalnya, dan janji dari pihak penyelenggara, jika anak ternyata tidak bisa, maka seluruh biaya pelatihan yang sudah dikeluarkan oleh orangtua akan diberikan seratus persen. Jadi, orangtua harus menuntut GARANSI UANG KEMBALI 100% (Cash Back Guarantee), BUKAN GARANSI SAMPAI BISA. Karena kalau garansi sampai bisa, orangtua kemungkinan besar akan kelelahan sendiri, karena belum tentu walau setahun ikut kelas remedial terus-menerus, si anak akan mempunyai kemampuan istimewa. Tidak semua anak bisa, ini intinya.

Hari ini, berbagai lembaga pelatihan otak menggelar pertemuan demi pertemuan, preview demi preview, dari ruangan mewah di hotel-hotel berbintang sampai di kelas-kelas atau di ruko-ruko seadanya, dalam rangka menarik sebanyak-banyaknya orangtua agar mau mengikutsertakan anaknya dalam pelatihan tersebut. Para orangtua harus ekstra waspada karena banyak sekali lubang-lubang jebakan yang ditebar  pihak penyelenggara, yang dibungkus dalam kata-kata dan kalimat-kalimat manis yang ada di dalam buku-buku strategi marketing umum.

Apalagi, dalam kacamata konspirasi dunia yang juga diyakini kalangan intelektual seperti halnya Profesor Richard Claproth, kegiatan-kegiatan ini diduga kuat merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai Mind Programing atau Program Pengendalian Pikiran, yang salah satunya adalah hendak menjadikan anak-anak sebagai ‘unit pasukan khusus’ atau ‘orang-orang yang nantinya bisa dikomandoi atau diperintah mereka’, pada saat yang dikehendaki.

Bagi yang ingin menelusuri hal ini lebih jauh, bisa googling dengan mengetikan kata “MK-Ultra”, “Project Talent”, “Mind Control”, dan sebagainya. Berbagai buku ilmiah pun sudah ditulis para pakar dan bisa diperoleh dengan mudah di berbagai toko buku besar. Berhati-hatilah. [tamat/rz]