Asyari Usman: Begini Ancaman Nyata dari RRC

Semua negara tergiur. Sekaligus terkicuh. Tergiur, karena janji-janji China tentang manfaat proyek infrastruktur itu. Terkicuh, karena sejumlah negara lemah terjerembab ke dalam perangkap utang RRC. Ini memang tujuan mereka. Begitu terjebak, negara-negara itu tak sanggup membayar cicilan. Dibuatlah ‘deal’: proyek-proyek itu diserahkan kepada RRC selama sekian puluh tahun.

Dari sinilah bermula hegemoni langsung China di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Mereka akan punya banyak pusat industri di negara kita. Ribuan jenis produk dibuat. Fasilitas distribusi mereka bangun dan itu adalah utang negara kita. Sejalan dengan perkembangan ini, RRC sangat mungkin akan mengatakan mereka perlu membawa orang-orang China untuk bekerja di pabrik-pabrik mereka. Ingat, di RRC ada 90 juta penganguran.

Setelah sekian tahun, dimunculkanlah keperluan untuk menjaga sendiri proyek-proyek vital RRC. Sekitar setahun yang lalu (Juli 2018) pernah terungkap ke publik kerjasama Polres Ketapang di Kalbar dengan kepolisian RRC. Sampai-sampai dibuat kantor polisis bersama yang menggunakan papan nama beraksara China. Walaupun Kapolres dicopot, tetapi kita telah menyaksikan betapa mudahnya RRC “mengukur” mentalitas pejabat Indonesia.

Ada contoh kerawanan lain. Masih ingat beberapa warga China bisa bertani cabai di kawasan Kabupaten Bogor? Entah bagaimana, mereka bisa mendapatkan lahan empat hektar untuk bertanam cabai. Hanya karena ada bakteri yang terkandung di cabai itu, baru kemudian ada tindakan dari beberapa instansi terkait.

Lalu, coba juga ingat kasus seorang WNA China yang bisa mendapatkan e-KTP meskipun ada kolom yang menjelaskan dia warganegara RRC. Tapi, bukan tidak mungkin orang ini (namanya Guohui Chen) bisa melakukan lobi-lobi agar status kewarganegaraannya diubah atau dihapus. Inilah antara lain kerawanan di pihak instansi dan para pejabat Indonesia.

Kita lanjutkan lagi. Kalau kehadiran ekonomi RRC sangat besar di negara ini, sangat mungkin mereka merasa perlu membawa pasukan pengamanan sendiri. Yang paling siap dan bisa cepat dikirim adalah militer. Ingat angka militer RRC? Ada 2.7 juta tentara yang sebagian besar ‘menganggur’.

Apa salahnya dikirim beberapa belas ribu personel untuk menjaga proyek-proyek vital RRC di Indonesia? Di sini kita bicara jangka panjang. Mungkin 20-25 tahun yang akan datang. Ketika orang seusia saya hari ini, juga para pejabat eksekutif dan legislatif yang ada sekarang ini, sudah berada di alam kubur semua.