Benarkah Obama Lemah?

Setelah kunjungan safarinya ke negara-negara Eropa, Turki, dan Amerika Latin, Barack Obama tampaknya tengah menunjukan diri kepada dunia bahwa ia bukanlah seseorang yang lemah. Di AS, Obama banyak dikritik karena terus-terusan meminta maaf kepada negara Arab dan Eropa atas semua hal yang terjadi di dunia ini, terutama krisis ekonomi global.

Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy menggambarkan Obama begitu lemahnya, sebuah deskripsi yang kemudian diulang-ulang oleh negara-negara Eropa lainnya, terutama karena Obama gagal meyakinkan Eropa akan Afghanistan. Sementara di Amerika Latin, Hugo chavez, presiden Venezuela telah sepakat dengan Obama untuk saling mendengarkan satu sama lainnya, satu hal tabu dilakukan oleh George Bush, pendahulu Obama.

Bush, mantan presiden AS, mencomot ide seorang pengarang Yahudi Natan Sharansky dalam buku ‘The Case for Democracy’, dan nyata Bush menyukai tentara militer sebagai simbol kediktatoran. Dengan hal itu, Bush pun menyebarkan supremasi AS yang kebabablasan, di Iraq dan Afghanistan sebagai contohnya, dan sebagai penyokong utama aksi Israel ke Gaza, dalam Operasi Cast Lead, Januari 2009.

Seperti itukah juga Obama? Selama ini dunia menganggap Obama hanya disetir oleh satu kelompok saja di belakang kekuasaannya. Sebagian pengamat mengatakan bahwa Obama hanya punya modal berpidato yang mampu menyihir orang sedemikian rupa.

Tetapi jika kita melihat bahwa sebenarnya Obama lebih keras daripada Bush. Bush memerlukan waktu lama untuk mencari alasan pengiriman pasukan ke Afghanistan, tapi Obama demikian mudahnya mengambil keputusan mengirimkan pasukan tentara yang jumlahnya membuat semua orang berkerut kening karena sesaknya tentara kiriman Obama itu. Obama pun tidak berpikir panjang untuk mengambil paket stimulus ekonomi dalam jumlah trilyunan dollar dan memaksa Kongres AS menyetujuinya hanya dalam waktu tidak lebih dari dua bulan, untuk kemudian sebagian dari paket stimulus itu digelontorkan untuk bailout bank-bank di AS. Dan rakyat AS pun gigit jari karenanya, karena ternyata, krisis tetap lah krisis, sementara paket stimuluslah tetaplah paket stimulus.

Mari kita kembali ke masa presidensial Bush. Setelah kemenangan Bush tahun 2000, China menahan kru pesawat mata-mata AS, dan Maret 2001 China juga menahan seorang penelitinya yang bekerja di universitas AS. Waktu itu, pers AS mengecam Bush karena Bush dianggap lemah dan menuntut Bush agar melakukan tindakan tegas terhadap China.

Pada waktu itu juga, Bush menerima sebuah surat dari Raja Abdullah bin Abdulaziz (Arab Saudi) yang mengimbau agar Washington segera melakukan tindakan terhadap Palestina yang terkatung-katung. Sesaat setelah itu Bush mengumumkan bahwa AS akan membentuk dua negara di Palestina.

Tapi kemudian, terjadi peristiwa 9/11 dan Bush berubah murka, terus demikian sampai ia meninggalkan Gedung Putih.

Kesimpulannya, peristiwa lah yang membentuk seorang tiran pemimpin di dunia. Ronald Reagan bukanlah orang yang populer sebelum ia menyatakan penumpasan terhadap komunis. Bill Clinton sangat terkenal setelah isyu Usamah bin Laden dan peristiwa Somalia.

Tapi obama tidak perlu hal semua itu, dan orang masih harus menunggu untuk melihat bahwa Obama tidaklah selemah yang dipikirkan selama ini, setidaknya setelah melihat apa yang telah terjadi di Afghanistan, jika semua mata terbuka. (sa/awst)