Gerakan Revolusi Damai

Cerita peristiwa di atas,  #BlackLivesMatter, Occupy Wall Street dan The Arab Spring adalah tiga contoh diantara apa yang dikenal sebagai Gerakan Revolusi Damai atau Nonviolent Revolution.

Beberapa contoh lainnya juga perlu ditambahkan adalah gerakan Umbrella Revolution di Hongkong 2014 dan Gerakan 212 di Jakarta.

Mengapa disebut Revolusi Damai?

Gerakan damai atau tanpa kekerasan ini ditandai dengan pembangkangan sipil (civil disobedience), protes damai dengan poster2 tuntutan atau “protest symbolic”, “sit-in” atau duduk-duduk/berdiam diri ditempat/lokasi simbol-simbol tuntutan yang relevan.

Ciri khas kedua adalah penggunaan media sosial yang massif. Dalam #BlackLivesMatters, hampir 40 juta pembicaraan hal ini di media sosial.

Apakah Revolusi Damai itu efektif?

Revolusi di masa lalu seperti Revolusi Kemerdekaan Indonesia,  Revolusi Bolshevik di Russia,  Revolusi Amerika, Revolusi Iran dan Revolusi China 1949 dianggap contoh-contoh revolusi yang sukses. Sebab,  revolusi dianggap sebagai gerakan perubahan struktur sosial secara dalam.

Namun,  revolusi seperti ini mengorbankan terlalu banyak nyawa dan darah. Padahal setelah revolusi perubahan sosial yang terjadi juga belum pasti menjadikan situasi sosial lebih baik.

Sebaliknya, revolusi damai seringkali juga efektif dalam mencapai tujuan, seperti yang di lakukan Mahatma Gandhi di India maupun gerakan Martin Luther King. Bahkan, Nabi Muhammad sendiri dalam sejarah Fattul Makkah melakukan aksi damai menduduki Mekkah di masa lalu.

Keuntungan Revolusi Damai adalah tidak memancing tentara ikut campur dalam urusan politik yang dituntut. Setidaknya demikian yang dominan. Jika revolusi dengan kekerasan,  sudah pasti tentara akan turun ke gelanggang. Dan umumnya jika tentara di negara berkembang terlibat, akan berakibat fatal,  di mana umumnya tentara tergoda untuk mengambil alih kekuasaan.

Bagimana dengan paska pilpres 2019?