Israel: Hanya Menggunakan Bahasa Kematian

Invasi Israel ke Gaza sama sekali bukan untuk menghancurkan Hamas. Dan ini juga bukan untuk menghentikan roket yang diluncurkan ke Israel. Bukan pula untuk mencapai kata damai. Keputusan Israel menghujani Gaza dengan kematian dan kehancuran, menggunakan senjata mutakhir pada penduduk sipil yang sama sekali tidak membahayakan Israel merupakan bagian dari kampanye jangka panjang Israel dalam sebuah usaha ‘ethnic cleansing’  bangsa Palestina. Pembantaian Israel terhadap warga Gaza meruapakan keburukan terkeji, amoral, menelantarakan rakyat Palestina pada kehidupan yang terisolasi. Israel menciptakan sebuah eskalasi lain untuk menutup makanan, obat-obatan dan barang-barang. Penyerangan ini tak pelak hanya menciptakan sebuah neraka di atas bumi.

Penyerangan ini jelas sekali tujuannya untuk mengambil tanah Palestina dan mengusirnya. Anak-anak Palestina, berserakan di jalanan dan rumah sakit Gaza seakan tengan tertidur menjadi metafora masa depan; dan  Israel hanya berbicara dengan bahasa kematian kepada orang Palestina. Dan mau tak mau, untuk lebih dari 100 ribu korban jiwa akibat kebiadaban Israel. Bahasa seperti itu pula yang mungkin akan dipakai oleh Palestina, ketika menghadapi Israel. Pembantgaian di Gaza inilah awal yang  akan menghapus  rejim Israel, dan para sekutunya seperti Mesir, Yordan, Syria, Lebanon dan terutama Palestina (Mahmud Abbas).

Sementara dunia mulai terbuka matanya, tentang siapa adanya Barack Obama? Presiden terpilih AS ini, betapa dia sangat pengecut dan munafik, diam seribu bahasa dan malah memberikan pembelaannya terhadap Israel. Mereka yang mengutuk Israel termasuk juga para Yahudi terkenal; Yuri Avnery, Tom Segev, Ilan Pappe, Gideon Levy dan Amira Hass, dianggap seperti angin lalu layaknya penderita penyakit lepra. Bahkan mereka dianggap tidak ada ketika mati-matian mengungkapkan kebrutalan Israel dalam agresi ini dan penyerangan-pneyerangan sebelumnya.

Avnery adalah seorang Yahudi totok. Ia lahir di Jerman, pindah ke Palestina bersama orang tuanya. Umur 14 tahun, Avnery keluar dari sekolah dan bergabung dengan Irgun, dinas militer biadab Israel, kemudian ia segera keluar ketika mengetahui identitas organisasi itu.”Anda tak bias berbicara dengan saya tentang terorisme, karena saya adalah teroris”, ujarnya. Avnery adalah kader dalan Komando Samson’s Foxes selama perang tahun 1948. Dia lah yang menulis lagu kebangsaan Israel. Setelah perang, ia menjadi politisi aliran kiri Israel dan menjelma menjadi seorang jurnalis terbaik yang dimiliki kaum Yahudi. Sejak dulu, Avnery menyadari ketidakwarasan bangsanya, hingga tidak heran, dalam waktu tertentu, Avnery menjadi sasaran pembunuhan tentara Israel.

“Bangsa Israel, seperti juga bangsa lainnya.” katanya  “Tak akan pernah menoleransi jika warganya dibom atau dihujani roket, namun bedanya, Israel tak pernah bias menganalisis sejarah dan penyebabnya. Kami terlalu egois, kami tidak bisa pernah mau memahami mengapa bangsa Arab dan Palestina berlaku seperti itu kepada kami. Ketika Ehud Barak ditanya seandainya ia adalah orang Palestina, ia menjawab, ‘saya akan bergabung dengan organisasi teroris!’. Jika Anda tak mengerti Hamas, jika Anda tidak mengerti mengapa Hamas melakukan hal seperti sekarang ini, jika Anda tidak mengerti Palestina, berarti Anda tengah melakukan sebuah aksi kekerasan yang brutal.”

Debat publik tentang Gaza yang absurd sebenarnya adalah tentang Israel, bukan Palestina yang keamanan dan kepemilikannya terancam. Pembelaan membabi buta terhadap Israel terhadap Palestina mengkhianati memori yang gelap akan semua holocaust yang terjadi sepanjang masa, mulai dari Kamboja sampai Bosnia. Pelajaran sebuah holocaust adalah ketika Anda punya kapasitas untuk menghentikan genosida, dan Anda tak melakukan itu dan tak merasa bersalah sama sekali. Jet tempur f-16, Helikopter Apache, Tank GBU-39 yang merupakan bagian upeti AS terhadap Israel senilai $2,4 milyar untuk membantai bangsa Palestina. Yang membedakan Israel dengan AS terhadap penyerangan Iraq dan Afghanistan adalah Israel membunuh wanita dan anak-anak. Akan ada banyak lagi anak-anak Palestina yang mati. Akan ada banyak lagi sekolah PBB yang rata, dijadikan sebagai tempat perlindungan bagi keluarga yang tertindas, dan dijadikan sasaran rudal Israel.

Akan ada banyak lagi anak-anak yatim-piatu. Ada banyak hal yang tidak diberitakan oleh jurnalis asing di Gaza. Mereka dibeli oleh AS, dan itu adalah racun dalam propaganda Paman Sam. Setiap dekade, selalu muncul pemimpin Israel yang keji. Tahun 1948, 800.000 orang Palestina dibunuh secara biadab sebagai permulaan. Ilan Pappe, seorang sejarawan Israel menulis, “Tampaknya, kejahatan Israel seperti di Jalur Gaza sekarang, tak ada hubungannnya sama sekali dengan masa lalu. Ideologi Israel lebih bersifat konsensus dan tidak manusiawi. Israel menghancurkan Palestina dimanapun mereka berada. Dari periode ke periode, satu lokasi ke lokasi lainnya, tapi narasi dan polanya selalu sama; Genosida terhadap Palestina….”

Gaza sudah tumpah dalam kekacauan. Dan mungkin akan diikuti oleh berbagai kejadian sejenis di dunia ini. Gaza mungkin akan terjadi di Somalia dan belahan dunia yang lainnya. Di tengah kekosongan kekuasaan, akan selalu muncul para pengusung jihad, seperti Hamas sekarang. Dan Al-Qaidah akan mempunyai akses yang besar terhadap Gaza setelah peristiwa ini. “Hamas  memenangkan perang ini, apapun yang terjadi,” ujar Avnery, “Mereka akan dianggap sebagai pahlawan oleh ratusan juta warga Arab dan pula dianggap sebagai kebanggaan mereka. Jika pada akhirnya perang berhenti, dan Hamas masih berdiri di Gaza, Hamas telah memenangkan peperangan ini.”,  tambahnya

Israel bermaksud menumpas Hamas dan mendirikan pemerintahan baru di Gaza dan Tepi Barat. Pemerintahan boneka ini akan dikontrol oleh Otoritas Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abas, si pengecut yang bersembunyi di Tepi Barat selama Gaza bergolak. Abbas, seperti juga Fattah yang korup, adalah figur yang dibenci di Palestina. Dia seperti Marshal Petain atau Hamid Karzai atau Nouri al-Maliki.  Abbas sekarang tak berdaya.

Penghancuran Israel terhadap Hamas dan Gaza tak akan pernah bisa menghadirkan kedamaian dan keamanan untuk Israel. Hal itu hanya akan membuat Gaza menjadi lebih terorganisir. Agresi Israel kali ini telah membuka kotak Pandora. Untuk beberapa saat, hidup mungkin akan jadi begitu mengerikan bagi rakyat Palestina, namun akan berlangsung sepanjang hidup orang Israel di seluruh dunia.

Chris Hedges/iw