Jika Petraeus Kembali Memimpin Perang

Petraeus, 57, sudah mempunyai karir militer yang mentereng dalam setengah usianya saat ini.

Banyak yang meragukan kehadiran Petraeus untuk mengisi posisi McChrystal sebagai jenderal perang. Bagaimana tidak, misalnya saja, ia tiba-tiba rubuh selama kesaksian Senat minggu lalu, tampaknya karena dehidrasi.

Sebenarnya, Petraeus merupakan guru besar McChrystal. Ia adalah kepala Komando Sentral AS di Tampa, Florida. Ia sering berkunjung ke Afghanistan, Pakistan dan Washington.

"Dia benar-benar mengetahui aktor-aktor politik dan militer, dan memahami medan tempurnya," kata John Nagl, presiden dari Pusat Keamanan Baru Amerika.

"Dia akan mendapat dukungan dari seluru pasukan," kata Mansoor.

Selama dua tahun terakhir di Pusat Komando, Petraeus telah menjalin hubungan kerja yang baik dengan Presiden Afganistan, Hamid Karzai. Dia mengenal duta besar AS untuk Afghanistan, Jenderal Karl Eikenberry, ketika mereka bersama-sama bertugas sebagai tentara.

Karir Militer

Sebelum penugasannya di Irak, Petraeus adalah Asisten Kepala Staf Operasi Pasukan Stabilisasi NATO dan Wakil Komandan Satuan Tugas Kontra-Terorisme Antar-Badan Gabungan AS – Bosnia.

Setelah lulus dari Akademi Militer Amerika Serikat pada 1974, ia ditugasi di Infantri. Ia telah memegang jabatan sebagai pemimpin dalam satuan-satuan infantri dalam angkutan udara, mesin, dan serangan udara di Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat.

Sekurang-kurangnya ia telah terluka dua kali dalam tugas. Pada 1991, Petraeus, yang saat itu menjabat sebagai komandan batalyon dari Iron Rakkasans, 3-Resimen Infatri ke-187, secara tidak sengaja tertembak di dadanya oleh sebuah M-16 dalam sebuah latihan dengan peluru hidup di Fort Campbell, Kentucky, ketika seorang tentara terinjak sebuah senapan dan meletus. Petraeus dibawa ke Pusat Medis Universitas Vanderbilt, Nashville, Tennessee, dan di sana ia dioperasi oleh Bill Frist yang belakangan menjadi seorang Senator. Pada 2000, dalam sebuah terjun payung, payung terjun Petraeus menguncup pada suatu ketinggian yang tidak seberapa (sekitar 60 kaki atau 20 meter), yang mengakibatkan ia mendarat keras dan mematahkan tulang selangkangannya.

Petraeus memimpin Divisi Angkutan Udara ke-101 pada Invasi Irak 2003 dan pada pendudukan kesatuan itu atas Mosul hingga pertengahan 2004. Petraeus banyak dipuji karena efektivitasnya dalam menata Mosul, di mana ketertiban masyarakat dengan segera runtuh pada 2004, tak lama setelah Divisi ke-101 meninggalkannya.

Komandan Perang Di Iraq

Tak lama setelah ditunjuk sebagai komandan lapangan di Irak, Petraeus mengamati bahwa pada saat pengangkatannya, pasukan AS secara historis tidak disiapkan untuk memerangi para pemberontak, dan bahwa meskipun mempunyai kekuatan luar biasa untuk pertempuran konvensional, mereka tidak mempunyai pengalaman Britania dengan imperiumnya dan pengalamannya dengan Ulster dan Malaya, dan secara intelektual tidak siap untuk menghadapi rumitnya perang gerilya. Ia juga mencatat bahwa Britania, dengan sejarah kolonial mereka telah jauh lebih pandai dalam menggabungkan diplomasi setempat dengan kekuatan militer.

Pada Juni 2004, Petraeus ditugasi untuk melatih Tentara Irak yang baru dan pasukan keamanan negara itu sebagai komandan Komando Transisi Multi-Nasional – Irak. Ia melepaskan jabatan itu pada September 2005. Petraeus kemudian diberi tugas untuk memimpin Pusat Gabungan Persenjataan AS (CAC).

Pusat Gabungan Persenjataan AS yang bermarkas besar di Fort Leavenworth, Kansas, adalah komando yang mengawasi Sekolah Staf Komando dan 17 sekolah, pusat, dan program pendidikan lainnya yang terletak di seluruh AS. Pusat Persenjataan GAbungan ini juga bertanggung jawab atas penyusunan manual doktrin Tentara, melatih para perwira yang ditugasi maupun yang tidak ditugasi, mengawasi latihan-latihan bersama yang penting, mengintegrasikan sistem komando perang dan konsepnya, serta mengawasi pusat militer untuk pengumpulan dan penyebaran pelajaran yang telah diperoleh.

Kritik Terhadap Petraeus

Kolonel Douglas A. Macgregor (Purn.), dari Angkatan Darat AS, mendaftarkan sejumlah kritik terhadap Jenderal Petraeus dalam edisi PBS (Stasiun Televisi Publik) 23 Januari 2007, News Hour with Jim Lehrer. Ia menyatakan bahwa Jen. Petraeus memulai posisinya yang baru (sebagai panglima militer AS di Irak) dengan tiga kekeliruan.

Kutipan: "Pertama, ia memimpin Divisi Angkutan Udara ke-101 dalam perjalanan ke Baghdad. Ini adalah suatu komando yang tidak menonjol. Asisten komandan divisinya pada akhir operasi itu begitu kecewa dengan kegagalan Divisi ke-101 untuk mendukung keberhasilannya sehingga ia mengatakan bahwa Korps ke-5 berperang ibaratnya dengan sebelah tangan diikat ke belakang. Divisi Infantri Ke-3 telah melaksanakan pertempuran ini.

Akan Berhasilkan Petraeus Di Afghanistan?

David Petraeus telah memimpin perang di Irak. Barack Obama yakin jika Petraeus bisa melakukannya lagi di Afghanistan.

Jenderal bintang empat dengan reputasi sebagai panglima perang.

Jika staf Stanley McChrystal menyerupai sebuah klub anak kemarin sore, Petraeus, yang memegang gelar doktor dari Universitas Princeton, dikenal karena menjalankan timnya lebih mirip seminar pascasarjana.

Di Brussels, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan, operasi di Afghanistan akan terus berlangsung seperti yang direncanakan.

Petraeus memiliki ungkapan favorit: "Keberuntungan adalah apa yang Anda sebut; persiapan sejalan dengan kesempatan." Kita semua akan melihat apakah di Afghanistan, ia masih akan tetap beruntung. (sa/arabnews/wikipedia)