Kalau Yakin Menang, Kenapa Sibuk Curang?

Sedangkan kecurangan internal KPU sudah sangat jelas terekam oleh masyarakat dalam 6-7 hari ini. Ada yang disebut salah input (salah ketik, ‘human error’) dengan kesalahan yang fastastik. Misalnya, suara untuk 01 seharusnya 46 dan untuk 02 seharusnya 141, bisa salah ketika menjadi 146 untuk 01 dan 23 untuk 02. Salah ketik seperti ini tertangkap berkali-kali. Berulang, dan berulang lagi. Selalu salah ketik yang merugikan suara 02.

Kecurangan internal KPU lainnya termasuk rekap kecamatan yang dilakukan secara tertutup. Wakil tertentu dilarang masuk. Ada lagi kasus kotak suara yang dibawa oleh sejumlah orang, kemudian disimpan di sebuah gudang perusahaan (terjadi di Percut, tak jauh dari Medan). Kemudian, ada orang-orang yang mencoba ‘menggelapkan’ formulir C-1.

Tidak ada dugaan lain terhadap kecurangan ini kecuali bertujuan untuk mencuri suara Prabowo. Sebab, sejauh ini tidak ada orang 02 yang mencoba mencuri C-1.

Kecurangan tahap ketiga ini sangat krusial sekaligus sangat berbahaya. Krusial, karena sejauh ini kecurangan itu, tak terbantahkan, bertujuan untuk membalik kemenangan Prabowo menjadi kekalahan. Berbahaya, karena kecurangan ini pasti akan menimbulkan protes keras dari pihak yang dicurangi.

Nah, sekarang mari kita kembali ke pertanyaan di awal tulisan ini: untuk apa melakukan kecurangan kalau sudah yakin menang? Mengapa kasak-kusuk dengan ‘salah ketik’ di KPU, berburu C-1, atau menyimpan kotak suara di tempat yang bukan berada di bawah kekuasaan KPU?

Memang sangat kontradiktif. Tak masuk akal! Tak masuk akal orang yang digadang-gadang akan menang tetapi tertangkap melakukan tindakan-tindakan yang patut diduga untuk tujuan mencurangi perolehan suara Prabowo.

Mengapa harus curang? Ayo silakan dijawab!

Bagi saya, jawabannya singkat saja: karena capres 02 menang telak sesuai pernyataan yang disampaikan oleh Prabowo Subianto sehari setelah pilpres.

Sebelum hari pilpres, semua orang bisa memprediksikan kemenangan telak Prabowo-Sandi di pilpres 2019. Setelah pilpres, mereka melihat prediksi itu berubah menjadi kenyataan. Tetapi lawan tanding Prabowo enggan mengakui kemenangan paslonpres 02 itu. Mereka bertekad bulat untuk, diduga kuat, merampas kemenangan Prabowo.

Inilah yang terjadi. Dan, ini pula yang seharusnya tidak terjadi. Sekarang, situasi yang ada bisa berlanjut ke “stand-off”. Sangat riskan sekali. Taruhannya sangat tinggi.[kk/wa]

*Penulis : Asyari Usman (Wartawan Senior)