Membaca Langkah Turki di Suriah

Eramuslim.com -Pakar strategi ulung, Claus von Clausewitz, pernah berkata bahwa perang adalah lanjutan politik dengan cara lain. Namun Jenderal Besar Vo Nguyen Giap, komandan utama pasukan Vietnam Utara punya cara pandang sebaliknya. Menurut Giap, politik (baca: perundingan damai) adalah kelanjutan dari perang dengan cara lain.

Tentu Giap tak sembarang berkata. Di meja perundingan Paris, Vietnam Utara menang telak atas Vietnam Selatan yang didukung Amerika. Melalui strategi diplomasi, Giap mendapatkan semua yang tidak bisa dimenangkannya di medan perang. Usai perundingan, Amerika perlahan-lahan menarik diri dari Vietnam dan perang berakhir.

Pemikiran Jenderal Vo Nguyen Giap sangat menarik untuk kembali diingat terutama setelah berlangsungnya perundingan di Astana, Kazakhstan pekan lalu. Turki, Rusia, Iran dan Suriah berunding di Astana guna membahas perang di Suriah yang tak kunjung berakhir. Langkah diplomasi ini pun sepatutnya dimaknai sebagai kelanjutan dari perang itu sendiri, namun dalam wujud yang berbeda.

Sejak Sabtu, (07/09) lalu Presiden Turki, Erdogan dengan lugas menyatakan bahwa dia akan menggelar operasi serius di wilayah Idlib, Suriah. Ia mengklaim upaya itu sebagai bagian dari de-eskalasi atau menciptakan zona penurunan ketegangan. Langkah Turki itu sekaligus menyapu bersih kelompok jihadis seperti Haiah Tahrir Syam, Ahrar Syam dan semacamnya yang selama ini berbasis di bagian utara Suriah. Kawasan itu disebut Turki sebagai ‘koridor teroris’.