Propaganda Rusia: Senjata Makan Tuan

Tuduhan ‘Propaganda Rusia’ juga sangat tidak etis apalagi menyeret-nyeret nama negara lain, alangkah lebih baik dan bijak jika menggunakan terminologi lain yang tidak bertendensi menyinggung negara tertentu, sedikit memicu menaikkan eskalasi hubungan diplomatik hubungan baik antara Indonesia dengan Rusia.

Penggunaan istilah/diksi ini secara serampangan dan sedikit membabi buta menunjukkan rendahnya etika kita sebagai sebuah negara dalam pergaulan internasional. Sampai-sampai pemerintah Rusia merasa perlu untuk melakukan klarifikasi terkait tuduhan tersebut.

Sikap sedikit nampak ceroboh ini tentu akan merusak citra negara kita dalam pergaulan dunia internasional, apalagi jika yang mengucapkan adalah calon presiden yang statusnya masih menjabat sebagai presiden. Sebagai presiden beliau semestinya menjaga etika dan tatakrama pergaulan internasional untuk menjaga marwah dan kepentingan nasional negara kita (national interest). Jangan sampai motif politik sesaat menjadikan Indonesia dipandang rendah dalam pergaulan internasional.

Sebagai presiden yang masih menjabat, capres petahana mesti memperhatikan dan mempertimbangkan hal ini, termasuk juga menertibkan, mendisiplinkan anggota dan tim suksesnya agar supaya tidak asal bicara, kalau kemudian tim sukses blunder dan membuat polemik, lebih baik di parkir dulu sampai pilpres selesai, sebab sayang sekali, tim Jokowi belakangan banyak melakukan blunder politik, tuduhan serampangan, yang tidak menguntungkan secara elektoral.

Namun begini, kita ingin memberikan konteks soal saling tuding antek asing, saling sindir antek asing, nyanyian antek asing, anehnya kedua paslon sama-sama tidak mengaku pakai konsultan antek asing, sehingga konsultan antek asing menjadi hantu yang ditakuti.

Kita ingin menjadi bangsa yang mandiri, mengurangi ketergantungan pada asing, sama-sama tidak menginginkan ada  konsultan asing yang tahu banyak elite politisi Indonesia, terlalu campur tangan politik Indonesia, walaupun tidak ada aturan yang melarang. Sederhana sebetulnya, masing-masing paslon tinggal buktikan saja ke publik semua tuduhannya tersebut, sampaikan dengan didukung data yang kuat soal paslon yang mengunakan konsultan asing.

Strategi Ofensif Jokowi

Pak Jokowi mulai menjalankan strategi ofensif ala-Jokowi, mulai khawatir juga barangkali dengan pertumbuhan elektabilitas Prabowo yang berpotensi nyalip elektabilitas petahana. Pak Jokowi barangkali mulai lelah juga dengan propoganda ofensif sang penantang terkait antek asing,  impor, hutang dan tenaga kerja asing dan seterusnya. Sehingga dalam pidatonya yang cukup berapi-api,  terjadi sesuatu yang tak biasa, pak Jokowi yang dulunya kalem “rapopo, ngak mikir” sekarang ofensif, bahasa kerennya pak Jokowi tancap gas menyerang balik  terhadap sang penantang soal antek asing yang dialamatkan/dituduhkan ke Jokowi selama ini.