Berang Dolar AS Mendominasi, Anwar Ibrahim: Malaysia akan Gabung BRICS

eramuslim.com – Pemimpin Malaysia tersebut mengatakan negaranya memutuskan bergabung dengan BRICS dan akan segera memulai proses pengajuan keanggotaan formal dengan blok ini.

Keinginan ini disampaikan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, dalam wawancara dengan media China Guancha.

“Kami telah membuat kebijakan kami jelas dan kami telah membuat keputusan. Kami akan segera memulai proses formal. Sejauh menyangkut Global South, kami sepenuhnya mendukung,” kata Anwar, menurut Guancha dikutip Al Jazeera pada Selasa (18/06).

Dalam wawancara itu, Anwar Ibrahim juga mendukung pernyataan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva yang mengkritik dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional.

“Tahun lalu Malaysia memiliki investasi tertinggi yang pernah ada, namun mata uangnya masih diserang. Hal ini telah mereda dalam beberapa minggu terakhir. Namun hal ini tidak masuk akal, ini bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi dasar,” kata Anwar.

Anwar Ibrahim mempertanyakan mengapa mata uang yang tidak dipakai dalam perdagangan dua negara (merujuk pada dolar AS), menjadi dominan karena digunakan sebagai mata uang internasional.

BRICS, merupakan akronim dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (baru bergabung pada 2010).

Pada bulan Januari 2024, blok ini memperluas keanggotaannya dengan menyertakan Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Dalam wawancaranya, Anwar mengatakan bahwa kebangkitan China telah “memberikan secercah harapan bahwa ada checks and balances di dunia” dan memuji Presiden China Xi Jinping yang telah mengakui pentingnya meremajakan nilai-nilai Asia.

“Ketika saya pertama kali bertemu dengan Presiden Xi Jinping, saya tertarik kepadanya karena Presiden Xi adalah salah satu dari sedikit pemimpin luar biasa yang berbicara tentang peradaban. Dalam arti tertentu, dia unik,” katanya seperti dikutip.

Pemimpin Malaysia ini juga membidik “narasi Barat” yang menurutnya terlalu fokus pada serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel.

“Orang-orang terus berbicara tentang 7 Oktober, yang membuat saya jengkel. Apakah Anda ingin menghapus 70 tahun sejarah dengan menyoroti satu peristiwa? Ini adalah narasi Barat. Anda tahu, inilah masalahnya dengan Barat. Mereka ingin mengendalikan wacana, tapi kami tidak bisa lagi menerimanya karena mereka bukan lagi kekuatan kolonial dan negara-negara merdeka seharusnya bebas mengekspresikan diri,” kata Anwar, menurut Guancha.

Anwar menyampaikan komentarnya sebelum kunjungan Perdana Menteri China Li Qiang untuk menandai peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Cina dan Malaysia.

Selama kunjungan tiga hari Li dimulai pada hari Selasa, kedua negara diperkirakan akan memperbarui perjanjian kerja sama ekonomi selama lima tahun dan menandatangani kesepakatan untuk berkolaborasi di berbagai bidang termasuk ekonomi digital dan pembangunan ramah lingkungan.

China sendiri menjadi mitra dagang terbesar Malaysia sejak 2009, dengan total perdagangan tahun lalu mencapai 450,84 miliar ringgit ($98,90 miliar). (sumber: Hidayatullah)

Beri Komentar