Muslim di India Terus Menjadi Korban Kekerasan

Di media sosial, pemimpin sayap kanan Hindu terus mengeluarkan seruan menghasut, kekerasan tiap saat terjadi menarget Muslim, tapi Modi terus diam

eramuslim.com –  SEORANG  imam ditikam dan ditembak mati di masjid. Jenazahnya kemudian dibakar sampai hangus.

Ada lagi seorang dokter muda. Saat berjalan pulang, ia diserang dan dianiaya oleh gerombolan bersenjata.

Di gerbong kereta api, ada seorang petugas yang berkeliaran di gerbong-gerbong. Ia mencari sasaran dan menembak mati tiga orang.

Insiden-insiden itu semua terjadi di India pekan ini. Seolah tidak berhubungan, namun para korban dipersatukan oleh faktor yang sama: Muslim.

Kekerasan Terus Meningkat

Sejak partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) berkuasa (tahun 2014), dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi, kekerasan sektarian yang menargetkan Muslim semakin sering terjadi. Jumlah umat Islam sekitar 14% dari seluruh populasi India.

Dilaporkan oleh the Guardian (04/08/2023), kelompok-kelompok sayap kanan Hindu makin sering main hakim sendiri. Tindakannya semakin berani di bawah rezim Modi.

Mereka tak segan melakukan penganiayaan dan membantai Muslim, juga semakin sering mengadakan aksi unjuk rasa dan pawai yang menampilkan ujaran kebencian anti-Muslim dan seruan genosida.

Tahun depan, India akan menggelar Pemilu. Modi diperkirakan akan memenangi masa jabatan ketiga.

Kelompok radikal Hindutva merusak dan membakar masjid di Madya Pradesh

Berbagai pihak khawatir gejolak kekerasan akan terus memburuk, dan Modi sejauh ini tetap diam.  “Sejak pemerintah ini berkuasa untuk kedua kalinya pada tahun 2019, kekerasan semacam ini telah meningkat secara nyata,” kata Neera Chandhoke, peneliti di Pusat Studi Kesetaraan di Delhi.

“Saya takut dengan apa yang terjadi. Semakin dekat dengan pemilihan, akan ada lebih banyak insiden, akan lebih banyak tumpukan kayu bakar dan tempat pemakaman.”

Tidak Masuk Akal

Jumat lalu, Zarin Khan (23), seorang fisioterapis di Madhya Pradesh –negara bagian yang diperintah oleh BJP—dilarikan ke rumah sakit akibat diserang oleh empat pria Hindu.

Orang-orang itu memukulinya, menyerangnya dengan pentungan dan tongkat besi, merobek jilbabnya, menganiayanya dan meneriakkan hinaan agama.

Zarin berusaha memohon bantuan, namun orang-orang itu tertawa sambil berkata, “Kamu tidak dapat melakukan apa pun. Wilayah ini milik kami.”

Pada hari Senin, nama Modi dan Yogi Adityanath –seorang biksu Hindu garis keras yang juga ketua menteri BJP—diteriakkan oleh seorang petugas kereta api, Chetan Singh.

Dalam perjalanan kereta menuju Mumbai, Singh kemudian berjalan menyusuri gerbong-gerbong, lalu menembaki tiga pria yang diduganya Muslim, sebab tampak dari nama dan jenggotnya. Mereka ditembaki sampai mati.

“Jika Anda ingin tinggal di India, Anda harus memilih Modi dan Yogi,” katanya, sambil menginjak mayat salah satu korban bernama Asgar (48).

Bagi adik Asgar, Mohammad Sanaullah (36), pembunuhan itu tidak masuk akal. “Jelas dia diserang karena Muslim,” katanya.

“Jika kakakku bisa terbunuh seperti itu, bagaimana aku bisa merasa aman? Bagaimana setiap Muslim akan merasa aman? Ini semua bisa dihentikan jika pemerintah menghendaki. Tetapi apakah mereka ingin menghentikannya? Aku meragukan itu.”

Ada lagi kisah dari Shadab Anwar (25). Pada Senin larut malam, adiknya yang bernama Mohammad Saad (22), dibunuh di sebuah masjid di Gurgaon, kota satelit Delhi. Saad yang menjadi imam itu dibantai oleh gerombolan Hindu sayap kanan berjumlah lebih dari 100 orang.

Sebenarnya ada polisi yang berjaga di sekitar masjid itu. Namun serangan terhadap ulama muda itu membabi buta tanpa ampun.

“Dia diserang secara brutal. Dadanya robek, tangannya terluka. Ada beberapa luka tembak dan luka dalam, yang tampaknya disebabkan oleh pisau,” kata Anwar.

Beberapa saat sebelum penyerangan, Anwar sempat berbicara dengan adiknya. Namun Saad meyakinkannya bahwa dia akan aman karena penjagaan polisi di masjid.

Namun pada tengah malam, listrik padam. Tidak lama kemudian massa berdatangan.

Selain membantai Saad, massa juga menembaki dua orang lainnya hingga terluka parah. Empat pria Hindu kemudian ditangkap atas pembunuhan itu.

“Di mana dan bagaimana kami akan merasa aman? Ini semua terjadi di daerah perkotaan, dekat ibu kota India, dan di hadapan polisi,” kata Anwar.

Masjid tersebut adalah salah satu dari sedikit tempat bagi umat Islam untuk beribadah di Gurgaon. Kondisinya kini telah menjadi puing-puing, hangus terbakar.

Salah satu pengelola masjid, Mohammad Aslam Khan (58), mengaku tidak sanggup untuk melihat puing-puing itu. “Saya terlalu takut,” kata Khan.

Pengusiran

Akhir Juli lalu, organisasi Hindu sayap kanan garis keras, Vishva Hindu Parishad (VHP), menggelar rapat umum tahunan. Organisasi ini memiliki hubungan dengan BJP.

Massa Hindu berpawai melewati distrik Nuh yang mayoritas warganya Muslim. Mereka mengacung-acungkan senjata tajam dan meneriakkan slogan anti-Muslim.

Warga Muslim bereaksi dengan melemparkan batu dan membakar kendaraan untuk menghentikan pawai. Di media sosial juga beredar kabar bahwa di antara massa pawai itu ada seorang pemimpin sayap kanan Hindu, yang dituduh membakar dan membunuh dua pria Muslim pada Februari lalu.

Kekerasan dengan cepat meledak. Sedikitnya tiga masjid rusak dan dua petugas penjaga rumah tewas. Adapun kuil Hindu di distrik itu tetap tak tersentuh.

Dalam pidatonya, Sekretaris Jenderal VHP, Surendra Jain, mengatakan bahwa wilayah itu adalah “tanah Hindu”. Sementara umat Islam disebutnya sebagai “penyembelih sapi”, “pembunuh Hindu”, “penyusup Bangladesh”, dan mata-mata Pakistan.

“Umat Hindu tidak akan beristirahat dengan damai, atau membiarkan siapapun beristirahat dengan damai, sampai kemenangan tercapai,” katanya.

Sandeep Singh (35), warga non-Muslim yang tinggal di Nuh, selama ini mengaku hidup damai dengan para tetangganya yang Muslim. Ia menggambarkan bahwa pawai tersebut merupakan provokasi yang disengaja oleh orang luar.

“Mereka datang ke sini atas nama pawai, tapi sepertinya memprovokasi umat Islam. Ketika saya melihat massa datang, banyak yang membawa pedang dan beberapa memegang pistol, saya bergegas masuk ke dalam rumah. Lalu ada tembakan dan keributan di luar,” ujarnya.

Singih juga melihat polisi berjalan tepat di belakang massa VHP sebelum bentrokan dimulai.

Kepada media lokal, kepala polisi Narendra Bijarniya mengatakan, “Kami tidak pernah membayangkan kekerasan berskala besar seperti itu bisa terjadi. Ada kelengahan, tidak diragukan lagi, itulah mengapa kekerasan terjadi.”

Para pemimpin VHP membantah menghasut kekerasan. Sedangkan Ketua Menteri BJP Negara Bagian Haryana, Manohar Lal Khattar, mengatakan bahwa bentrokan tersebut merupakan “konspirasi besar” dari mereka yang merencanakan serangan terhadap pawai VHP.

Di kota-kota di sekitar daerah itu, dilaporkan bahwa puluhan pemuda Muslim ditangkapi polisi. Selanjutnya, ratusan rumah keluarga Muslim yang sebagian besar miskin dibuldoser oleh aparat pada hari Kamis lalu, karena dianggap “melanggar batas tanah pemerintah”.

Di media sosial, para pemimpin sayap kanan Hindu terus mengeluarkan seruan untuk menghasut lebih banyak kekerasan di daerah-daerah Muslim. Di salah satu desa di Manesar, para pemimpin VHP mengadakan pertemuan dan menyerukan agar umat Islam “pergi secepat mungkin”.

Selain masjid, restoran, toko, dan rumah-rumah Muslim dibakar. keluarga Muslim di Gurgaon juga diancam oleh massa, diusir, dan ditolak bekerja.

Kata Mohammad Saleem (45), seorang pekerja di Gurgaon, “Banyak Muslim di daerah itu tidak boleh masuk kerja. Pemilik toko takut mempekerjakan saya. Istri saya pun tidak boleh masuk kerja. Suasananya mencekam.”*(sumber: hidayatullah)

Beri Komentar