Islam Di Swedia: Menentang Yahudi Secara Konsisten


Pada tahun 2009, diperkirakan ada 450.000 sampai 500.000 Muslim di Swedia, atau sekitar 5% dari total populasi.

Sejarah
Islam mulai memiliki kehadiran nyata di Swedia setelah adanya imigrasi dari Timur Tengah pada awal tahun 1970.

Sebagian besar Muslim di Swedia merupakan imigran atau keturunan dari para imigran itu sendiri. Mayoritas dari mereka berasal dari Timur Tengah, terutama Irak dan Iran. Kelompok Muslim terbesar kedua terdiri dari imigran atau pengungsi dari bekas Yugoslavia, sebagian besar dari mereka juga merupakan orang Bosnia.

Pada tahun 1976, dibangunlah sebuah masjid pertama. Untuk ukuran negara Eropa, pembangunan masjid di Swedia ini sudah merupakan sesuatu yang bagus. Masjid pertama di Swedia adalah Masjid Nasir Ahmadiyah di Gothenburg. Kemudian setelah itu dibangunlah Masjid Malmö (1984), diikuti oleh Masjid Uppsala (1995). Lebih banyak masjid dibangun pada tahun 2000-an, termasuk Masjid Stockholm (2000), Masjid Umeå (2006) dan Masjid Fittja (selesai 2007).

Pada tahun 2000, diperkirakan Muslim Swedia hanya berjumlah sekitar 300.000 atau 3,5% dari total penduduk. Di negara ini, Muslim disebut juga sebagai istilah "etnis Muslim" yang ditujukan kepada seseorang yang "memiliki hubungan kelahiran, asal, dan nama yang termasuk dalam tradisi Muslim." Di antara jumlah itu, sekitar 100.000 adalah generasi kedua imigran (lahir di Swedia atau berimigrasi sebagai anak-anak).

Pada tahun 2009, jumlah ini telah berkembang menjadi 500.000, atau sekitar 5% diperkirakan dari total penduduk. Juga pada tahun 2009, Dewan Muslim Swedia melaporkan 106.327 anggota yang terdaftar.

Demografi

Meskipun tidak ada statistik resmi Muslim di Swedia, perkiraan jumlah 200.000-250.000 Muslim etnis di tahun 2000, secara kasar diperkirakan mendekati angka 100.000 orang dari generasi keduanya. Dari Muslim generasi pertama, 255 000 diperkirakan Sunni , 5 000 Syi’ah, dan Ahmadiyah tidak lebih dari 1000 orang.

Namun, jumlah tersebut tidak menyiratkan keyakinan agama atau partisipasi; Ake Sander mengklaim pada tahun 1992 bahwa hanya 40-50% dari etnis Muslim di Swedia yang cukup bisa dianggap relijius. Dan pada tahun 2004, berdasarkan diskusi dan wawancara dengan para pemimpin Muslim, tentang umat Islam Swedia, hanya 15% yang dianggap berkualitas. Atau bahkan mungkin kurang dari itu.

Konversi

Tidak ada statistik resmi tentang jumlah orang Swedia yang masuk Islam. Tapi Anne Sofie Roald, seorang sejarawan agama di Malmö University College, memperkirakan jumlah orang Kristen yang masuk Islam Islam adalah 3.500 orang sejak tahun 1960-an, dengan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir karena imigrasi Muslim meningkat. Roald lebih lanjut menyatakan bahwa konversi juga terjadi dari Islam ke Kristen, dan yang paling terlihat adalah orang Iran, tetapi juga oleh orang-orang Arab dan Pakistan, yang melarikan diri dari rezim totaliter.

Yang pertama dikenal masuk Islam adalah pelukis terkenal Ivan Aguéli. Aguéli kemudian lebih dikenal di kalangan sufi dengan nama Islamnya Abdul-Hadi al-Maghribi. Kemudian setelah itu ada Tage Lindbom, Kurt Almqvist, Mohammed Knut Bernström dan Tord Olsson. Bernström kemudian berusaha membuat terjemehan Alquran dalam bahasa ke Swedia pada tahun 1998.

Antisemitism di Swedia

Sebuah studi pemerintah tahun 2006 memperkirakan bahwa 39% dari populasi Muslim mempunyai pandangan antisemitic yang kuat dan konsisten. Pada bulan Maret 2010, Fredrik Sieradzk dari komunitas Yahudi Malmö mengatakan kepada Die Presse, media Internet Austria, bahwa orang Yahudi "dilecehkan dan diserang secara fisik" oleh "orang-orang dari Timur Tengah." Di Malmo, jumlah Muslimnya hanya 40.000 orang, namun sudah terkenal sangat membenci orang Yahudi.

Sieradzk juga menyatakan bahwa sekitar 30 keluarga Yahudi beremigrasi dari Malmo ke Israel pada tahun lalu, khususnya untuk melarikan diri dan memperkirakan bahwa penduduk Yahudi di Swedia menyusut sebesar 5% per tahun.

Seorang Yahudi menyatakan bahwa "Malmo mengingatkan saya pada anti-Semitisme. Saya tidak aman sebagai seorang Yahudi di Swedia." Pada bulan Desember 2010, organisasi hak asasi manusia Yahudi, Simon Wiesenthal Center mengeluarkan travel advisory tentang Swedia, menasihati orang-orang Yahudi untuk "sangat hati-hati" ketika mengunjungi bagian selatan Swedia. (sa/wikipedia)