Laporan Khusus dengan Misi Khusus?

Membaca rubrik Laporan Khusus Eramuslim yang berjudul Indonesia Menggugat Jilid II? (bagian 1) membuat semakin kuatnya pemeo bahwa rakyat Indonesia memiliki penyakit lupa ingatan yang akut. Kalau kita mengingat-ingat saat masa awal Orde Baru semua orang berpendapat bahwa Bung Karno dan Orde Lama adalah penuh dengan keburukan. Saat masa awal Reformasi semua orang berpendapat bahwa Pak Harto dan Orde Baru adalahpenuh dengan keburukan dan Orde Lama terdapat banyak kebaikan. Dan saat ini mulai muncul juga pendapat bahwa Orde Baru dan Pak Harto juga memiliki banyak kebaikan. Tapi masalahnya hal itu dikaitkan dengan Boediono saat menjadi Cawapres. Seolah penilaian baik dan buruk hanyalah masalah timing politik untuk mendapatkan legitimasi.

Artikel tersebut menyatakan bahwa “Bung Karno dan Pak Harto berbuat sangat banyak, sehingga rakyat menganggapnya sebagai para pemimpinnya.” Sehingga penghargaan pun tertuju pada keduanya. Namun, saat PKS menjadikan keduanya sebagai ikon dalam iklan pahlwannya, banyak sekali orang yang menghujat dan menuduh PKS sebagai anti reformasi. Hal itu terjadi saat menjelang masa kampanye legislatif. Jadi sekali lagi semua penilaian seolah hanyalah masalah timing politik. Bila seperti ini, apakah Eramuslim hendak menjadi media politik pendukung wacana tertentu? Bila itu benar, bagaimana Eramuslim mempertanggungjawabkan taglinenya “Media Islam Rujukan”?

Ketika dalam artikel itu juga ditulis tentang Neoliberalisme yang seolah memperkuat opini bahwa objek penulisan, yaitu Boediono, benar-benar seorang Neoliberaisme. Padahal di masa dia jadi Menko Perekonomian dan Gubernur BI, bisa dilihat bahwa dia mendukung Ekonomi Syariah, sesuatu yang mustahil didukung oleh seorang Neoliberalisme. Dia pun mendukung Perbankan Syariah dengan menyatakan secara tegas pada sebuah acara bahwa di saat masa krisis, satu-satunya sistem yang mampu bertahan adalah sistem ekonomi syariah.

Maka Eramuslim dengan menurunkan tulisan seperti itu berarti ingin memecah ummat dalam kebingungan karena keterbatasan informasi dimana justru seharusnya Eramuslim sebagai media Islam memberikan pencerahan kepada Ummat ini. Naudzubillah min dzalik. Jika seperti itu, kapan umat Islam akan maju dan kuat bila pecah belah justru dilakukan oleh kaum muslimin sendiri?

Semoga kita terhindar dari berpecah belah karena perbedaan yang justru malah memperlemah ummat ini. Sementara ada segolongan ummat yang berusaha untuk memperbaiki ummat malah dihajar dan dicaci maki. Bila seperti itu, apakah kita pernah membayangkan saat menjawab pertanyaan untuk apa umur ini dipakai? Untuk memecah belah ummat? Dan apakah reaksi malaikat penjaga kubur mendengarnya?

Semoga kita mendapat petunjuk Alloh. Amin.

Sarimin ([email protected])

Terima kasih atas kritik dan sarannya. Semoga bermanfaat buat kita semua.

redaksi