Manuver Erdogan dan Ikhwanul Muslimin, Wujudkan Neo-Ottoman?

Pekan lalu, Turki mengekstradisi Muslim Uighur kembali ke China. China mentransfer 1 miliar dolar untuk menopang Bank Sentral Turki tahun lalu.

Erdogan memelihara hubungan dengan banyak kelompok dan politisi Islam di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat (AS). Dewan Organisasi Muslim AS (USCMO) mencakup sejumlah kelompok terkait Ikhwanul Muslimin dan organisasi Islam radikal, termasuk MAS, Lingkaran Islam Amerika Utara, CAIR, dan Muslim Amerika untuk Palestina.

Erdogan berpidato di hadapan USCMO melalui video pada 24 Mei untuk memberikan salam hari raya Idul Fitri. Para hadirin menggambarkan Erdogan sebagai ‘pemimpin umat Muslim’.

“Seorang pemimpin yang mencontohkan harapan dan aspirasi banyak orang yang tinggal di Timur Tengah, kami berharap Turki akan menjadi contoh yang baik tentang hak asasi manusia, kesetaraan, demokrasi, kemajuan, dan kesempatan bagi kaum muda yang ingin memiliki kehidupan yang layak,” kata Mohsin Ansari dari dewan ICNA dan badan amal Helping Hand.

Erdogan juga memelihara sejumlah hubungan dengan para pemimpin Islam, sering bertemu dengan pemimpin Partai Ennahda Tunisia Rachid Ghannouchi dan Emir Qatar serta pemodal Islam Tamim Bin Hamad Al Thani. Qatar menginvestasikan 80 miliar dolar di Turki setelah menandatangani Nota Kesepahaman 2008. Qatar melakukan investasi besar di sektor keuangan dan real estat Turki.

Emir Qatar Tamim Al Thani juga memberi Erdogan jet pribadi senilai 500 juta dolar pada 2018. Erdogan dan keluarganya mengunjungi Qatar 56 kali dalam 12 tahun sejak perjanjian tersebut.

Meskipun menjadi anggota NATO, Turki berulang kali menentang strategi dan kebijakan aliansi tersebut, termasuk pembelian sistem pertahanan strategis S400 Rusia tahun lalu, yang membahayakan protokol pertahanan NATO. Erdogan masih menentang sanksi Amerika terhadap Iran melalui pembelian minyak.

Di dalam negeri, Erdogan menargetkan pembangkang dan pengikut saingan beratnya, Fethullah Gulen. Dia juga telah membatasi kebebasan beragama. Ekonomi Turki telah mengalami serangkaian resesi dalam beberapa tahun terakhir. Erdogan tampaknya bertaruh pada kekayaan minyak Libya yang sangat besar untuk memulai pemulihan ekonomi.

Dengan mengubah gereja Hagia Sophia menjadi masjid, Erdogan kembali menunjukkan citranya sebagai pemimpin Islam global. Dia membuka jalan untuk memulihkan apa yang dianggap pengikut Islamisnya sebagai kejayaan kekhalifahan Utsmaniyah melalui tindakan sosial, politik, dan militer yang agresif.

Sumber: https://www.algemeiner.com/2020/08/10/erdogans-neo-ottoman-aspirations-inspire-islamists-and-endanger-world-peace/

(RepublikaOnline)