Penolakan Perang; Pelajaran Penting Dari Pemilu Inggris

Hasil pemilu parlemen Inggris baru-baru ini menunjukkan bahwa orang-orang Inggris tidak ingin negara mereka untuk menjadi bagian dari politik perang global; perang yang bertujuan untuk membawa negara-negara lain di bawah kepentingan sebuah negara. Partai Buruh yang berkuasa menghadapi kekalahan menyakitkan, dan membuat Perdana Menteri Gordon Brown harus mundur.

Dengan demikian, baik Partai Buruh maupun Konservatif mencapai kemenangan yang terseok-seok. Namun, Partai Buruh dibawah pimpinan Gordon Brown menghadapi kekalahan ini terutama karena berpihak kepada Amerika Serikat dalam invasi atas Afghanistan dan Irak.

London tanpa ragu-ragu mendukung kebijakan berperang Amerika. Bahkan, politik perang global saat ini telah menciptakan kesenjangan antara orang-orang Inggris dan Partai Buruh yang mengharapkan kekalahan partai yang berkuasa.

Jika kita melihat sekilas sejarah invasi Amerika ke Afghanistan dan Irak, kita akan dengan jelas melihat bahwa pemerintah Inggris memiliki partisipasi yang penuh dalam setiap hal yang dilakukan oleh Amerika di kedua negara. Mereka telah mengirim ribuan pasukan ke negara itu dan berkontribusi besar dalam bentuk uang dan logistik.

Kebijakan itu telah memukul telak di TPS dan menunjukkan bahwa orang-orang Inggris tidak ingin lagi pemimpin mereka memperjuangkan kepentingan Amerika di Afghanistan dan Irak dan membayar mahal dengan kehilangan banyak keluarga mereka.

Oleh karena itu, banyak sekutu koalisi AS sekarang mundur dari komitmen mereka untuk berpartisipasi dalam perang, meskipun pada awalnya Amerika memulai perang dengan dukungan mereka. Mereka tidak lagi bersedia menopang perang kolonialis dan menderita kerugian yang banyak.

Perjalanan mendadak dan rahasia yang dilakukan Perdana Menteri Selandia Baru, John Key baru-baru ini, adalah contoh yang baik. Dia bertemu dengan pasukan Selandia Baru di Afghanistan dan mendengar keluhan mereka. Para tentara itu khawatir tentang hidup mereka dan benar-benar sedih apakah mereka akan bisa keluar dari Afghanistan dan kembali ke keluarga mereka di rumah.

Setelah kembali ke Selandia Baru, John Key mengatakan kepada wartawan bahwa perang di Afghanistan sama saja dengan bermain dengan kematian dan kehancuran. Dia berjanji bahwa ia akan menarik pasukan Selandia Baru keluar dari Afghanistan sesegera mungkin.

Kekalahan Partai Buruh dalam pemilihan parlemen baru-baru ini, pihak yang mendukung inisiasi dan kelanjutan dari invasi Amerika ke Afghanistan dan Irak, menunjukkan bahwa oposisi publik untuk perang terus berkembang. Mereka tidak menginginkan kekayaan mereka dan tentara harus menjadi pakan ternak dari perang ini.

Ini merupakan perkembangan baru yang secara bersamaan menjadi momentum untuk memberikan perlawanan saat ini di Afghanistan dan Irak, sementara itu selalu dogembor-gemborkan bahwa kemenangan sudah dekat. Bukan tidak mungkin, gejala yang terjadi di Inggris, akan merembet ke negara-negara lain. (sa/qmh)